Dari Dagang Ban Bekas jadi Mogul Hip-Hop
6 Juni 2023Pria berusia 36 tahun ini sekarang menjadi salah satu artis paling terkenal di Korea Selatan. Jay Park mendirikan dua label rekaman hip-hop terbesar di negara itu, merilis serangkaian hits, punya merek minuman keras soju sendiri dan merupakan orang Asia-Amerika pertama yang menandatangani kontrak dengan label music raksasa Roc Nation, yang didirikan superstar Jay-Z.
Kesuksesan itu ia perjuangkan dengan susah payah, tuturnya kepada AFP dalam wawancara eksklusif. Saat memulai debutnya sebagai pemimpin band K-Pop, ia diguncang skandal yang membuatnya melarikan diri dari Seoul ke kota asalnya di Seattle, Amerika Serikat. "Saya menghadapi banyak reaksi," kata Jay Park kepada AFP. Dia pernah "dimasukkan ke dalam daftar hitam di industri hiburan".
Masalahnya bermula dari beberapa komentar yang diposting online olehnya –di penghujung masa remajanya. Ia mengkritik rezim pelatihan idola yang intensif, industri K-Pop dan Korea Selatan. Kehebohan di media Korea pun terjadi. Jay Park terpaksa hengkang dari 2PM, boy band beranggotakan tujuh orang di bawah label besar JYP Entertainment.
Bangkit lagi, bisa yuk!
Dia pindah kembali ke Seattle dan bekerja di toko ban bekas, tetapi dia mempertahankan impiannya bermusik. Suatu ketika ia menyanyikan "Nothin' on You" -- lagu B.O.B dan Bruno Mars -- di saluran YouTube-nya.
"Saya hanya ingin menunjukkan kepada penggemar saya bahwa saya baik-baik saja, dan saya juga ingin menunjukkan kepada orang-orang jenis musik apa yang saya sukai, artis seperti apa saya ini. Jadi saya hanya menyanyikan lagu-lagu penyanyi terkenal dan viral," katanya. Mendapat lebih dari dua juta penonton dalam sehari di YouTube, lagu tersebut melambungkannya kembali ke industri musik dan menandai "titik awal baru" bagi Park.
Itu juga yang memungkinkan dia untuk mengkalibrasi ulang gaya musiknya -- dari musik ke pop ke rap, sebuah langkah yang pada akhirnya akan membantu mengubah kancah hip-hop di Korea Selatan.
Semua itu bukan lewat keputusan yang diperhitungkan atau rencana besar, katanya, tetapi upaya untuk melewati batasan label musik. "Katakanlah jika saya mengatakan saya seorang rapper, maka saya hanya bisa rap. Tapi saya suka rap, saya suka menari, saya suka bernyanyi," katanya, menambahkan bahwa dia akan "selalu berterima kasih pada budaya hip-hop, yang membantunya meluncurkan kembali kariernya.
Kisah Jay Park memang tidak biasa: jarang bintang K-pop yang sudah gagal bisa melanjutkan karier musiknya setelah meninggalkan salah satu agensi besar di industri musik. "Itu tidak terjadi dalam semalam. Jelas butuh banyak usaha," katanya kepada AFP tentang comeback-nya.
Ratusan ribu calon bintang K-Pop menjalani sistem pelatihan idola yang melelahkan, mengalami stres tinggi dan jam kerja yang panjang, kata para analis. Hanya 60 persen pemagang yang berhasil dalam "debutnya". Hampir semua calon bintang berusaha masuk ke agensi besar seperti BTS HYBE, atau saingan utamanya SM Entertainment.
Tanpa dukungan itu, "peluang untuk bertahan di industri ini sangat rendah", kata kritikus musik Kim Do-heon. "Banyak sekali grup yang bubar,” ujarnya.
Tidak ada waktu untuk membenci
Setelah Jay Park keluar dari 2PM, dia harus menavigasi industrinya sendiri. Tetapi bahkan ketika peluang industri bertumpukan melawan kita,-- kata dia, masih mungkin untuk berhasil dengan pola pikir yang benar. "Pada aklhirnya, ketabahan dan tekadlah yang dapat mengokohkan kita," ujarnya.
Sekarang Jay Park mencoba mengubah industri -- atau segmen kecilnya -- menjadi lebih baik. Dia telah mendirikan dua label perusahaan rekaman hip-hop paling terkenal di Korea Selatan. Dan sekarang kariernya telah mencapai puncak dengan pendirian label ketiga yang bertujuan untuk memproduksi musik-musik boy band.
Tapi dia melakukannya dengan caranya sendiri: ketimbang berkiblat pada pelatihan yang penuh tuntutan dan tingkat kontrol obsesif yang dipelopori oleh agensi besar, Jay Park yakin bahwa hubungan yang nyata dan "gaya bebas bersama" adalah kunci menggapai kesuksesan. Ia menjadi mentor bagi pendatang baru, sesuatu yang dia rindukan ketika dia mulai terjun di industri ini pada usia 18 tahun.
"Saya tidak ingin merasa ‘pahit‘ atas apa pun. Saya tidak membenci siapa pun. Saya tidak punya waktu untuk membenci. Saya tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal di masa lalu," tuturnya. "Saya tidak bisa mengubah masa lalu. Yang bisa saya ubah adalah masa depan, jadi itulah yang saya kerjakan,” pungkasnya.
ap/hp (afp)