1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
ReligiAsia

Angka Kematian Jemaah Haji Tinggi, Siapa yang Salah?

Mohamed Farhan
24 Juni 2024

Apakah pihak berwenang, cuaca, atau jemaah 'ilegal' yang harus disalahkan atas tingginya angka kematian jemaah haji di Arab Saudi?

https://p.dw.com/p/4hPsy
Kematian akibat segatan panas selama ibadah haji di Arab Saudi
Sekitar 1,8 juta jemaah haji datang ke Arab Saudi saat suhu begitu panasFoto: Rafiq Maqbool/AP Photo/picture alliance

Lebih dari 1.300 jemaah haji meninggal dunia tahun ini, kata Menteri Kesehatan (Menkes) Arab Saudi Fahad bin Abdurrahman al-Jalajel, Minggu (23/06).

Dalam pernyataan yang dilansir oleh kantor berita pemerintah Saudi, SPA, Jalajel mengatakan 83% dari para jemaah yang meninggal itu tidak memiliki izin resmi melaksanakan ibadah haji.

"(Mereka) berjalan jauh di bawah terik matahari, tanpa tempat berteduh atau istirahat yang memadai," kata Jalajel. "Mereka termasuk para lansia dan orang dengan penyakit kronis." 

Mendapat sorotan tajam mengenai penyelenggaraan haji musim ini, Jalajel justru mengatakan pengelolaan ibadah haji tahun ini "sukses". 

Kematian akibat sengatan panas selama ibadah haji di Arab Saudi
Awal pekan lalu, pemerintah Saudi melarang jemaah haji berjalan di siang hari karena suhu yang tinggi.Foto: Rafiq Maqbool/AP Photo/picture alliance

Suhu di Makkah mencapai lebih dari 50 derajat Celsius

Pekan lalu, beredar foto-foto dan video yang menunjukkan banyak jemaah yang sedang melakukan ibadah sekali seumur hidup ke Makkah, pingsan di pinggir jalan atau tergeletak di kursi roda.

Dengan mengenakan pakaian peziarah berwarna putih, wajah mereka ditutupi kain. Dalam beberapa foto, mayat-mayat itu tampak ditinggalkan di tempat terakhir kali mereka tidak sadarkan diri. 

Suhu di kota suci Makkah, meningkat hingga 51,8 derajat Celsius, selama berlangsungnya ibadah haji tahun ini. Sekitar 1,8 juta umat muslim dari seluruh dunia berdatangan ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Arab Saudi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pihaknya telah mencatat adanya 2.700 kasus "kelelahan akibat panas". Tetapi, data ini dilaporkan sebelum berita kematian viral itu mulai bermunculan. 

Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Arab Saudi telah mengambil beberapa langkah dalam upaya mengurangi dampak akibat suhu musim panas yang semakin tinggi di negara itu, salah satunya dengan menyediakan fasilitas seperti tempat penampungan air.

Pencarian korban hilang semakin sulit

Jumlah korban tewas mungkin akan terus meningkat. Para keluarga masih terus mencari di fasilitas kesehatan Arab Saudi atau meminta bantuan di media sosial, untuk mencari orang terkasih yang tiba di Makkah tetapi kini hilang.

"Jujur saja, haji tahun ini sangat menyedihkan," kata Ihlsa, seorang jemaah haji dari Aswan, Mesir selatan, yang tidak mau menyebutkan nama lengkapnya kepada DW melalui WhatsApp. "Sangat sulit, terutama saat melempar jumrah. Orang-orang hanya bisa tergeletak di tanah."

Kematian akibat panas selama ibadah haji di Arab Saudi
Rangkaian ibadah haji sebagian besar dilakukan di luar ruangan dan melibatkan lebih banyak berjalan kaki.Foto: Rafiq Maqbool/AP Photo/picture alliance

Salah satu rangkaian ibadah haji adalah saat jemaah harus melempar batu ke tiga dinding, sebuah simbolis dari "melempari setan".

"Beberapa kali, saya memberi tahu petugas keamanan bahwa ada seorang jemaah yang jatuh ke tanah," kata Ihlsa. "Jarak untuk melempar batu itu sangat jauh, sementara matahari berada di puncaknya, dan sangat panas." 

