1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kaja Kallas Akan Menjadi Diplomat Tertinggi Uni Eropa

Anchal Vohra
16 Juli 2024

Kaja Kallas mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Estonia untuk mengisi jabatan sebagai diplomat tertinggi Uni Eropa. Apa visi politik luar negerinya di Uni Eropa?

https://p.dw.com/p/4iMCu
PM Estonia Kaja Kallas yang baru saja mengundurkan diri
PM Estonia Kaja Kallas yang baru saja mengundurkan diriFoto: Michal Cizek/AFP/Getty Images

Kaja Kallas hari Senin (15/7) secara resmi mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Estonia. Ia masih akan menjabat sebagai kepala pemerintahan, sampai pemerintah yang baru terbentuk. Pada akhir Juni, Uni Eropa (UE) sudah melansir namanya sebagai kandidat untuk mengisi jabatan Komisaris Tinggi urusan luar negeri, jadi semacam menteri luar negeri Uni Eropa.

Kaja Kallas adalah salah satu pemimpin Uni Eropa pertama yang menyuarakan kekhawatiran mengenai rancangan ekspansionis Putin, dan memperingatkan rekan-rekannya agar tidak jatuh ke dalam "perangkap” bahwa hubungan dagang yang baik dengan Moskow dapat menghindari agresi Rusia, yang kemudian terbukti ketika Rusia menginvasi Ukraina.

"Pencalonannya membuktikan bahwa dia sekarang mewakili pandangan arus utama di ibu kota Uni Eropa,” kata Merili Arjakas, peneliti di Pusat Internasional untuk Pertahanan dan Keamanan ICDS, lembaga pemikir di Tallinn, ibu kota Estonia.

EU's top positions to be agreed in Brussels

Apa prioritas kebijakan luar negeri Kaja Kallas?

Beberapa pakar mengatakan kepada DW bahwa Kaja Kallas adalah pilihan yang tepat pada saat yang tepat dalam hal kebijakan luar negeri, terutama karena, selama lima tahun ke depan, fokus UE adalah memperkuat pertahanan terhadap Rusia.

Sebagai perdana menteri Estonia, negara kecil yang merupakan bagian dari Uni Soviet sampai tahun 1991, dan sebagai anak dari Ibu yang dideportasi ke Siberia saat dia masih bayi, Kaja Kallas memahami betul apa yang bisa terjadi jika Ukraina kalah perang dengan Rusia.

Prioritas utamanya sebagai kepala diplomat UE adalah memastikan bahwa negara-negara Eropa siap mencegah kemajuan Rusia di masa depan. Perang di Ukraina telah mengungkap banyak kelemahan Eropa, termasuk kurangnya produksi amunisi dan kesenjangan dalam kemampuan pengawasan dan pengintaian berbasis satelit.

Kaja Kallas telah menyarankan dana bersama UE untuk mendanai perluasan kemampuan pertahanan. Meskipun Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung gagasan tersebut, akan lebih sulit baginya untuk meyakinkan negara-negara yang memiliki kehati-hatian fiskal seperti Jerman. Dia mungkin akan mengangkat isu tersebut pada bulan Februari di Hamburg dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz.

Tantangan Kallas yang lebih besar adalah mendefinisikan visi kebijakan luar negerinya di bidang lain, seperti berurusan dengan Iran, Cina dan Timur Tengah.

'We are not afraid,' says Estonian PM Kaja Kallas

Kritis terhadap Israel, bersimpati pada Palestina

Kristi Raik, wakil direktur lembaga pemikir ICDS, mengatakan Kaja Kallas akan memiliki pandangan kritis terhadap Cina dan Iran, sekaligus juga akan menilai mereka berdasarkan hubungan mereka dengan Moskow.

"Saya pikir Cina akan menjadi isu, di mana UE sedang mengembangkan pendekatannya terhadap hubungan transatlantik,” kata Raik. "Soal Iran, saya kira dia tidak akan merumuskan pandangannya dengan tegas. Namun dengan Iran, yang kini menjadi mitra dekat Rusia dan merupakan rezim otoriter, hal itu akan menjadi titik awal yang mendasar.”

Kristi Raik menambahkan, Kaja Kallas akan sangat berhati-hati dalam mendorong tatanan dunia multilateral. "Dia berasal dari negara kecil, jadi sangat wajar baginya untuk memberikan penekanan kuat pada tatanan berbasis aturan, di mana perjanjian internasional sah berlaku dan norma-norma dihormati.”

Namun ada juga yang mengatakan bahwa meskipun pendekatan tersebut mungkin berhasil dalam konteks ancaman yang ditimbulkan Rusia terhadap negara-negara Baltik yang lebih kecil, pendekatan semacam ini bisa menjadi kontroversial jika menyangkut konflik di Timur Tengah.

Pada bulan Mei, Estonia menyetujui resolusi Majelis Umum PBB yang meningkatkan status Palestina dari pengamat menjadi anggota penuh. Sebuah sumber Israel mengatakan kepada DW, meskipun sedikit yang diketahui tentang Maja Kallas di Tel Aviv, suara Estonia telah dicatat di sana.

"Kallas secara pribadi belum vokal mengenai isu-isu kebijakan luar negeri, selain tentang Rusia,” tambah Merili Arjakas dari ICDS. "Bagaimanapun, hal ini akan tergantung pada keputusan UE secara keseluruhan berkaitan dengan soal-soal utama kebijakan luar negeri," katanya.

(hp/as)