1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KinderKunstKinder 2008. Festival Seni untuk Anak-Anak.

Marjory Linardy1 Juni 2008

Mengingat sadar lingkungan harus ditanamkan sejak usia muda, dalam rangka festival KinderKunstkinder 2008 di Bonn, selain ke berbagai segi kebudayaan, anak-anak dan remaja juga didekatkan kepada masalah kelestarian alam.

https://p.dw.com/p/E7FP
Foto: dpa - Bildfunk

Berbagai museum, organisasi yang bergerak di bidang seni, kelompok-kelompok seni dan banyak badan lainnya berpartisipasi dalam festival “KinderKunstKinder“ kali ini. Misalnya, badan yang bernama “HalloMa“. Mereka menerima pesanan lukisan, juga mengadakan pameran. Mereka juga ikut dalam berbagai acara kebudayaan. Selain itu, menawarkan kursus di sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.

“HalloMa“ juga bekerjasama dengan Badan Kebudayaan kota Bonn dan mengadakan acara bagi anak-anak dari berbagai negara. Berkaitan dengan konferensi PBB untuk keanekaragaman hayati, yang baru saja berakhir, badan ini juga punya program tersendiri. Mereka menawarkan kursus menari dengan tema alam, serta kerajinan tekstil.

Biodiversitätskonferenz in Bonn Mai 2008
Foto: DW / Ayari

Greenpeace Juga Berpartisipasi

Dalam festival yang berkaitan dengan perlindungan alam, organisasi internasional yang bergerak dalam bidang ini, yaitu Greenpeace tentu juga terwakili. Klaus Breuer dari Greenpeace Jerman menjelaskan, mereka ingin menunjukkan kepada anak-anak, bahwa kertas putih bukan satu-satunya yang dapat digunakan untuk menulis. Ada alternatif lain, yaitu kertas hasil daur ulang. Ini penting, supaya hutan-hutan tropis yang sudah tinggal sedikit tidak semakin ditebangi dan agar keanekaragaman hayati juga dapat dijaga.

Greenpeace-Aktivistin bei der UN Konferenz zur Biologischen Vielfalt in Bonn
Aktivis Greenpeace pada konferensi PBB di BonnFoto: AP

Ini semua berkaitan dengan kelestarian alam. Demikian dikatakan Klaus Breuer. Sekarangpun dalam bidang perlindungan alam, ekonomi dan konsumsi sudah diupayakan agar generasi mendatang tidak menderita karena dampak perusakan alam. Ini tentu berarti, anak-anak juga harus diperkenalkan dengan pelestarian alam. Breuer menambahkan, Greenpeace sendiri mempunyai bagian khusus untuk anak-anak yang disebut Greenteam.

Mereka menggalakkan perlindungan lingkungan di sekolah-sekolah. Misalnya melalui proyek mendaur ulang kertas. Mereka juga ikut dalam demonstrasi, contohnya berkaitan dengan konferensi di Bonn yang berakhir beberapa hari lalu. Dalam acara di pusat kota Bonn kader-kader muda pelindung lingkungan yang tergabung dalam Greenteam mengacungkan spanduk-spanduk bertuliskan “Rettet die Urwälder-Save the Forest“, atau dalam bahasa Indonesianya: selamatkan hutan tropis.

Mengumpulkan Dana untuk Satwa Langka

“Alam tidak membutuhkan kita, tetapi kita membutuhkan alam!“ Itulah moto yang digunakan sekolah OGS Münsterschule. Mereka menjual kue muffin yang dibuat anak-anak. Uang yang terkumpul disumbangkan untuk perlindungan hewan yang hampir punah.

Wakilnya menceritakan, mereka mendirikan badan untuk perlindungan lingkungan. Selama delapan pekan terakhir badan ini mengadakan kegiatan berkaitan dengan perlindungan keanekaragaman hayati. Tujuannya, supaya anak-anak sadar lingkungan, misalnya menghemat air dan sebagainya.

Deutschland Kunst Ausstellung Pop Art Schirn Frankfurt
Foto: AP

Murid dari Berbagai Negara Ikut Berperan

Murid-murid dari Bonn International School juga ikut berperan. Sekolah ini memberikan pendidikan kepada murid yang berasal dari 55 negara. Dalam rangka festival “KinderKunstKinder“, sekolah ini bekerjasama dengan seniman Marion Grimm-Kirchner, mengadakan apa yang disebut “Kunstcontainer“, atau container seni. Sejak Maret lalu, container itu berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain di Bonn, antara lain di depan gedung Deutsche Welle.

Guru seni di Bonn International School, Keyna Kiggundu yang berasal dari Uganda menceritakan aktivitas murid sejak proyek ini dimulai. Mereka mengadakan sejumlah workshop di container ini, dan memberikan informasi kepada anak-anak tentang berbagai hewan dan tumbuhan. Murid-murid sekolah itu membuat dekorasi di bagian luar dan dalam container dengan menunjukkan pengertian mereka tentang keanekaragaman hayati, dan satwa yang terancam punah. Setelah mendapat informasi di container, pengetahuan dan kesan baru yang diperoleh anak-anak dapat dituangkan dalam bentuk karya seni, yang juga akan dipasang dalam container tersebut.

"Kunstcontainer" Menampung Karya Seni

Apa yang ingin dicapai? Claudia Pfefferkorn-Schreiber dari “artpromotion Bonn“ yang merumuskan ide dan konsep “Kunstcontainer“ menerangkan, mereka ingin agar anak-anak lebih menyadari bahwa alam patut dilindungi, karena terancam kelestariannya. Tetapi kami tidak ingin anak-anak hanya memikirkan ancamannya, melainkan mencari jalan keluar secara kreatif dan tanpa rasa takut.

Dalam aksi ini, guru lain di Bonn International School juga ikut berperan. Misalnya guru ilmu alam Ronan Carol. Ia menceritakan, dalam rangka konferensi PBB tentang keanekaragaman hayati, ia meminta murid-murid untuk membuat poster-poster yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati. Untuk itu mereka mengumpulkan informasi dan mengadakan riset dulu. Di luar jam pelajaran, biasanya kesempatan seperti ini tidak ada. Jadi kegiatan ini sangat berguna bagi mereka. Demikian penuturan Ronan Carol.

Blumenwiese
Foto: AP

Dan guru musik Mark Unkel meminta murid-murid menciptakan komposisi sesuai tema program festival tahun ini. Unkel mengatakan, murid-murid saya membuat komposisi tentang alam untuk sejumlah alat musik. Mereka juga memainkan suara-suara di alam, yang terdengar merdu, dan juga bagaimana jika suara yang dihasilkan diubah hingga terdengar merusak telinga, ibaratnya seperti jika kita merusak lingkungan. Dengan berbagai aktivitas anak-anak disadarkan, bahwa menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati penting bagi manusia. Jika alam dirusak, maka manusia jugalah yang rugi.