Siapa atau apa yang salah?

Di negara asal para jemaah haji, terjadi perdebatan panas mengenai siapa yang harus disalahkan.

Untuk menunaikan ibadah haji, para jemaah diharuskan memiliki izin resmi dari pemerintah Arab Saudi untuk bisa memasuki negaranya. Karena semakin banyak muslim yang ingin datang, sementara kapasitas tempat yang tersedia terbatas, Arab Saudi menjalankan sistem kuota setiap tahunnya.

Perjalanan ke Arab Saudi biasanya difasilitasi oleh agen perjalanan, yang sering kali terhubung dengan organisasi komunitas muslim atau masjid di beberapa negara asal. Mereka mengatur akomodasi, makanan hingga transportasi selama di Makkah. 

Sehingga, beberapa keluarga korban menyalahkan pihak berwenang Arab Saudi atau pihak berwenang di negara mereka, karena tidak mampu mengorganisasi atau gagal menyediakan tempat berteduh yang cukup untuk berlindung dari cuaca panas. 

Sebagian lainnya juga menyalahkan para jemaah yang tiba di Makkah, tetapi tidak "sah". Ada lebih dari 171.000 jemaah haji yang tidak terdaftar teridentifikasi sebelum pelaksanaan ibadah haji dimulai, kata Direktur Keamanan Publik Arab Saudi Mohammed bin Abdullah al-Bassami pada awal pekan lalu.

Pihak keamanan Arab Saudi sebelumnya juga telah mengerahkan pasukan untuk menangkap para jemaah haji ilegal itu. Jemaah yang tidak terdaftar itu tidak dapat mengakses fasilitas yang sama, mulai dari AC, air, tempat berteduh, dan pusat-pusat pendingin, layaknya jemaah yang terdaftar resmi. Diduga, hal inilah yang mungkin menyebabkan banyak korban berjatuhan.

Tenda tidak cukup

DW berbicara dengan seorang manajer, yang tidak ingin disebutkan namanya, dari sebuah perusahaan tur swasta asal Mesir yang sudah bertahun-tahun membawa jemaah haji ke Makkah.

"Suhu udara di sana sangat tinggi dan orang-orang tidak patuh, juga tidak menyadari (betapa berbahayanya cuaca panas)," katanya kepada DW melalui telepon.

"Semua orang bertindak semaunya, dan semuanya tidak terorganisasi dengan baik. Selain itu, tenda-tenda yang disediakan juga tidak cukup untuk semua orang."

Namun, tidak ada penyerbuan, katanya. "Para jemaah terlihat bahagia berdiri di Gunung Arafah," katanya. 

Ibadah haji umat muslim di Arafah
Situasi salah satu rangkaian ibadah haji saat berkumpul di Gunung Arafah.Foto: Rafiq Maqbool/AP/picture alliance

"Menurut saya, ketika orang-orang menyadari betapa panasnya cuaca dan teriknya matahari, mereka seharusnya menghindar untuk naik ke puncak," ungkap manajer itu, seraya menambahkan bahwa banyak jemaah haji tidak sadar bahwa ada lereng yang lebih rendah untuk tetap bisa melakukan rangkaian ibadah di Arafah.

"Para jemaah haji harus lebih teredukasi dan lebih sadar," lanjutnya. "Negara tentu saja memiliki kewajiban dan memikul tanggung jawab. Tapi perilaku beberapa (jemaah) juga menunjukkan kurangnya kesadaran. Yang saya maksud adalah kesadaran tentang bagaimana melakukan rangkaian ibadah haji. Sebagai contoh, negara (Arab Saudi) tidak dapat memasang peneduh di puncak Gunung Arafah."

Sementara tuduhan dan permohonan bantuan ini terus berlanjut, ada satu hal yang pasti: Haji hanya akan menjadi lebih panas. 

Sebuah studi 2019 mengenai upaya Arab Saudi untuk mendinginkan jemaah haji berhasil atau tidak, menyimpulkan bahwa meski langkah pemerintah memang membantu, tidak ada yang bisa menghindari fakta jika perubahan iklim hanya akan membuat ibadah haji menjadi lebih panas. Oleh karena itu, ibadah haji akan menjadi lebih berbahaya setiap tahunnya.

(kp/hp)