1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Hadapi Ketegangan Meningkat saat Xi Lanjut Berkuasa

24 Oktober 2022

Dunia terancam menghadapi ketegangan lanjutan yang lebih besar dengan Cina terkait perdagangan, keamanan, dan hak asasi manusia setelah Xi Jinping melanjutkan masa jabatan ketiganya sebagai Pemimpin Partai Komunis.

https://p.dw.com/p/4Iaiq
Presiden Cina Xi Jinping
Foto: Ng Han Guan/AP/picture alliance

Presiden Xi Jinping telah memperketat pengawasan di dalam negeri dan mencoba menggunakan kekuatan ekonomi Cina untuk meningkatkan pengaruhnya di luar negeri.

"Sistem dunia rusak dan Cina memiliki jawaban," kata William Callahan dari London School of Economics. "Semakin banyak Xi Jinping berbicara tentang gaya Tiongkok sebagai model universal tatanan dunia, kembali ke jenis konflik Perang Dingin.”

Pada kongres Partai Komunis yang berakhir pada hari Sabtu (22/10), Xi tidak memberikan isyarat untuk mengubah strategi "nol-COVID” yang telah membuat frustrasi publik Cina hingga menghambat bisnis. Xi menyerukan lebih banyak kemandirian dalam teknologi, pengembangan militer yang lebih cepat, dan perlindungan "kepentingan inti” Beijing di luar negeri.

Namun, Xi memastikan tidak ada perubahan dalam kebijakan yang mengganggu hubungan dengan Washington dan negara tetangga Asia lainnya.

Politik

Xi menyerukan "peremajaan besar bangsa Cina” berdasarkan upaya menghidupkan kembali peran partai yang berkuasa sebagai pemimpin ekonomi, sosial, dan budaya.

Namun, kebijakan "nol-COVID” diyakini "menunjukkan bagaimana Xi Jinping ingin masyarakat Cina bekerja,” kata Callahan. "Kebijakan itu harus di bawah pengawasan dan kontrol terus-menerus,” katanya. "Ini menjadi jauh lebih otoriter dan terkadang totaliter.”

Ekonomi

Pada tahun 2035, Partai Komunis menginginkan output ekonomi per orang mampu menyamai "negara maju tingkat menengah,” kata Xi dalam sebuah laporan kepada kongres. Angka itu menunjukkan hasil dua kali lipat dari 2020, menurut Larry Hu dan Yuxiao Zhang dari Macquarie.

Sektor ekonomi menghadapi hambatan dari ketegangan politik dengan Washington, pembatasan akses Cina ke teknologi Barat, populasi yang menua, dan kemerosotan dalam industri real estat.

"Jika para pemimpin menanggapi target dengan serius, mereka mungkin harus mengadopsi kebijakan yang lebih pro-pertumbuhan,” kata Hu dan Zhang dalam sebuah laporan. Analis sedang mengamati detail setelah Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pada awal Desember mendatang.

Teknologi

Xi berjanji untuk "membangun kemandirian dan kekuatan Cina dalam sains dan teknologi.”

Dia tidak memberikan rincian, tetapi berupaya mengurangi ketergantungan pada Barat dan Jepang dengan menciptakan sumber energi terbarukan, mobil listrik, komputer, dan teknologi lainnya.

Beijing tampaknya tidak berusaha mengisolasi diri, tetapi ingin mengurangi kegelisahan strategis dengan mengejar negara lain, kata Alicia Garcia Herrero dari Natixis. Langkah Cina akan melibatkan peningkatan investasi, "dan itu akan menciptakan ketegangan," katanya.

Keamanan

Xi mengatakan "keamanan eksternal dan internal” adalah "dasar peremajaan nasional.”

Dalam pidato yang menggunakan kata "keamanan" sebanyak 26 kali, Xi mengatakan Beijing akan "bekerja lebih cepat” untuk memodernisasi sayap militer partai, Tentara Pembebasan Rakyat, dan "meningkatkan kemampuan strategis militer.”

Cina memiliki pengeluaran militer tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan terus berusaha memperluas jangkauannya dengan mengembangkan rudal balistik, kapal selam, dan teknologi lainnya. Partai Komunis yang berkuasa juga melihat "keamanan ideologis” sebagai prioritas, yang mengarah pada lebih banyak sensor internet.

Hubungan luar negeri

Beijing menggunakan kekuatan ekonomi yang menjadikannya mitra dagang terbesar bagi semua negara tetangga. Namun, Beijing gagal membujuk 10 pemerintah Pulau Pasifik untuk menandatangani pakta keamanan tahun ini.

Xi menginginkan "sistem keamanan yang berpusat di Cina,” kata Callahan.

Diplomat Cina, yang dijuluki "diplomasi prajurit serigala” kini lebih konfrontatif dan terkadang kejam. Belum lama ini, diplomat Cina di Manchester, Inggris, memukuli seorang pengunjuk rasa setelah menyeretnya ke halaman konsulat mereka. Para diplomat telah "memajukan semangat juang,” kata seorang Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu.

Pandemi COVID-19

Xi tidak memberikan indikasi bahwa strategi "nol-COVID” Cina mungkin mereda meskipun publik frustrasi dengan kebijakan tersebut. Sementara negara-negara lain telah melonggarkan pembatasan perjalanan, Cina tetap berpegang pada strategi yang menjaga tingkat infeksi tetap rendah.

Surat kabar partai, People's Daily, melaporkan tidak adanya relaksasi "nol-COVID” setelah kongres berakhir. Strategi "harus dipertahankan," bantahnya. Pakar kesehatan masyarakat mengatakan lebih banyak orang tua perlu divaksinasi sebelum partai yang berkuasa dapat melonggarkan pembatasan COVID-19.

Iklim

Xi menjanjikan pendekatan "proaktif dan mantap” untuk mengurangi emisi karbon, tetapi pada saat yang sama partai yang berkuasa meningkatkan produksi batu bara untuk mencegah terulangnya kekurangan listrik dan pemadaman listrik pada tahun lalu.

Seorang pejabat kabinet mengatakan produksi batu bara tahunan akan meningkat menjadi 4,6 miliar ton pada tahun 2025, dan akan menjadi 12% lebih banyak dari tahun 2021.

Xi mengatakan dalam pidatonya pada tahun 2020 di PBB bahwa emisi Cina akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, tetapi tidak mengatakan pada tingkat berapa.

Cina sudah mengeluarkan lebih banyak karbon dibanding Amerika Serikat jika digabung dengan negara maju lainnya, menurut Rhodium Group. Cina sedang membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga batu bara, yang diperingatkan oleh para aktivis dapat menyebabkan emisi yang lebih tinggi.

ha/vlz (AP)