1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Siapkan Peralihan Kekuasaan

(dpa/ap/rzn)6 November 2008

Seakan tidak ingin membuang waktu, Obama segera menyusun tim transisi untuk memuluskan jalannya perpindahan kekuasaan. Bukan tanpa alasan, sang presiden mewarisi segudang perkara dari George W. Bush.

https://p.dw.com/p/FoTX
Barack Obama bersama Rahm EmanuelFoto: AP

Sehari setelah pengumuman kemenangannya pada pemilihan Presiden, Barack Obama segera mempersiapkan perpindahan kekuasaan. Buatnya tersisa 75 hari sebelum pelantikan tanggal 20 Januari mendatang. Dengan kata lain, Obama tidak punya banyak waktu buat mematangkan persiapan menyambut segudang problema yang diwariskan oleh George W. Bush.

Diperkirakan 3200 posisi pimpinan dalam pemerintahan George W. Bush, seperti yang biasa dilakukan pada pergantian kekuasaan presiden AS, akan diisi ulang. Berbagai lobi politik diduga sudah dilakukan jauh sebelum pemilihan umum.
                                                                                      
Rabu lalu (5/11) Obama mengumumkan tim transisi yang bakal mempersiapkan pergantian kekuasaan. Tim ini nantinya akan dipimpin oleh penasehat Obama Valerie Jarett dan Pete Rouse, serta John Podesta yang pernah menjabat sebagai penasihat mantan presiden Bill Clinton. Termasuk ke dalam anggota tim juga Susan Rice, yang oleh media-media AS diisukan bakal menempati posisi penasehat keamanan nasional di gedung putih.

Valerie Jarrett aus dem Barack Obama Team
Valerie Jarrett, penasehat utama ObamaFoto: AP

Anggota yang lain adalah Gubernur Arizona, Janet Napolitano, dekan Universitas Berkeley di Kalifornia, Christopher Edley, serta Federico Pena yang merupakan Menteri Transportasi dan Energi di era Bill Clinton. Menurut New York Times, Obama juga diperkirakan bakal menarik Rahm Emanuel sebagai pensehat utama di Gedung Putih. Emanuel merupakan orang kepercayaan Bill Clinton.

Realita Politik

Obama jelas tidak bisa berleha-leha. Segudang janji yang didengungkannya selama masa kampanye kini harus berhadapan dengan kerasnya realitas politik di Washington. Sang presiden terpilih bukannya tidak menyadari hal tersebut. Dalam pidato kemenangannya di Chicago, Obama mengingatkan warga AS terhadap euforia berlebihan. “Ada kemungkinan, bahwa kita tidak bisa membereskan semua masalah dalam waktu satu tahun, atau bahkan dalam satu masa jabatan,” tandasnya.

Pasalnya waktu terus berjalan dan Obama terkurung dalam janji politik dan segudang masalah warisan era George W. Bush. Resesi Ekonomi, perang di Irak dan Afghanistan, pemanasan global, krisis nuklir Iran, Rusia, dan bayang-bayang teror yang masih mengancam hingga saat ini – jelas bukan tugas yang mudah.

Wahlsieg Rede Barack Obama Chicago Präsident USA
Segudah masalah menanti sang presiden terpilihFoto: AP

George W. Bush sendiri cuma bisa menjanjikan kerja sama menyeluruh dengan Obama dalam mempersiapkan pegantian kekuasaan. Menteri Luar Negeri Condoleeza Rice pun berjanji akan menggunakan semua kemampuannya untuk memuluskan jalannya peralihan kekuasaan.

Mematangkan Persiapan

Tim Transisi yang dibentuk Obama akan mendapatkan kantor khusus di Washington. Gedung putih ekstra menyiapkan 8,5 juta US-Dollar untuk membiayai pekerjaan tim tersebut. Penasehat-penasehat utama Obama pun mendapatkan pelatihan khusus oleh Gedung Putih, diantaranya latihan simulasi untuk melatih kecepatan reaksi terhadap serangan teror atau bencana alam.
                                                                                        
Hari ini (6/11) Obama direncanakan akan menggelar pertemuan dengan Dinas Rahasia AS (CIA). Menurut laporan harian Die Zeit, Obama akan mendapatkan “semua informasi rahasia yang juga didapatkan oleh Presiden George W. Bush”, begitu tulis Direktur CIA Michael Hayden kepada bawahannya.

USA Präsidentschaftswahlen Wahlkampf Barack Obama und Bill Clinton
Bekas Presiden Bill Clinton membantu Obama memilih penasehatnyaFoto: AP

Di samping perang di Irak dan Afghanistan, CIA dipastikan bakal membanjiri Obama dengan informasi teraktual soal konflik nuklir dengan Iran dan ancaman teror dari kelompok garis keras Islam di Timur Tengah maupun di Pakistan. Pun soal protes atas serangan militer AS di Pakistan dan Suriah, serta penjara Guantanamo di Kuba bakal menjadi santapan harian sang presiden terpilih. Sejak masa kampanye, Obama berjanji akan menutup penjara Guantanamo.

Rusia kemungkinan besar juga bakal menadi agenda utama Obama. Moskow kemarin (5/11) mempersiapkan sambutan khusus atas kemenangan Obama dengan mengumumkan rencana penempatan roket anti serangan udara di dekat perbatasan Polandia, sebagai reaksi atas rencana AS menempatkan rudalnya di negara tersebut.