1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Steinmeier: Jerman dan Indonesia Berbagi Nilai yang Sama

16 Juni 2022

Presiden Frank-Walter Steinmeier menegaskan komitmen Jerman memperkuat hubungan dengan Indonesia. Kunjungannya melatari upaya Berlin mendekati Indonesia di tengah konflik gepolitik, krisis ekonomi dan perubahan iklim

https://p.dw.com/p/4CmEb
Presiden Joko Widodo dan Frank-Walter Steinmeier
Presiden Joko Widodo (ki.) dan Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier (ka.)Foto: Georg Matthes/DW

Bukan kebetulan Indonesia dipilih sebagai negara tujuan utama dalam lawatan terbesar pertama Presiden Frank-Walter Steinmeier sejak terpilih kembali Februari lalu. Hal ini diakui Presiden Joko Widodo ketika menyambut kedatangan kepala negara Jerman itu di Istana Bogor, Kamis (16/6).

"Tentu ini menunjukkan kedekatan hubungan kedua negara,” kata dia dalam keterangan pers. "Presiden Steinmeier juga bukan orang baru bagi saya karena kita sudah pernah bertemu di Jakarta di tahun 2014 saat beliau menjabat sebagai menteri luar negeri.”

Kunjungan Steinmeier memayungi kemeseraan baru antara Jerman dan Indonesia yang pada 2022 ini merayakan 70 tahun hubungan diplomasi. Akhir Juni mendatang, giliran Jokowi yang diundang sebagai tamu kehormatan dalam KTT G7 di Elmau, Jerman. Tahun depan, Indonesia juga menjadi negara mitra di pameran teknologi Hannover Messe.

"Kami ingin agar kita bisa saling mengandalkan satu sama lain,” kata Steinmeier di Istana Bogor. Di sana, dia menjanjikan komitmen Jerman dan Uni Eropa untuk "terus meningkatkan kerjasama,” dengan Indonesia.

Perdagangan menjadi agenda besar dalam pertemuan kedua kepala negara. Karena meski mewakili perekonomian terbesar di Uni Eropa dan ASEAN, volume perdagangan antara Indonesia dan Jerman saat ini masih tergolong kecil. 

Sepanjang 2021, kedua negara hanya mencatat volume perdagangan senilai USD 6,6 miliar. Adapun dengan negara ASEAN lain seperti Vietnam dan Malaysia misalnya, Jerman mencatatkan volume dagang sebesar USD 13 miliar.   

Dalam sambutannya, presiden Jerman menekankan pentingnya peranan Indonesia bagi Jerman maupun Uni Eropa dalam kemitraan strategis. "Kajian hubungan Uni Eropa- ASEAN dalam kemitraan strategis merupakan langkah penting. Kami siap dengan langkah selanjutnya, dan di tahun-tahun mendatang ingin melanjutkan kerjasama yang lebih mendalam dengan Indonesia sebagai mitra kunci di kawasan dan di ASEAN. Inilah tujuan kunjungan saya di sini. Kami semakin mendekat dan bahu membahu dengan negara-negara yang yang memiliki nilai dan kepentingan yang sama", tegas Steinmeier.

Kerja sama digital dan teknologi

Dalam pertemuan di Bogor, Jokowi didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. 

Menurut Istana Negara, kesempatan itu digunakan oleh Kementerian Perindustrian untuk menandatangani nota kesepahaman dengan sejumlah perusahaan Jerman, antara lain produsen semikonduktor Jerman, Infineon AG.

Pemerintah berharap, Infineon dan perusahaan teknologi tinggi lain di Jerman agar tidak hanya berinvestasi, tetapi juga terlibat mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi. 

Perusahaan asal Duisburg itu awal tahun ini mengumumkan ingin memperluas pabriknya di Batam dengan menyuntik dana senilai 2,4 miliar Euro. Hal ini disambut baik Presiden Jokowi, yang ingin menawarkan Indonesia sebagai sentra produksi alternatif untuk sektor teknologi.

"Saya mengajak industri Jerman untuk mengembangkan pabrik semi konduktor di Indonesia dan menjadikan industri ini bagian dari rantai pasokan mikrochip global,” tutur Jokowi.

Di hari pertama lawatannya, Steinmeier diundang bertemu dengan perwakilan usaha di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), sebelum berkunjung ke Taman Wisata Alam Mangrove, Kamal Muara, dan bertemu dengan pakar iklim dan lingkungan.

Diplomasi iklim di era konflik

Perlindungan iklim termasuk menjadi prioritas utama dalam peningkatan kerjasama antara Jerman dan Indonesia. Dalam pertemuannya dengan Steinmeier, Jokowi menegaskkan apresiasi Indonesia atas bantuan pemerintah di Berlin, dalam pembiayaan Inisiatif Infrastruktur Hijau (GII) senilai 2,4 miliar Euro.

Kesepakatan terkait dirangkai 2019 silam dan berjangka waktu lima tahun. Di dalamnya, Bank Pembangunan Jerman (KfW) menawarkan kredit lunak untuk proyek ramah iklim lintas sektoral.

Proyek pertama yang akan dijalankan antara lain adalah pembangunan pusat mangrove pertama di Indonesia. "Kemudian integrasi transmisi hijau di Sulawesi Utara senilai 150 juta Euro serta pengembangan energi geotermal senilai 300 juta Euro. Saya mengajak Jerman menjadi mitra Indonesia dalam mengolah potensi-potensi sumber-sumber energi baru terbarukan di Indonesia," kata Jokowi.

Kemeseraan baru antara kedua negara ikut dimuluskan oleh sikap Indonesia mendukung resolusi PBB yang mengecam invasi Rusia di Ukraina, Februari silam. Kepada Jokowi, Steinmeier berterimakasih atas "sikap tegas” Indonesia, yang menurutnya menunjukkan komitmen terhadap demokrasi dan hukum internasional.

"Kami mendekat dengan negara-negara yang berbagi nilai dan kepentingan yang sama,” kata dia.

rzn/as (dpa,ap,sekpres)