1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Tolak Karantina Warga dari Wuhan, Bentrok Pecah di Ukraina

21 Februari 2020

Bentrokan antara warga lokal dan polisi terjadi di sebuah kota di Ukraina yang akan menampung para pengungsi dari Wuhan. Penduduk khawatir terinfeksi virus COVID-19.

https://p.dw.com/p/3Y7ME
Warga dihadang barikade polisi - Ukraina
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Lukatsky

Bentrokan terjadi di sebuah kota di Ukraina tengah pada Kamis (20/02) ketika warga setempat marah dan memprotes kedatangan orang-orang yang dievakuasi dari Cina dan akan dikarantina untuk menghindari penyebaran virus corona jenis baru, atau COVID-19.

Sekitar 45 warga Ukraina dan 27 warga negara asing telah dievakuasi dari kota Wuhan di Cina asal virus COVID-19. Mereka dibawa ke sanatorium di kota Novi Sanzhary yang terletak di sebelah timur ibu kota Kiev untuk dikarantina selama dua minggu.

Sejauh ini, tidak ada kasus infeksi virus COVID-19 yang dikonfirmasi di Ukraina. Namun kekhawatiran akan kemungkinan menyebarnya virus ini telah mendorong penduduk setempat untuk menghadang konvoi bus yang membawa warga yang mengungsi keluar dari Wuhan ini.

Dalam protes yang mengalami kebuntuan sepanjang hari itu, warga bentrok dengan pihak berwenang, membakar ban, berusaha memblokir jembatan dan melemparkan proyektil ke arah bus.

Dua jendela bus dihancurkan ketika para warga pengungsi masih berada di dalamnya. Para pengunjuk rasa juga meneriakkan kata-kata umpatan semacam "kamu memalukan" kepada ratusan polisi yang dikerahkan untuk menjaga ketertiban.

"Memangnya tidak ada tempat lain di Ukraina untuk menampung 50 orang? Misalnya di desa-desa terpencil atau di tempat yang jauh dari keramaian dan tidak membawa ancaman terhadap populasi?" ujar seorang warga bernama Yuriy Dzyubenko.

Ketidakpercayaan terhadap pemerintah Ukraina

Meskipun sempat terjadi bentrokan, para pengungsi akhirnya berhasil dibawa ke klinik yang segera diamankan oleh polisi.

Pihak berwenang mengatakan bahwa para warga yang kembali dari Wuhan telah melalui uji pemindaian virus sebanyak dua kali sebelum diizinkan terbang pulang ke negara mereka. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, meminta masyarakat untuk tenang dan mengatakan bahwa para pengungsi tidak membahayakan komunitas. 

Warga Ukraina tiba dari Cina
Puluhan warga yang dievakuasi dari Cina dibawa ke kota Novi Sanzhary, Ukraina, untuk dikarantina.Foto: picture-alliance/Photoshot

"Ada bahaya lain yang ingin saya sebutkan. Yaitu bahaya lupa bahwa kita semua adalah manusia dan kita semua orang Ukraina," kata Zelenskiy.

Publik Ukraina memang dilanda rasa tidak percaya yang sangat dalam kepada pemerintah mereka. Negara ini rawan korupsi dan memiliki sistem perawatan kesehatan yang lemah. Ukraina juga tengah berjuang mengatasi epidemi campak yang disebabkan oleh keengganan beberapa orang untuk memvaksinasi diri dan anak-anak mereka.

Cina mulai uji coba vaksin pada April

Sementara itu, terkait pengobatan pasien terinfeksi virus COVID-19, Cina memperkirakan dapat memulai uji klinis vaksin terhadap pasien pada sekitar akhir April, ujar seorang pejabat di Cina, Jumat (21/02).

Hingga kini di Cina telah lebih dari 2.200 orang meninggal dunia dan lebih dari 75.000 terinfeksi virus COVID-19. Di luar Cina, korban tewas mencapai 11 orang, dengan sekitar 1.100 kasus infeksi di 25 negara.

"Beberapa tim peneliti sedang mencoba teknik yang berbeda untuk mengembangkan vaksin potensial, dan vaksin paling awal diperkirakan akan diajukan untuk uji klinis sekitar akhir April," ujar Xu Nanping, Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Cina, dalam sebuah jumpa pers.

Xu Nanping menambahkan bahwa pengembangan dan penelitian vaksin Cina saat ini "pada dasarnya sejalan dengan negara lain," tambahnya.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, pada Selasa (18/02) mengatakan perlu waktu satu tahun atau lebih agar vaksin siap.

Cina saat ini menggunakan lima pendekatan berbeda untuk mengembangkan vaksin guna mencegah penyebaran virus, kata Zeng Yixin, Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional Cina.

ae/vlz (dpa, Reuters, AFP)