1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Creative Spot Bantu Anak Muda Menentukan Langkah

7 Agustus 2021

Mau jadi apa lulus sekolah nanti? Jika kuliah, jurusan apa? Atau langsung bekerja? Atau berbisnis saja? Kegalauan itu kerap dirasakan para lulusan SMA.

https://p.dw.com/p/3yRXB
Adinda Ceria, penggagas Creative Spot
Adinda Ceria, lewat Creative Spot membantu anak muda bertukar pikiran tentang masa depanFoto: Privat

Ketika Amanda menyelesaikan pendidikan di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta, orangtuanya meminta ia melanjutkan studinya di Jerman. Satu tahun setengah ia habiskan untuk belajar bahasa Jerman dan kelas persiapan masuk universitas, Studienkolleg. Di masa-masa itu ia sering mengeluh sakit perut, hingga akhirnya dokter mendiagnosa bahwaia menderita stres.

"Saya sangat tidak suka ekonomi. Tapi ibu dan ayah saya ingin saya meneruskan usaha mereka,” tutur Amanda. Ia pun jadi jarang belajar dan gagal ujian. ”Takut sekali, orang tua saya sudah investasi uang banyak untuk studi saya,” kata Amanda.

Sebenarnya Amanda suka menggambar kartun. Ia ingin sekali studi desain grafis dan bekerja di bidang periklanan. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bekerja sambil kuliah di jurusan yang ia inginkan. "Bingung sih, lulus kuliah tak tahu mau melanjutkan kuliah apa, atau mau jadi apa, butuh waktu hampir dua tahun setelah lulus SMA, baru saya bisa membulatkan tekad," ujar Amanda.

"Tiga tahun lamanya saya kerja keras sambil belajar, untuk membuktikan pada orangtua bahwa saya sanggup bertanggung jawab atas apa yang saya mau. Mereka hingga kini masih tampak tidak suka dengan pilihan saya, tapi saya tak mau lagi buang waktu percuma, melakukan hal yang tidak saya sukai. Ini masa depan saya," pungkas Amanda.

Para remaja sebayanya kerap merasakan hal serupa. Apa tak sayang mengubah haluan hidup di tengah jalan?

Jaringan anak muda membantu 

Adinda Fitria Ceria, penggagas proyek Creative Spot dan kawan-kawannya membantu anak-anak muda yang kadang gundah gulana untuk menentukan langkah ke depan. "Ini platform generasi muda untuk berkarya dan juga berkembang, agar generasi muda itu tumbuh semangatnya untuk terus berkarya. Jadi, daripada anak-anak muda itu cuma rebahan, cuma galau, coba deh kita berkarya... Berkarya dalam bidang yang kita suka, berkarya dengan kegemaran yang kita punya. Creative Spot menyediakan program-program untuk mendorong anak-anak muda agar berkarya dan berkembang,” papar Ceria menjelaskan platform yang ia kembangkan di media sosial.

Di media sosial Ceria dan kawan-kawannya menyediakan beberapa program yang dikemas dalam beragam konten. Misalnya, ‘Mentoring 101'. "Jadi kita sediakan mentor dan mereka boleh tanya apapun secara mendetail tentang satu tema yang kita bagikan," tambahnya."Salah satu tema ‘Mentoring 101', sebetulnya temanya "Apakah aku cocok jadi pengusaha atau karyawan?”, tapi malah banyak yang bertanya seperti, "Aku jurusannya tentang luar angkasa, tapi aku ingin berjualan cupcake, itu bagaimana?”. Jadi banyak ternyata generasi muda yang tertarik dengan hal-hal yang sebetulnya di luar dunia mereka,” kata Ceria.

Creative Spot juga mempunyai program ‘Student Life', di mana para mahasiswa berbagi pengalaman mereka tentang kehidupan sebagai mahasiswa. Tim Creative Spot berdomisili di berbagai negara: Singapura, Belanda, Jerman dan Indonesia.

Memetik pengalaman

Selain itu, mereka juga menawarkan program ‘Spill The Tea' dengan mengundang inspirator atau orang-orang sukses yang berbagi bagaimana perjalanan mereka sampai akhirnya sukses.

Creative Spot juga  menyediakan konten-konten yang berhubungan dengan kesehatan mental, misalnya yang membahas tentang ‘Krisis Seperempat Abad'. "Karena kalau anak muda sekarang sedang dalam masa-masa krisis. Jadi kita mendampingi dengan berbagai hal yang berkesinambungan, mereka bisa mengontak kami secara langsung," imbuh Ceria.

Perempuan yang studi di Perguruan Tinggi Bremen jurusan kerja sosial ini membagi tips bagi para anak muda dalam mengambil keputusan. "Yang paling penting adalah kita mencari tujuan hidup kita. Apa yang kita suka, apa yang kita mau, apa yang lingkungan sekitar kita sediakan? Itu penting untuk tahu tujuan hidup kita. Dan kita masih muda, jadi perlu coba-coba banyak hal. Tidak apa tidak jadi orang yang spesialis dulu, generalis dulu. Coba banyak hal ini-itu, ketrampilan teknis dan nonteknis, semua dicoba. Nanti baru pada akhirnya kamu tentukan, apa sebenarnya yang kamu mau, ke mana sebetulnya hati kamu lebih condong, apa yang dunia butuhkan. Dan yang ketiga, manfaatkanlah waktu dan relasi,” paparnya.

Ceria bercerita tentang salah satu contoh mahasiswa yang ia dampingi di Jernan. Orangtuanya ingin dia menjadi pegawai negeri di Indonesia. Tapi keadaannya, dia sekarang sedang di Jerman sebagai mahasiswa. "Terus, sampai ‘Mentoring 101' itu, dia tetap aktif melakukan apa yang dia kerjakan sekarang. Dia tetap menjadi mahasiswa di Jerman, dia melakukan apa yang dia suka, dari pada dia melakukan apa yang orang tuanya suka. Dia juga mencoba memberi pengertian. Karena dijelaskan juga di ‘Mentoring 101', bahwa orang tua itu juga harus diberi pengertian, apa yang kamu suka, dan lain-lain. Dan dia mencoba untuk memberikan pengertian itu ke orang tuanya, kalau menjadi pegawai negeri itu bukan tujuan hidupnya. Terus dia akhirnya menjalankan hidupnya sekarang sebagai seorang mahasiswa di Jerman," papar Ceria.