1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Di Balik Stereotip Fans K-pop

Varinia Varinia
29 Oktober 2022

“Tidak cinta produk dalam negeri” dan “fanatik” termasuk stereotip yang disematkan kepada penggemar K-pop. Namun, mereka justru punya kekuatan kolektif untuk membantu menyuarakan sebuah isu.

https://p.dw.com/p/4Imcr
Acara K-pop Mega Festival KPOP.FLEX di Frankfurt am Main, Jerman, Mei 2022
Foto penggemar K-pop pada acara K-pop Mega Festival KPOP.FLEX di Frankfurt am Main, Jerman, Mei 2022Foto: Sebastian Gollnow/dpa/picture alliance

Belakangan ini dunia K-pop semakin populer di tengah masyarakat. Data dari Twitter, perbincangan tentang K-pop (#KpopTwitter) di platform media sosial tersebut mencapai 7,8 miliar cuitan secara global pada tahun 2021. Angka tersebut bahkan melampaui jumlah cuitan tahun sebelumnya yang juga tidak sedikit, yakni 6,8 miliar. Melihat jumlah tersebut, tampaknya sudah bisa dibayangkan seberapa tinggi antusiasme dan ketertarikan terhadap dunia entertainment Korea Selatan ini.  

Namun, apa hal yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar tentang fans K-pop? Apakah ada stereotip yang Anda asosiasikan terhadap mereka?

DW Indonesia pun sempat menanyakan tentang stereotip terhadap fans K-pop kepada Okky Alifka, inisiator Jaeminnesia, sebuah fanbase untuk Na Jaemin, salah satu anggota boyband NCT Dream. Ia mengatakan bahwa memang ada stereotip negatif dari orang yang tidak benar-benar tahu tentang K-pop.

"Enggak cinta produk dalam negeri dan suka menghambur-hamburkan uang untuk satu orang yang kita enggak tahu siapa,” jawab Okky. 

Pada kesempatan lain, DW Indonesia juga menanyakan tentang topik yang sama kepada Nurul Sarifah dari Kpop4planet, sebuah platform untuk para penggemar K-pop yang juga peduli akan isu iklim.

Nurul mengatakan bahwa di Indonesia fans K-pop sering kali dianggap fanatik dan juga vokal terhadap isu tertentu, di mana mereka sering bersuara di media sosial. "Tapi menurutku itu jadi satu kekuatan sih, kalau misalnya kita ngebahas isu Save Papua Forest kemarin, akhirnya teman-teman K-popers juga ikut maju ngeramein tagar tersebut dan itu adalah satu hal yang positif akhirnya. Jadi dari sikap vokal tersebut kita bisa membawa satu isu tertentu untuk dibahas lebih ramai,” kata perempuan penggemar D.O atau Do Kyungsoo, anggota boy band EXO.

Aksi kolektif: Dari kampanye, petisi, hingga donasi

Dilansir Reuters, pada tahun 2020, tak lama setelah organisasi Black Lives Matter menginformasikan bahwa mereka mendapatkan donasi sebesar 1 juta dolar AS dari BTS dan label musiknya, para penggemar boy band tersebut mengorganisir sebuah kampanye online.

Kampanye di bawah tagar #MatchAMillion bertujuan untuk menyamakan jumlah yang didonasikan idola mereka. Para ARMY (Adorable Representative M.C. for Youth, nama penggemar BTS) pun berhasil mencapai nominal tersebut dalam 25 jam saja.

Sementara itu, Nurul mengatakan bahwa BLINKS, para fans BLACKPINK, mendukung dipilihnya girl band tersebut sebagai duta untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) dan menanam 1.000 pohon bakau. Hal ini pun menunjukkan potensi yang dimilikipara fans K-pop dalam mengadakan atau menggerakan sebuah aksi kolektif

Kpop4planet yang diluncurkan pada Maret 2021 juga sudah mengadakan beberapa aksi iklim dalam bentuk petisi dan kolaborasi dengan berbagai fandom, seperti yang diceritakan oleh Nurul. "Teman-teman fandom ini ada juga beberapa proyek, yaitu yang pertama tanam pohon sama-sama atas nama idol dan juga nama fandom dan ada juga yang melakukan adopsi hewan langka,” tutur Nurul.  

