1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikJepang

Perdana Menteri Fumio Kishida Menangkan Pemilu Jepang

1 November 2021

Koalisi pemerintahan Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Fumio Kishida dari LDP memastikan kelangsungan kekuasaan setelah berhasil meraup suara mayoritas dalam pemilu parlemen, Senin (01/11).

https://p.dw.com/p/42QQq
PM Jepang,  Fumio Kishida
PM Jepang, Fumio Kishida raih kemenangan bersama partai dan koalisi.Foto: Issei Kato/REUTERS

Usai memenangkan suara mayoritas dalam pemilu nasional, Fomio Kishida yang baru menjabat sebagai perdana menteri selama sebulan, berjanji akan menggenjot pertumbuhan di negara adidaya ekonomi terbesar ketiga di dunia itu. Dia menyatakan mempersiapkan paket segar untuk anggaran pandemi, yang ia rencanakan pada bulan ini.

Kishida juga menegaskan, Jepang akan”mengambil peran terdepan dalam menuju target emisi zero di Asia”, sehari sebelum menuju Glasgow, untuk mengikuti pertemuan puncak iklim COP26.

Partai Liberal Demokrat (LDP) yang berkuasa dan mitra koalisinya Komeito berhasil meraih 293 dari 465 kursi di majelis rendah parlemen Jepang, demikian media lokal melaporkan. "Ini adalah pemilu yang sangat sulit, tetapi kehendak rakyat--bahwa mereka ingin kita menciptakan masa depan negara ini di bawah pemerintahan LDP-Komeito yang stabil dan pemerintahan Kishida—dapat terlihat di sini," kata sang perdana menteri. "Kami meraup 261 kursi berharga untuk LDP. Sebagai pihak yang bertanggung jawab ... kami akan memenuhi mandat publik," tandasnya.

Kalangan investor, bersorak atas hasil pemilu ini. Indeks saham Nikkei, naik lebih dari dua persen. Pada pemilu kali ini, LDP mendapatkan kursi yang lebih sedikit di majelis rendah dibanding perolehan dalam pemilihan terakhir pada tahun 2017. Saat itu koalisi meraih 305 kursi di parlemen, dan dari LDP sendiri berkontribusi dengan 276 kursi.

Kishida, menjabat sebagai PM Jepang baru sebulan lalu, setelah pendahulunya, Yoshihide Suga mengundurkan diri.  Yoshihide Suga hanya memangku jabatan PM selama setahun. Pengunduran dirinya itu sebagian dikarenakan ketidakpuasan publik atas penanganan krisis COVID-19 di negara sakura itu. Jepang telah mencatat sekitar 18,000 angka kematian akibat virus COVID-19, dan tidak pernah memaksakan lockdown yang ketat. Tetapi, tetap saja banyak bisnis, terutama bar dan restoran  menderita melalui periode pembatasan aktivitas komersial yang berkepanjangan.

Paket penanganan pandemi, ekonomi dan pertahanan

Kishida, mengatakan, dia akan meningkatkan kemampuan sistem kesehatan untuk menangani pasien COVID-19 dan memulai suntikan  vaksin ketiga (booster) mulai Desember ini. Dia juga berjanji untuk memberikan "stimulus ekonomi skala besar" sesegera mungkin dalam tahun ini, tanpa mengatakan berapa banyak yang akan dikucurkan.

Politiisi berusia 64 tahun ini telah menguraikan rencana untuk mengatasi angka kesenjangan yang tinggi akibat kebijakan probisnis dari pendahulunya, Yoshihide Suga dan Shinzo Abe, perdana menteri Jepang yang paling lama memerintah.

LDP juga berniat untuk meningkatkan sistem pertahanan guna mengantisipasi ancaman dari Cina dan Korea Utara.

Bagaimana suara media?

Editorial harian Asahi Shimbun hari Senin (01/11) menulis desakan pada Kishida untuk bertindak tegas, guna meningkatkan dukungan publik sebelum pemilu majelis tinggi pada musim panas nanti. Dia dianggap perlu untuk "sepenuhnya bersiap untuk kemungkinan gelombang keenam dari infeksi virus COVID-19 mulai awal musim dingin ini", dan menegaskan bagaimana ide kebijakan ekonominya akan diimplementasikan, demikian tulisan dalam editorial itu.

Dalam beberapa dekade terakhir, suara oposisi telah terpecah antara beberapa partai besar. Tetapi kali ini lima partai pesaing terus berusaha meningkatkan kerja samanyadalam mengurangi cengkeraman dominasi  LDP.

Harian Yomiuri Shimbun mengatakan partai penguasa telah "dipaksa untuk bertarung memenangkan pertempuran pemilu" di seluruh Jepang. Tetapi perbedaan besar dalam kebijakan kunci antara dua oposisi utama partai, Partai Konstitusional (Demokrat CDP) dan Partai Komunis-- khususnya soal hubungan Jepang dengan Amerika Serikat-  telah mendorong kekalahan pihak oposisi, tulis media tersebut.

Sementara itu, tambahan suara diperoleh partai sayap kanan Osaka Nippon Ishin dari pemilih konservatif yang frustrasi dengan koalisi pemerintah, yang menjadikannya partai terbesar ketiga setelah LDP dan CDP, tulis Yomiori.

Media Jepang memperkirakan 56 persen pemilih memberikan suara mereka dalam pemilu kali ini, yang menunjukkan berlanjutnya tingkat partisipasi pemilih yang rendah dalam beberapa tahun terakhir.

 

rzn/as(afp/reuters)