1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Ukraina Tunggu Kedatangan Lebih Banyak Senjata Canggih

3 Juni 2022

Menandai 100 hari sejak invasi Rusia Jumat (3/6), Ukraina harapkan kedatangan tambahan bantuan senjata berat. Pertempuran sengit berkecamuk di wilayah Donbas, yang sebagian besar sudah dikuasai pasukan Rusia.

https://p.dw.com/p/4CEcG
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Presiden Ukraina Volodymyr ZelenskyyFoto: Pavlo Bagmut/NurPhoto/IMAGO

Menandai 100 hari sejak invasi Rusia ke negaranya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Ukraina mengharapkan kedatangan lebih banyak sistem tempur modern dari negara lain. Antara lain Swedia hari Kamis (2/6) mengumumkan mereka akan mengirim paket baru bantuan militer. Awal pekan ini, Jerman juga mengumumkan akan mengirim senjata tambahan ke Ukraina, termasuk senjata berat.

Volodymyr Zelenskyy dalam pidato video mengatakan, pertempuran brutal terus berlanjut di wilayah Donbas di timur Ukraina, khususnya di sekitar kota Severodonetsk.

"Ini yang paling sulit di sana sekarang," katanya. "Seluruh wilayah yang diduduki... sekarang menjadi zona bencana yang lengkap, di mana Rusia memikul tanggung jawab penuh."

"Semakin lama perang berlangsung, semakin keji, memalukan, dan sinis," tambahnya. 80 persen wilayah Donbas telah direbut Rusia, tetapi pasukan Ukraina melakukan perlawanan keras.

Presiden Zelenskyy mengatakan, pasukan Ukraina berhasil mempertahankan pusat industri yang berada di wilayah Luhansk. Gubernur regional Luhansk Sergiy Gaiday mengatakan di media sosial Telegram,  "selama 100 hari, mereka telah meratakan segalanya". Dia menuduh Rusia menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan jalan.

"Tapi kami semakin kuat. Kebencian terhadap musuh dan keyakinan pada kemenangan membuat kami tak tergoyahkan," tegasnya.

Kota Severodonetsk di kawasan Luhansk yang jadi perebutan sengit
Kota Severodonetsk di kawasan Luhansk yang jadi perebutan sengitFoto: Aris Messinis/AFP

Bertahan di zona industri

Pasukan Ukraina masih menguasai zona industri, kata Gaiday, sebuah situasi yang mengingatkan pada Mariupol, di mana pabrik baja besar telah menjadi tempat bertahan terakhir, sebelum pasukan Ukraina akhirnya menyerah pada akhir Mei.

Pabrik Azot di Severodonetsk, salah satu pabrik kimia terbesar di Eropa, menjadi sasaran serangan Rusia yang menembaki gedung administrasi dan gudang tempat penyimpanan metanol.

Sementara situasi di Lysychansk - kota kembar Severodonetsk yang terletak tepat di seberang sungai - juga tampak semakin mengerikan. Sekitar 60 persen infrastruktur dan perumahan telah hancur. "Jaringan internet, jaringan seluler dan jaringan gas terputus", kata Wali Kota Oleksandr Zaika. "Penembakan semakin kuat setiap hari," katanya.

Sejak invasi Rusia 24 Februari lalu, ribuan orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi, sementara Presiden Zelenskyy mengatakan hingga 100 tentara Ukraina tewas setiap hari di medan perang.

Minta lebih banyak „senjata paling modern" dari Jerman

Ketua parlemen Ukraina Ruslan Stefanchuk yang sedang berkunjung ke Jerman menyerukan pengiriman cepat sistem senjata dari Jerman. Saat mengunjungi Berlin, dia menyatakan akan mengundang Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Kyiv untuk "memberikan pidato di parlemen Ukraina."

"Sangat penting bagi kami untuk mencairkan es, dan bahwa Ukraina memiliki kesempatan untuk mendapatkan senjata terbaru dan paling modern dari Jerman," katanya.

Dia juga mendesak Berlin untuk mengirim lebih banyak senjata, dengan mengatakan bahwa Kyiv membutuhkan "senjata berat seperti howitzer, peluncur roket, sistem pertahanan udara dan senjata anti-kapal."

Ruslan Stefanchuk menambahkan, jika Ukraina kalah perang, pasukan Rusia akan berada di negara-negara Baltik dan Polandia dalam waktu satu bulan. Mengomentari kemungkinan gencatan senjata dengan Moskow, Stefanchuk menegaskan, "ada garis merah bagi kami. Kami tidak akan menyerahkan wilayah kami - baik Donbas maupun Krimea."

hp/as (afp, rtr, ap, dpa)