Salah satu kampanye Kpop4planet adalah No K-pop On A Dead Planet, di mana mereka meminta perusahaan industri entertainment Korea Selatan, terutama industri K-pop, untuk menjadi jauh lebih berkelanjutan. "Terutama mulai dari bahan untuk produksi album, terus ada juga konsernya gimana, kami juga mendorong artisnya untuk lebih vokal untuk ngomongin isu iklim,” jelas Nurul. Dilansir laman Kpop4planet, petisi yang ditandatangani lebih dari 10.000 fans dari lebih dari 90 negara itu telah dikirim kepada perusahaan-perusahaan entertainment Korea Selatan, seperti SM Entertainment, YG Entertainment, JYP Entertainment, dan juga HYBE.

Selain itu, Nurul juga mengatakan bahwa mereka telah mengadakan konferensi dengan media dan pemerintah Korea Selatan untuk membahas kelanjutan isu tersebut. 

Kampanye lainnya dari mereka adalah "Tokopedia4Bumi” yang meminta Tokopedia untuk menggunakan energi terbarukan dan go green pada 2030. Sebanyak 2.083 tanda tangan untuk petisi tersebut telah diserahkan ke kantor e-commerce tersebut. Diketahui bahwa Tokopedia pernah menunjuk boy band BTS dan girl band BLACKPINK sebagai brand ambassadornya. 

Kampanye Tokopedia4Bumi
Aksi Kpop4planet dalam kampanye Tokopedia4Bumi secara offline pada Oktober 2021 di Tokopedia Tower, JakartaFoto: Dasril Roszandi/ZUMA Press Wire/picture alliance

Sementara itu, Jaeminnesia cukup aktif dalam mengadakan donasi. Hal ini pun terlihat di akun media sosialnya. Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Jaemin pada tahun 2021, Okky mengatakan bahwa ada lima proyek yang mereka lakukan di empat lini kehidupan. Untuk lini lingkungan, mereka melakukan adopsi orang utan atas nama sang idola melalui BOS Foundation. Selain itu, mereka juga pernah mengadopsi terumbu karang dalam rangka peringatan Jaemin diperkenalkan sebagai anggota NCT Dream dan juga melakukan penanaman pohon yang dilakukan atas nama Jaemin dan Jeno, yang juga merupakan anggota boy band tersebut. Aksi penanaman pohon itu dilakukan Jaeminnesia dan Jenonesia dari hasil pre-order album NCT Universe 2021 silam. 

Agen perpanjangan tangan 

Aksi mengadopsi orang utan seperti yang dilakukan oleh Jaeminnesia juga banyak dilakukan oleh fans-fans K-pop lainnya. Jika mampir ke akun Twitter BOS Foundation, dapat dilihat seberapa banyak penggemar K-pop yang mengunggah sertifikat adopsi orang utan atas nama idola mereka, yang dilakukan misalnya dalam rangka memperingati hari ulang tahun sang artis. 

DW Indonesia mewawancarai Shintya Anjani, Head of Fundraising di BOS Foundation untuk mencari tahu bagaimana tren tersebut bermula.

"Dimulai awal tahun 2021 kalau enggak salah … ketika ada salah satu fansnya K-pop ya dia posting di Twitter ‘siang-siang gini enaknya adopsi orang utan' kalau enggak salah tuh ya tulisannya. And then dia post sertifikat yang memang kita kasih untuk semua orang yang melakukan adopsi … dari situ trennya mulai bergulir,” jelas Shintya, seraya menambahkan bahwa sejak saat itu jadi banyak penggemar K-pop menghubungi BOSF dan menanyakan program mereka dan juga menanyakan hal-hal seputar orang utan.

Shintya mengatakan bahwa BOSF senang bahwa aksi salah satu fans K-pop ini bisa memiliki dampak yang luas, "… mulai dari simple act … tapi itu membantu menggerakan kekuatan yang lainnya sehingga teman-temannya atau komunitasnya mulai bertanya dan akhirnya care dan akhirnya mulai membantu proses adopsi.” 

