1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaJerman

Euro 2024: Jerman Ibarat Kandang untuk Timnas Turki?

Andreas Sten-Ziemons
18 Juni 2024

Bagi tim nasional Turki, Piala Eropa 2024 di Jerman hampir terasa seperti turnamen di kampung sendiri. Selain berjuta diaspora, sejumlah pemain Turki juga lahir dan dibesarkan di Jerman.

https://p.dw.com/p/4hBr2
Penggemar Turki di Jerman
Penggemar Turki di pusat pelatihan timnas di Barsinghausen, JermanFoto: Noah Wedel/dpa/picture alliance

Bagi Salih Özcan, laga pertama Piala Eropa 2024 di Dortmund bersama tim nasional Turki melawan Georgia adalah ibarat pertandingan kandang. Atlet berusia 26 tahun itu tidak hanya sedang merumput untuk klub lokal, Borussia Dortmund alias BVB, tapi juga lahir dan dibesarkan di Köln yang hanya berjarak sekitar satu jam naik mobil.

Di Dortmund, pendukung Turki dipastikan akan menyemuti Stadion Signal Iduna. "Tribun Selatan juga dikenal di Turki," kata dia, merujuk pada tempat duduk barisan pendukung setia BVB. Stadion bernama asli Westfalenstadion itu juga ditakuti klub-klub Bundesliga, lantaran

"Tidak banyak pemain kami yang tahu rasanya berlaga di hadapan 80.000 penonton. Mereka akan sangat terkejut," imbuhnya.

2,9 juta keturunan Turki

Tanpa tribun berdiri yang dilarang untuk turnamen dunia, hanya 60.000 penonton yang diperbolehkan menyaksikan pertandingan di stadion Dortmund selama Piala Eropa.

Banyaknya migran asal Turki di Jerman mengesankan laga di kandang sendiri bagi para pemain timnas. Menurut kantor statistik federal, sekitar 1,54 juta warga negara Turki tinggal di Jerman pada tahun 2023. Adapun menurut Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi, BAMF, terdapat juga sekitar 1,4 juta warga Jerman yang memiliki latar belakangTurki.

Özcan awalnya hanya memiliki paspor Jerman. Dia sempat bermain untuk tim U15 hingga U21 Jerman dan bahkan menjadi juara Eropa U21 pada tahun 2021. Baru pada Maret 2022, dia memutuskan untuk berkarier di timnas Turki.

"Dalam beberapa minggu terakhir saya telah menangani pertanyaan ini secara intensif,” kata Özcan saat itu. Dia mengaku banyak berdiskusi dengan keluarga sebelum keputusan dibuat. "Saya ingin bermain untuk Turki,” kata dia.

Pemain Turki dari Jerman

Seperti Özcan, sejumlah pemain timnas Turki lain lahir dan besar di Jerman. Bek kanan Kaan Ayhan, misalnya, lahir di kota Gelsenkirchen tahun 1994. Dia bermain untuk FC Schalke 04, Eintracht Frankfurt dan Fortuna Düsseldorf sebelum pindah ke Sassuolo AS di Italia pada tahun 2020 dan tiga tahun kemudian ke Galatasaray Istanbul. Ayhan juga pernah mengenakan seragam DFB di masa mudanya mulai dari U16 hingga U18.

Pemain lain, Kenan Yildiz, memiliki ayah Turki dan ibu Jerman. Dia bermain di tim muda FC Bayern München selama sepuluh tahun sebelum pindah ke Juventus Turin pada tahun 2022 dan menjadi pemain internasional Turki setahun kemudian.

Adapun Cenk Tosun lahir di Wetzlar di negara bagian Hessen dan belajar bermain sepak bola di Eintracht Frankfurt. Dia juga melakoni laga profesional pertama di Eintracht pada tahun 2009. Pada tahun 2011 dia berpindah ke Süper Lig Turki.

How safe is Euro 2024? Germany's security on high alert

Pemain Turki asal Jerman yang paling terkenal adalah Hakan Calhanoglu. Penduduk asli Mannheim ini bermain secara profesional di Jerman untuk Karlsruher SC, Hamburger SV dan Bayer 04 Leverkusen. Pada 2017 dia pindah ke AC Milan dan empat tahun kemudian ke rival sekota Inter. Kapten timnas itu tidak pernah aktif di Liga Turki.

Sebelum turnamen dimulai pun, euforia dan antisipasi suporter Turki sudah melonjak tinggi. Di pusat pelatihan timnas, sebanyak 2.500 penggemar menghadiri sesi latihan terbuka dengan nyanyian dan bendera.

Dukungan yang besar, ditambah dengan ekspektasi yang tinggi, bisa menjadi berkah sekaligus kutukan bagi Cahanoglu dkk. Pelatih timnas Turki asal Italia, Vincenzo Montella, harus menggunakan euforia tersebut sebagai energi positif, dan tidak dilumpuhkan oleh tekanan untuk berprestasi.

Seberapa kuat timnas Turki?

Sulit untuk mengatakan seberapa jauh timnas Turki akan melangkah di Piala Eropa 2024. Inkonsistensi menjadi satu-satunya hal yang konstan selama beberapa bulan terakhir, menurut para analis. Tim asuhan Vicenzo Montella itu, misalnya, menang 3-2 melawan Jerman di Berlin pada bulan November, namun kalah 6-1 dari Austria pada bulan Maret.

"Saya sangat yakin dengan kemampuabn tim," kata Salih Özcan. "Kami memiliki banyak kualitas, baik dalam bertahan maupun menyerang."

Setelah Georgia, lawan Turki lainnya di Grup F adalah Portugal dan Republik Ceko. "Kami harus menghadapi pertandingan ini dengan fokus penuh," kata Özcan. "Saya pikir Anda juga menyadarinya saat dulu melawan Austria. Jika Anda kehilangan dua atau tiga persen konsentrasi, maka Anda bisa kalah 3-0 melawan Georgia."

Jika lolos, bukan tidak mungkin Turki akan bertemu tuan rumah Jerman di babak selanjutnya. Dipastikan, laga tersebut akan terasa istimewa bagi para pemain timnas atau penggemar Turki yang berasal dari Jerman. (rzn/as)