1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaJerman

Sehijau Apakah Piala Eropa 2024 di Jerman?

5 Juli 2024

Piala Eropa 2024 di Jerman diharapkan menjadi tonggak penyelenggaraan turnamen secara berkelanjutan dalam bisnis sepak bola. Tapi kemampuan UEFA mencanangkan perubahan mendasar tetap diragukan.

https://p.dw.com/p/4hvAF
Gelas plastik dalam pertandingan Piala Eropa 2024
Gelas plastik dalam pertandingan Piala Eropa 2024Foto: Clive Mason/Getty Images

Masalah terbesar olahraga di era krisis iklim, kata Pamela Wicker, Guru Besar Sosiologi Olahraga di Universitas Bielefeld, Jerman, adalah "bahwa cara paling ramah lingkungan adalah dengan tidak menyelenggarakan acara olahraga sama sekali.". Namun begitu, dia tetap mendorong agar penyelenggaraan turnamen dibuat "dengan cara agar berkelanjutan secara lingkungan dan ekonomi."

Seberapa mudah tuntutan Wicker bisa disimak pada hasil riset Öko-Institute Jerman, yang memprediksi Piala Eropa 2024 akan memproduksi 500 ribu ton karbondioksida, setara dengan emisi tahunan 120.000 kendaraan berbahan bakar fosil.

Sebanyak 80 persen emisi diproduksi di sektor transportasi, dengan dua pertiga berasal dari perjalanan udara untuk mengangkut pemain dan penggemar. Padahal, Jerman tergolong aktif mengkampanyekan perjalanan kereta api sebagai moda transportasi ramah iklim.

Keteledananan lewat jalur darat

Adalah federasi sepak bola Swiss dan Portugal yang menjadi tauladan dengan tidak menggunakan pesawat untuk membawa pemain ke arena pertandingan, melainkan kereta api. 

"Interrail pass Euro 2024 merupakan tiket khusus, sebuah produk eksklusif untuk pemesanan tiket pertandingan dan berlaku untuk perjalanan pulang pergi dari dan ke 32 negara Eropa,” kata Silvia Festa, Senior Business Development Manager Eurail yang memasarkan tiket Interrail.

Selain itu, pemegang tiket pertandingan juga bisa menggunakan jaringan transportasi umum regional Jerman secara gratis selama 12 jam sehari.

"Saya pikir ini adalah langkah pertama yang sangat bagus,” kata Benja Faecks, pakar pasar karbon dari lembaga nirlaba Carbon Market Watch.

Euro 2024: Is football lifting Germany's mood?

Meski menyambut tiket kereta gratis, peneliti Öko-Institute Hartmut Stahl mengatakan betapa pihak penyelenggara telah melewatkan kesempatan besar.

"Apa yang seharusnya menjadi solusi terbaik," katanya, "adalah tiket gratis di seluruh Jerman. Itu akan menjadi kemajuan nyata."

Di beberapa kota penyelenggara, termasuk Berlin, Hamburg dan Leipzig, pengelola stadion tidak menyediakan tempat parkir, demi mencegah penonton menggunakan kendaraan pribadi.

Infrastruktur dan energi

Asosiasi sepak bola Eropa UEFA juga telah mendorong pembangunan infrastruktur berkelanjutan, termasuk menggunakan energi terbarukan di  stadion dan mengurangi penggunaan lampu sorot yang boros energi. Selain emisi, upaya telah dilakukan untuk mengurangi penggunaan air dengan memanfaatkan ulang grey water, air limbah rumah tangga yang tidak diolah dan belum terkontaminasi oleh limbah.

"Untuk membuat acara olahraga besar ini lebih berkelanjutan, salah satu aspek kuncinya adalah menggunakan infrastruktur yang ada, stadion yang sudah ada, atau memanfaatkan apa pun yang sudah dibangun,” kata Pamela Wicker.

Jerman mendapat ponten baik karena hanya menggunakan arena yang sudah ada dan akan tetap dilestarikan di masa depan. Sebaliknya, Qatar membangun tujuh stadion baru untuk Piala Dunia 2022, yang menurut penelitian Carbon Market Watch, menghasilkan emisi CO2 sebesar 1,6 juta ton. Jumlah tersebut tiga kali lipat dari perkiraan jejak karbon sepanjang Piala Eropa 2024.

Pendanaan keberlanjutan sepak bola

UEFA juga sudah menyiapkan dana talangan karbon yang digunakan untuk membayar €25 atau sekitar Rp440 ribu bagi setiap ton emisi CO2 yang dihasilkan selama turnamen.

Dana yang berdasarkan proyeksi pra-turnamen akan berjumlah €7 juta itu akan digunakan untuk membantu renovasi klub sepak bola amatir Jerman seperti untuk membeli lampu sorot LED hemat energi, panel surya dan pompa panas.

Hartmut Stahl memuji inisiatif ini sebagai alternatif terhadap skema kompensasi karbon yang menebus dosa emisi dengan membiayai proyek keberlanjutan di tempat lain di dunia.

Euro 2024: Ukrainian soccer fans welcome respite from war

Gagasannya, uang itu tidak lagi digunakan untuk membeli sertifikat karbon, katanya. "Tetapi justru diberikan kepada klub-klub di Jerman karena banyak sekali yang bermasalah dengan fasilitasnya sehingga harus melakukan renovasi. Efisiensi energi menjadi isu besar di sana.”

Namun dana sebesar €7 juta itu dikritik masih terlalu kecil dibandingkan dengan pendapatan UEFA yang ditkasir lebih dari €2 miliar dari Piala Eropa di Jerman.

Insiatif masa depan

Selain emisi CO2, Alice Ainsworth dari organisasi nirlaba Carbon Trust mengatakan bahwa para atlet juga berperan dalam menginspirasi para penggemar untuk menerapkan pola hidup yang lebih ramah lingkungan.

"Jika Anda melihat idola Anda memilih untuk mengurangi konsumsi daging atau memilih untuk menghindari perjalanan domestik atau menjalani kehidupan yang lebih ramah lingkungan, hal ini dapat memberikan dampak positif yang sangat signifikan pada pilihan gaya hidup penggemar,” kata Ainsworth.

Namun Wicker menilai tidak realistis untuk mengharapkan perubahan besar dari sebuah turnamen yang cuma berlangsung selama empat minggu.

"Piala Eropa tidak bisa membuat semua orang menjadi lebih berkelanjutan dalam jangka waktu pendek. Namun, tentu saja, hal ini dapat menciptakan beberapa perubahan awal,” katanya. "Turnamen ini bisa menjadi titik awal bagi banyak orang ketika penyelenggaraannya mendominasi di media dan televisi selama satu bulan."

rzn/hp

Sumber:
Carbon Market Watch study
https://carbonmarketwatch.org/publications/poor-tackling-yellow-card-for-2022-fifa-world-cups-carbon-neutrality-claim/
Öko Institute study
https://www.oeko.de/fileadmin/oekodoc/Climate-Neutral_EURO2024_en.pdf