1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dalang Bom Pakistan Terus Diburu

28 Maret 2016

Pihak berwenang Pakistan terus buru militan Taliban, Jamaat-ul-Ahrar, setelah kelompok itu klaim bertanggung jawab atas aksi bom bunuh diri di Lahore. Lebih 70 orang tewas dan 300 cedera.

https://p.dw.com/p/1IKio
Paksitan Lahore Anschlag Kinderspielplatz Selbstmordattentat Polizei
Foto: Getty Images/AFP/F.Naeem

Korban serangan pada hari Minggu malam di taman Gulshan-e-Iqbal di timur kota Lahore saat ramai pengunjung, terus bertambah. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, yang tengah merayakan libur Paskah. Insiden di kampung halaman Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif itu menewaskan sedikitnya 72 orang dan menciderai lebih dari 300 orang.

Di negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu terdapat sekitar dua juta warga yang memeluk agama Kristen. Serangan hari Paskah ini merupakan serangan paling mematikan di Pakistan sejak Desember 2014, ketika terjadi aksi pembantaian terhadap 134 murid di sebuah sekolah militer di Peshawar. Insiden itu memicu pemerintah melakukan tindakan yang lebih keras terhadap militansi Islam.

Upaya penyelamatan korban bom di Lahore, Pakistan
Bom meledak di Lahore, ibukota provinsi Punjab, yang merupakan kampung halaman PM Pakistan, Nawaz Sharif.Foto: Getty Images/AFP/A. Ali

"Kita harus menyeret pembunuh saudara-saudara kita dan anak-anak yang tidak bersalah ini untuk diadili. Kita tidak akan pernah membiarkan aksi biadab yang tidak manusiawi ini mengoyak kehidupan dan kebebasan kita,” tandas jurubicara militer Pakistan, jenderal Asim Saleem Bajwa dalam cuitannya di media sosial Twitter.

Pejabat tinggi Punjab, Shehbaz Sharif mengumumkan masa berkabung selama tiga hari. Lahore adalah ibukota provinsi terkaya Pakistan, Punjab, dan dipandang sebagai jantung politik dan budaya. Pasar, sekolah dan taman-taman ditutup dalam masa berkabung.

Aksi kekerasan di Lahore merenggut puluhan korban jiwa.
Duka mendalam para keluarga korban ledakan bom di Lahore,Foto: Getty Images/AFP/A. Ali

Sejumlah petinggi negara, seperti PM Nawaz Sharif dan para petinggi religius Pakistan mengutuk aksi terorisme itu. Tentara dikerahkan membantu upaya penyelamatan. Sementra rumah-rumah sakit disiagakan dalam kondisi darurat dan membuka layanan donor darah untuk menyelamatkan para korban cidera.

Taliban klaim bertanggung jawab

Sebuah fraksi sempalan Taliban Pakistan, Jamaat-ul-Ahrar mengklaim bertanggung jawab atas serangan Minggu malam dan mengeluarkan tantangan langsung kepada pemerintah Pakistan. "Targetnya adalah kaum Kristiani," kata juru bicara fraksi, Ehsanullah Ehsan: "Kami ingin mengirimkan pesan ini kepada Perdana Menteri Nawaz Sharif bahwa kami telah memasuki Lahore."

Kelompok Jamaat-ul-Ahrar juga mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan besar, setelah menyempal dari organisasi utama Taliban pada tahun 2014. Jamaat-ul-Ahrar lalu menyatakan kesetiaan kepada kelompok ISIS, tapi kemudian menyatakan bergabung kembali pada milisi Taliban Pakistan.

Pakistan telah dilanda aksi kekerasan militan dalam 15 tahun terakhir, sejak bergabung dalam kampanye anti terorisme yang dipimpin Amerika Serikat, pasca serangan September 11, 2001, yang dilakukan jaringan al Qaida di Amerika Serikat.

Tentara, polisi, orang asing menjadi target utama serangan-serangan Taliban Pakistan dan sekutunya, namun penduduk Kristen dan minoritas juga tak luput dari serangan.

Hampir 80 orang tewas dalam serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di barat laut Peshawar pada tahun 2013. Sejumlah anggota pasukan keamanan tewas dan ratusan milisi ditangkap, di bawah aksi penumpasan gerakan teroris, pasca pembantaian di sebuah sekolah di Peshawar, tahun 2014.

Tudingan dipelihara dinas rahasia

Aksi kekerasan militan sempat mereda, tetapi organisasi ekstrimis itu mempertahankan kemampuan untuk melancarkan serangan dahsyat. Badan-badan keamanan Pakistan telah lama dituduh memelihara kelompok-kelompok militan yang digunakan untuk menjadi pejuang yang bisa diandalkan ketika dibutuhkan untuk melawan rival lama, India.

Tetapi beberapa, di antara kelompok itu, seperti Taliban Pakistan, telah berbalik melawan negara, sejak Islamabad bergabung dengan aksi militer Amerika Serikat melawan gerakan terorisme. Kelompok-kelompok garis keras di Pakistan berusaha keras menggulingkan pemerintahan dan mengimplementasikan hukum Islam yang ketat di negara itu.

Kelompok oposisi pemerintah menuduh Sharif menoleransi aksi-aksi militansi sebagai imbalan bagi perdamaian di provinsi kelahirannya Punjab. Sharif menyangkal tuduhan itu.

ap/yf(afp/as)