1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uji Publik bagi Calon Presiden dan Wakilnya

Indonesien  | Farida Indriastuti -  Blogger
Farida Indriastuti
29 Desember 2023

Debat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari critical thinking, kegiatan argumentasi yang memiliki tujuan untuk menyampaikan pendapat yang berbeda dan bertentangan dengan pendapat orang lain. Kolom Farida Indriastuti.

https://p.dw.com/p/4af2T
Simbol pemilu
Gambar ilustrasi pemiluFoto: picture alliance/abaca/J. Tarigan

Dalam buku "Philology and Global English Studies" yang ditulis oleh Suman Gupta (penerbit Palgrave Macmilan), pada bagian Theory Debate and Discourse Analysis disebutkan William Cain menemukan: “The political debates in contemporary theory are intense, even frenzied, but not very productive or precise.” (1984, P. XIV). Meski begitu debat dapat menguji intelektual seseorang, apalagi kapasitas seseorang adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dalam posisi sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pilpres 2024. Masyarakat awam seperti saya dapat mengetahui visi dan misi, atau manifesto politik yang ditawarkan ke rakyat, rencana kerja mereka masing-masing sebagai capres dan cawapres. 

Debat capres dan cawapres bisa menjadi momen yang krusial bagi ketiga kandidat calon pemimpin bangsa, sedangkan bagi pemilih seperti saya dapat menerima penjelasan yang lebih komprehensif soal visi dan misi, serta gagasan pasangan capres dan cawapres. Debat capres dan cawapres resmi memang difasilitasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), tapi forum debat bisa diselenggarakan oleh berbagai kalangan masyarakat sipil, seperti di lembaga akademik, lembaga penelitian atau lembaga non pemerintah lainnya. 

Menanti gagasan

Saat cawapres nomor urut 2 menghadiri Deklarasi Buruh Pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara, 9 Desember 2023 lalu, warga Cilincing berharap mendengar gagasan langsung yang disampaikan sebagai cawapres, dan yang terjadi sebaliknya, cawapres nomor urut 2 bicara sangat singkat tidak lebih dua menit, sampai MC mengatakan, “Cuma segitu saja jauh-jauh datang dari Solo?” Tentu sebagai warga yang akan memilih pada Pilpres 2024, bingung dengan sikap cawapres nomor urut 2. 

Pemilih seperti saya ingin mengetahui lebih dalam gagasan mereka para capres dan cawapres yang meliputi bidang hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, kebebasan pers, penguatan demokrasi dan lainnya, meski pengaruh debat capres dan cawapres terhadap elektabilitas para kandidat tak sebesar metode kampanye di lapangan. Saya termasuk pemilih yang belum menentukan pilihannya (undecided voters), sebelum mengetahui semua gagasan yang ditawarkan oleh seluruh kandidat capres dan cawapres. Selain pemilih seperti saya, juga terdapat pemilih yang tak loyal terhadap satu kandidat tertentu alias mengambang (swing voters), dan jumlahnya masih cukup besar.

Padahal debat capres dan cawapres dapat berimplikasi pada persepsi publik terhadap kecakapan, kredibilitas dan kapasitas setiap kandidat. Tentu pemilih seperti saya tidak ingin membeli kucing dalam karung, tanpa mengetahui rekam jejak calon pemimpin negara ini. Pemimpin yang terpilih secara demokratis saja, bisa melenceng selama memimpin negara.

Membosankan 

Saya bayangkan, jika debat capres dan cawapres yang difasilitasi oleh KPU hanya memaparkan visi dan misi, tanpa saling sanggah akan terasa membosankan. Padahal sanggahan, justru esensi dari debat capres dan cawapres selama ini. Tapi lihat saja nanti, debat capres dan cawapres akan seperti apa?

Tema-tema yang krusial akan disodorkan KPU untuk debat capres seperti tema hukum, HAM, pemerintahan, pemberantasan korupsi dan penguatan demokrasi, ekonomi (kerakyatan dan digital), kesejahteraan sosial, investasi, perdagangan, pajak (digital), keuangan, pengelolaan APBN  dan APBD, infrastruktur, teknologi informasi, peningkatan layanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan (post-COVID society), serta ketenagakerjaan.

Sedangkan tema untuk debat cawapres meliputi tema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional, energi, sumber daya alam, sumber daya manusia, pangan, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria dan masyarakat adat.

Bagaimana debat tanpa adu pendapat dan sanggahan ini akan berjalan sesuai aspirasi masyarakat? Ataukah akan kehilangan kesempatan untuk memperdalam materi atau perbandingan materi? Tentu para pemerhati dan masyarakat akan menanti gagasan semua kandidat dalam menyodorkan perspektif yang berkeadilan dan berkelanjutan. Masih tersisa debat berikutnya. tentukan suara Anda. 

 

@faridaindria, penulis dan pewarta foto, gemar keliling Indonesia untuk meneliti dan mendokumentasikan beragam aspek kehidupan.

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

*Luangkan menulis pendapat Anda atas opini dan turut berdiskusi di laman Facebook DW Indonesia. Terima kasih.

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!