Shintya juga menceritakan bahwa sebelum pandemi COVID-19, 70% pendukung pekerjaan BOSF adalah orang-orang yang berada di luar negeri. Donasi dan adopsi yang dilakukan oleh para fans K-pop ini pun mengubah tren tersebut, membuatnya lebih seimbang. Lantas ketika ditanya apakah BOSF memiliki rencana untuk lebih merangkul anak-anak muda ini, Shintya mengatakan bahwa mereka ingin menjadikan fans-fans ini sebagai semacam salah satu eco warrior atau orangutan warrior mereka. "Jadi sekarang kan mereka sudah mulai tertarik dan mulai mensupport. Kita ingin mungkin ke depannya kita akan melihat nih di masing-masing komunitas ini apakah mereka bisa membantu untuk menjadi kepanjangan tangan kami gitu ke generasi muda untuk menyuarakan kegiatan pelestarian orang utan dan lingkungan,” tuturnya. 

Di samping dampak finansial, Shintya menjelaskan bahwa kesadaran tentang orang utan ini lah yang merupakan dampak besar yang dibawa para fans K-pop ini, karena tujuan mencari dana sebetulnya adalah yang terakhir. "Jadi mereka harus tahu dulu, mereka harus sayang dulu, sampai mereka cinta baru akhirnya mereka mau mensupport, gitu. Jadi proses awareness ini lah yang benar-benar dibantu sih sekarang sama teman-teman komunitas dari K-pop ini,” jelas Shintya. Namun ia juga menekankan bahwa penyampaian informasi ini lah yang harus tetap dipantau dan dijaga oleh BOSF dan mereka dengan senang hati membantu memberikan materi-materi terkait orang utan dan hutan jika dibutuhkan.

Shintya juga memuji aksi para fans K-pop dan melihat potensi mereka untuk lebih ikut andil misalnya dalam isu lingkungan. "Fans-fans K-pop yang masih usia muda tapi sudah berani melakukan suatu kegiatan yang lebih gitu untuk support lingkungan … the simple things yang mereka bisa bantu … mereka share tentang kegiatan kita aja ke komunitasnya atau ke orang-orang lain,” kata Shintya. 

Ketika kecintaan terhadap K-pop berpadu dengan isu di masyarakat 

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kecintaan para penggemar K-pop terhadap artis dan musik Korea Selatan itu juga dapat dipadukan dengan kegiatan yang berkaitan dengan isu yang ada di masyarakat. 

Tiara De Silvanita, salah satu duta Kpop4planet, menjelaskan alasan mengapa ia tertarik untuk ambil bagian dalam platform tersebut, "… karena melihat K-poper ini bisa loh punya impact untuk menyuarakan tentang isu lingkungan atau isu krisis iklim yang emang sedang kita jalani saat ini.” Meski secara skala besar ia melihat bahwa kepedulian fandom-fandom K-pop terhadap isu iklim belum besar, ia optimis bahwa kepedulian tersebut dapat tumbuh. "Mereka udah concern terhadap isu ini, tinggal diajakkin, tinggal mereka tahu di mana wadahnya aja gitu. Kalau kita udah nunjukkin, udah ngajak, mereka pasti mau,” kata Tiara. 

Okky juga memandang bahwa K-pop dapat digabungkan dengan berbagai kegiatan selama hal itu memiliki tujuan yang baik. "Itu kembali ke gimana kita terinspirasi dari idola kita sendiri. Pasti setiap project itu rata-rata alasannya karena idolanya ini sosok yang seperti apa sih," kata penggemar anggota NCT Dream itu. Ia juga mengatakan bahwa dari proyek-proyek tersebut, secara tidak langsung “kita bisa memperkenalkan idola kita dengan cara yang terbaik yang kita bisa ... kita enggak cuma sedang berterima kasih dengan idola kita, tapi kita juga sedang menyelamatkan beberapa hal di Indonesia.” 

Wawancara untuk DW Indonesia dilakukan oleh Varinia dan telah diedit sesuai konteks. 

 

(vv/ha)