1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Ingin Berdagang ke Eropa? Begini Triknya

22 Juli 2023

Kamu pengusaha kecil menengah yang ingin merambah pasar Eropa? Selama ini barang-barang dari Thailand, Vietnam dan negara jiran lainnya bisa ditemui di Eropa. Namun mengapa dari Indonesia sulit dijumpai?

https://p.dw.com/p/4U8Ww
Maryna Mai sedang pameran
Berjualan produk Indonesia di EropaFoto: Maryna Mai

Maryna Mai adalah seorang importir produk-produk Indonesia untuk dijual di pasar Eropa. Ada berbagai produk misalnya dari fesyen, mebel, makanan yang dipasarkan Marina, diambil dari mitra lokal di Indonesia kemudian diperjualbelikan di Eropa. Menurutnya, selama

produk-produk tersebut tersertifikasi, aman diperjualbelikan. "Khususnya untuk mebel, kita perlu flag certification ya jadi untuk showing source bahwa barangnya itu legally. Kalau untuk makanan, biasanya di sini ada kayak semacam BPOM seperti di Indonesia, FAVV namanya, selain custom check mereka juga ada inspeksi untuk produk makanan. Jadi kalau ditanya susah apa enggak, tergantung makanannya juga ya. Kita banyak fokus untuk vegetarian, organic, natural products, " demikian dijelaskan Maryna. Jenis-jenis produk  itu lebih sesuai target yang diinginkan konsumen Eropa.   

Maryna melihat ini banyak potensi produk di Indonesia, terutama yang terbuat dari bahan-bahan alami, produk-produk yang ekologis yang terbuat dari bahan daur ulang atau pewarna alami, dan melibatkan pemberdayaan masyarakat di daerah banyak diminati di Eropa. "Kalau untuk makanan misalkan kita ada chips buah-buahan, di sini tidak banyak semua orang tahu chips salak atau keripik salak. Itu tidak banyak yang tau. Keripik nangka, mereka juga enggak pernah makan. Jadi kita selalu mencoba untuk membawa sesuatu yang unik, tapi juga memberikan cita rasa yang menarik."

Sementara untuk produk-produk mebel harus dipastikan asal muasal kayunya legal, bisa juga produk mebel daur ulang, yang bisa ditingkatkan lagi nilainya sehingga itu dapat dijadikan sebuah produk lebih bermanfaat. "Bisa jadi tatakan piring. Terus untuk pakaian sendiri, kita fokus yang (pakai) pewarna alami, jadi sebisa mungkin kita lebih ke nature, alam, semua yang kalau memang bisa dikolaborasikan dengan produk-produk natural," tandasnya.

Bagaimana dengan birokrasinya?

Untuk masuk ke Eropa pastinya produk-produk dari luar negeri selalu membutuhkan sertifikasi-sertifikasi khusus sebagaimana dipaparkan Maryna tadi. Untuk produk makanan biasanya akan ada inspeksi. "Biasanya inspeksi dari ingredients, komposisi produk makanan, prosesnya, itu ada lagi terpisah regulasinya. Jadi enggak cuma dari custom agent yang inspeksi, tapi ada dua approval sama yang dari badan kesehatan setempat," jelasnya.

Sementara untuk produk tekstil, menurut Maryna lumayan mudah. Namun yang harus digarisbawahi adalah para pengusaha kecil menengah (UMKM ) di Indonesia, yang membuat produk handmade, harus mampu menghasilkan produk dengan kualitas seragam. "Kualitas satu sama lain kadang-kadang suka agak berbeda. Nah itu mesti dicek, quality control-nya,” papar Maryna.

Sartono Wahadi, pengusaha pembuatan batok kelapa di Cirebon ingin sekali bisa mengekspor produk-produknya seperti piring dari batok, centong, keranjang dan lainnya ke Eropa. Namun ia mengaku masih kesulitan bisa menyeragamkan produknya. Dengan bantuan mesin baru kini ia mulai memperhatikan ketentuan itu. "Lumayan jika sukses, apalagai sudah tidak pandemi COVID-19, harusnya bisa lebih mudah kita memasarkan barang-barang eksotis kita ke Eropa. Selama ini saya ragu karena tidak paham ketentuannya. Namun setelah dipelajari, ternyata yang terpenting punya sertifikasi saja dan menyediakan katalog serta contoh barang. Kini saya berani buat mulai merambah pasar Eropa,” ucap Sartono antusias.

Prosedurnya tidak rumit?

Sebagai agen penghubung, biasanya Maryna meminta katalog produk dari para pengusaha kecil menengah di Indonesia. "Kita lihat dulu. Sebenarnya setahun sekali saya pulang ke Indonesia, kita juga lakukan visit langsung on the spot ke lokasinya, " kata Maryna.

Kedua, pebisnis harus menyediakan sampel barang, lengkap dengan semua ukuran produk yang ingin dijual. "Contohnya pakaian. Badan orang Eropa sama badan orang Indonesia beda, kita biasanya mensinkronasikan ukuran-ukurannya berapa sebenarnya, model, warnanya,” demikian ulas Maryna.

Di luar dari itu semua itu, pengemasan juga jadi faktor penting.  Maryna menyediakan costum agent yang membantu dalam memandu cara mengemas barang untuk dikirim ke Eropa. "Karena packing itu penting banget juga. Biasanya kalau packing-nya tidak benar, sampai sini kondisi kualitas barangnya akan rusak, jadi enggak bisa diapa-apain juga," pungkasnya mengingatkan.