1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Serang Israel, Hizbullah Tetap Hindari Eskalasi Lebih Luas

Kersten Knipp
27 Agustus 2024

Setelah serangan roket ke Israel pada akhir pekan, Hizbullah tampaknya ingin menghindari eskalasi lebih lanjut untuk saat ini, tanpa melupakan tujuan jangka panjangnya.

https://p.dw.com/p/4jxG8
Drone Hizbullah yang berhasil ditangkis oleh angkatan udara Israel hari Minggu (25/8) di utara Israel
Drone Hizbullah dihancurkan oleh angkatan udara Israel hari Minggu (25/8) di utara IsraelFoto: JALAA MAREY/AFP

"Sukses total”, demikian kata pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengenai serangan roket yang dilakukan terhadap Israel dari Lebanon hari Minggu (25/8). Namun dia juga menekankan, serangan itu telah diperhitungkan dengan cermat.

"Tujuan kami sejak awal bukanlah menyerang warga sipil, melainkan sasaran militer,” kata Hassan Nasrallah, dalam pidatonya yang dirilis beberapa jam setelah serangan ke Israel.

Menurut informasi Israel, sebagian besar roket Hizbullah berhasil dicegat sistem pertahanan udara, tapi ada beberapa yang jatuh di wilayah Israel dan mengakibatkan kerusakan. Serangan Hizbullah adalah pembalasan terhadap pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut akhir Juli lalu oleh Israel.

Hizbullah menyebut serangan akhir minggu itu sebagai langkah pembalasan tahap satu, dan tampaknya ingin menghindari eskalasi lebih lanjut, sambil menunggu perundingan tentang gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas.

Sap membumbung di pangkalan drone dan rudal Hizbullah yang diserang Israel
Serangan Israel ke pangkalan drone dan rudal Hizbullah di Qliyaa, LebanonFoto: Marwan Naamani/ZUMA Press Wire/picture alliance

Hizbullah berkepentingan membatasi konflik

Michael Bauer, kepala kantor yayasan politik Konrad Adenauer Stiftung (KAS) di Beirut, yang saat ini berada di Yordania, memperkirakan kekerasan akan terus berlanjut, namun belum tentu akan terjadi eskalasi lebih jauh.

"Sekarang kita kembali ke status quo dalam beberapa bulan terakhir – boleh dikatakan begitu. Tanggal 7 Oktober tahun lalu, ketika Hizbullah bergabung dalam pertempuran tersebut, dan pertempuran ini telah meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir, ini kemungkinan akan terus berlanjut dalam bentuk seperti ini – dan jika tidak ada pertempuran di Jalur Gaza, maka gencatan senjata bisa diterapkan."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Serangan hari Minggu ini melanjutkan strategi Hizbullah sebelumnya, kata pakar Lebanon Heiko Wimmen dari International Crisis Group. "Sejak awal perang, Hizbullah telah mencoba untuk fokus secara eksklusif pada sasaran militer di Israel untuk menghindari eskalasi. Tentu saja, selalu ada risiko mengenai hal lain secara tidak sengaja. Namun pada dasarnya, Hizbullah berkepentingan untuk membatasi konflik. ."

Hizbullah dengan sadar menerapkan strategi serangan terbatas ini, kata Wimmen. "Sejak awal telah dinyatakan bahwa ini adalah cara untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengakhiri konflik di Gaza, sedemikian rupa sehingga Hamas akan berada pada posisi yang paling diuntungkan,” jelasnya.

Polisi Jerman Gerebek Islamic Center Hamburg

Ketakutan penduduk di kawasan konflik

Hizbullah juga harus mempertimbangkan bahwa sebagian besar penduduk Lebanon menentang perang terbuka dengan Israel, kata Michael Bauer.

Seorang perempuan muda dari Beirut, yang tidak ingin namanya dipublikasikan karena alasan keamanan, mengatakan kepada DW: "Saya ingin orang-orang Palestina mendapatkan kembali apa yang telah mereka (Israel) rampas. Namun pada saat yang sama, saya tidak ingin ribuan orang Lebanon berada dalam risiko dan harus mengorbankan nyawa karena Hizbullah ingin membela Palestina. Kami orang Lebanon terus-menerus berada dalam ketakutan dan kemarahan," katanya.

Secara umum, sulit menilai sudut pandang masyarakat Lebanon, kata Heiko Wimmen. "Karena kebanyakan orang tidak berani berbicara secara terbuka. Jadi Hizbullah harus melakukan upaya untuk meyakinkan dan menjelaskan kepada masyarakat, mengapa mereka bertindak seperti itu. Tapi pada akhirnya, yang penting bagi Hizbullah adalah perhitungan strategis jangka panjang mereka, dan bukan apa yang diinginkan orang-orang Lebanon."

Secara keseluruhan, serangan Hizbullah menunjukkan satu hal, kata Michael Bauer, bahwa militer Hizbullah terbatas. Serangan akhir pekan tidak mencapai sasaran seperti yang diklaim Hassan Nasrallah. Namun demikian, Hizbullah tetap menjadi tantangan berbahaya bagi Israel – terutama dalam jangka panjang, kata pakar Lebanon, Heiko Wimmen.

(hp/yf)