1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiKorea Selatan

Sistem Persenjataan Korea Selatan Makin Diminati di Eropa

3 Agustus 2022

Polandia dan Korsel minggu lalu menandatangani perjanjian pembelian 1000 tank tempur jenis K2 dan 50 jet tempur FA-50 senilai 15 miliar dolar AS. Inilah ekspor senjata terbesar Korsel dalam sejarahnya.

https://p.dw.com/p/4F31s
Tank K2 buatan Korea Selatan
Tank K2 buatan Korea SelatanFoto: Kim Hee-Chul/epa/dpa/picture alliance

Dalam kesepakatan ekspor militer terbesar dalam sejarahnya, Korea Selatan pekan lalu setuju untuk menjual hampir 1.000 tank tempur utama K2 "Black Panther" ke Polandia, bersama dengan 648 panser howitzer K9 "Thunder” dan 48 jet tempur FA-50 "Golden Eagle". Pemerintah di Seoul dan Warsawa juga menyatakan harapan untuk kerjasama lebih lanjut di bidang keamanan dan pertahanan.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada 27 Juli dan bernilai sekitar 20 triliun won (USD 15,3 miliar), meskipun angka pastinya belum disepakati, karena diskusi masih berlanjut tentang produksi tank dan howitzer di bawah lisensi di Polandia.

Kontingen pertama dari 180 tank K2 dijadwalkan akan dikirim ke angkatan bersenjata Polandia tahun 2022 ini. "Kami menginginkan perdamaian jadi kami harus bersiap untuk perang. Angkatan bersenjata Polandia harus begitu kuat sehingga agresor tidak dapat memutuskan untuk menyerang," kata Mariusz Blaszczak, wakil perdana menteri dan menteri pertahanan Polandia, pada acara penandatanganan.

"Karena dukungan Polandia untuk Ukraina, kami perlu mengisi kekosongan kekuatan darat dan udara," tambah Mariusz  Blaszczak. "Sistem senjata Korea adalah yang paling cocok mengingat teknologi, harga, dan waktu rilisnya." Dia menekankan bahwa kesepakatan itu "hanya tahap pertama dari kerja sama kedua negara."

Jet tempur T-50 buatan Korea Selatan
Jet tempur T-50 Golden Eagle buatan Korea SelatanFoto: Chung Sung-Jun/Getty Images

Rekor baru ekspor senjata Korsel

Korea Selatan pada tahun lalu menjual senjata senilai 7 miliar dolar AS, yang merupakan rekor tertinggi bagi negara tersebut, dan angka itu diperkirakan akan meningkat dan mencapai USD 10 miliar tahun ini.

Pemerintah dan industri senjata di Korea Selatan memang bertekad meningkatkan penjualan peralatan militer ke luar negeri, untuk memperoleh pendapatan devisa cukup bsar yang dapat digunakan kembali untuk pengembangan persenjataan yang lebih maju, dan memperkuat posisi Seoul sebagai salah satu produsen senjata terkemuka di dunia.

Banyak negara juga melihat peralatan militer Korea Selatan dapat diandalkan dan berteknologi maju, namun tidak semahal sistem yang dikembangkan oleh negara lain seperti AS. Sebuah pesawat tempur FA-50 misalnya, kemungkinan akan dijual dengan harga satuan sekitar USD 30 juta, jauh lebih murah daripada F-35 buatan AS, yang harga satuannya setidaknya USD 77 juta untuk model dasar.

Pengembang persenjataan militer Korea Selatan memang punya reputasi yang cukup baik. Tank K2 "Black Panther" yang berbobot 54 ton, memiliki lapis baja komposit dengan meriam utama 120 mm yang memuat amunisi secara otomatis dan punya sistem pertahanan rudal integral. Tank itu memiliki kecepatan tertinggi off-road 50 kilometer per jam dan jangkauan sejauh 450 kilometer. Norwegia dan Mesir juga sedang mempertimbangkan untuk membeli tank andalan militer Korea Selatan itu.

Sedangkan panser howitzer K9 "Thunder" dilengkapi dengan self-propelled howitzer yang dapat melontarkan munisi hingga 40 kilometer dan kecepatan tembakan hingga delapan tembakan per menit. Berbobot 47 ton, senjata itu telah dijual ke Estonia, Norwegia, Polandia, Turki, Finlandia, Australia dan India.

Negara-negara pengekspor senjata, Statistik tahun 2018
Negara-negara pengekspor senjata, Statistik tahun 2018

Kualitas 'di atas rata-rata' dan harga bersaing

Sistem persenjataan ketiga yang dibeli Polandia adalah jet tempur FA-50 "Golden Eagle", pesawat tempur berbobot ringan yang dikembangkan bersama oleh Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin dari AS. Meskipun bukan pesawat tempur paling canggih yang ada, FA-50 dapat melakukan misi tempur, misi pengintaian, dan pelatihan, dengan kecepatan tertinggi 1.837 kilometer per jam.

Menteri pertahanan Polandia Mariusz Blaszczak mengatakan, pesawat itu akan menggantikan armada pesawat tempur Mig buatan Rusia, yang sekarang tidak mungkin mendapatkan suku cadang lagi. Pesawat FA-50 pertama akan tiba pada awal tahun depan.

"Kualitas dan daya saing harga jual sistem pertahanan Korea Selatan luar biasa, dan jelas pemerintah Polandia mengakui itu,” kata Park Jung-won, profesor hukum di Universitas Dankook Korea Selatan. Kapal perang dan kapal selam yang diluncurkan di galangan kapal Korea Selatan telah bertugas di angkatan laut Thailand, Filipina dan Selandia Baru, sementara kapal tanker telah dibuat untuk militer Inggris dan Norwegia.

K9 "Thunder" adalah kendaraan darat militer terlaris Korea Selatan, dengan unit yang dijual ke India, Australia, Mesir dan Norwegia. Sejumlah negara lain dilaporkan tertarik untuk membelinya, termasuk Arab Saudi, UEA, Rumania, dan Inggris. Sedangkan Tank jenis K2 telah dijual ke Oman dan berfungsi sebagai tank basis di Turki.

Australia saat ini dilaporkan sedang menguji varian kendaraan tempur infanteri K21, dan Canberra menyatakan ingin membeli tidak kurang dari 450 unit, untuk menggantikan kendaraan pengangkut personel lapis baja yang sudah tua. Persenjataan dari Korea Selatan memang bukan yang paling maju di dunia, tetapi harganya bersaing dan punya kualitas "di atas rata-rata”, kata Park Jung-won.

Dan Pinkston, profesor hubungan internasional di Universitas Troy di Seoul mengatakan, ekspor sistem senjata canggih memang termasuk dalam tujuan kebijakan industri Korea Selatan. "Ini benar-benar konsisten dengan tujuan industri jangka panjang yang dipimpin oleh sektor ekspor, melanjutkan tujuan dari tahun 1960-an, yang terbukti perkembangannya dengan ekspor mobil, kapal, semikonduktor, dan sebagainya," katanya.

(hp/as)