Siapa Pemasok Drone Bunuh Diri untuk Militer Rusia?
19 Oktober 2022Drone kamikaze, yang kemungkinan di impor dari luar negeri ke Rusia, menjadi senjata tidak bermoral dan sangat mematikan. Terlebih lagi militer Rusia menggunakan senjata ini dalam perangnya melawan Ukraina. Perangkat itu dapat terbang dengan kecepatan hingga 200 kilometer per jam, sehingga menghasilkan suara yang dapat didengar jauh sebelum drone itu menyerang.
Drone bunuh diri buatan Iran?
Pihak berwenang Ukraina menyebutkan, Rusia menggunakan drone bunuh diri buatan Iran. Drone itu pertama kali diluncurkan menyerang ibu kota Kyiv, pada awal bulan ini.
Gubernur Kyiv Oleksiy Kuleba mengklaim melalui layanan Telegram, tercatat sebanyak enam ledakan drone, yang jatuh di dekat ibu kota pada malam 4 Oktober. Kuleba menambahkan, ada total 12 drone yang telah dikirim dengan tujuan untuk menghancurkan infrastruktur Ukraina.
Menurut situs Military Factory, drone bunuh diri tersebut merupakan pesawat tempur udara tak berawak (UCAV) yang penuh dengan bahan peledak. Militer Ukraina mengklaim, mereka berhasil menembak jatuh UCAV buatan Iran pertama kali pada pertengahan September lalu.
Juru bicara militer Ukraina Natalia Humeniuk mengatakan kepada kantor berita AFP, sejak itu ada lebih dari dua lusin UCAV buatan Iran yang terlihat berkeliaran di Ukraina selatan. Separuh dari drone-drone tak berawak itu berhasil ditembak jatuh. "Namun, sebagian besar serangan drone bunuh diri itu menargetkan pelabuhan laut Odesa, di selatan Ukraina, di mana senjata ini banyak membunuh warga sipil di sana," tambah Humeniuk.
Kecurigaan bahwa Iran mungkin memasok Rusia dengan drone-drone ini, telah disuarakan beberapa bulan lalu. Pada akhir Agustus lalu, pemerintah AS mengutip laporan dari intelijennya, menunjukkan bahwa Moskow berusaha memperoleh drone buatan Iran itu untuk perangnya di Ukraina. Bukti itu diperkuat karena Rusia tidak lagi dapat memproduksi sendiri perangkat tersebut, akibat dari sanksi Barat yang membuat Moskow kesulitan mendapatkan komponen pentingnya.
Menurut AFP, Rusia kini telah mengakuisisi drone Qods Mohajer-6 buatan Iran. Drone tempur tak berawak tersebut dapat membawa muatan hingga 40 kilogram dan meluncur dengan kecepatan hingga 200 kilometer per jam. Selain itu, Rusia juga telah membeli drone bunuh diri HESA Shahed 136 yang lebih kecil dengan jangkauan hingga 2.500 kilometer. Namun, Iran secara resmi telah membantah menyuplai drone tersebut ke Rusia.
Seberapa mematikan drone tersebut?
Meskipun serangan pesawat tak berawak ini telah berulang kali mengakibatkan banyak kematian, para ahli mengatakan perangkat ini tidak terlalu efektif.
Jeremy Binnie dari perusahaan analisis pertahanan Inggris Jane's Defense Weekly kepada AFP mengatakan, drone bunuh diri itu tidak terlalu dapat diandalkan karena tidak dirakit dengan baik. Selain itu, muatan bahan peledak pada drone-drone ini juga "relatif sedikit". Menurut Binnie, senjata tersebut tidak akan banyak berpengaruh terhadap jalannya konflik perang antara Rusia dan Ukraina.
Bagaimanapun, yang membuatnya begitu mematikan adalah kenyataan bahwa UCAV sangat sulit dideteksi dengan radar, jelas seorang perwira militer Ukraina kepada situs berita online Amerika Serikat, Politico. Dia mengatakan kepada media, unitnya di Kherson baru-baru ini kehilangan dua tank berawak, setelah diserang dengan drone kamikaze semacam itu.
Humenuik menjelaskan lebih lanjut, drone bunuh diri ini juga memberikan lebih banyak "tekanan psikologis" bagi para warga sipil Ukraina. "Suara drone tersebut sering memicu ketakutan dan membuat warga sipil semakin gelisah," katanya.
Rencana pabrik drone di Ukraina
Musim panas ini, Moskow juga mengisyaratkan minatnya untuk mengakuisisi drone tempur buatan Turki. Namun, pabrik Bayraktar menjelaskan pada bulan Agustus lalu bahwa mereka tidak akan menjual drone tersebut untuk Kremlin.
"Tidak peduli berapa banyak uang yang mereka tawarkan, tidak mungkin bagi kami untuk memasok mereka dengan drone dalam situasi ini. Saat ini kami jelas dan sepenuhnya mendukung pihak Ukraina,” Haluk Bayraktar, CEO dari produsen senjata di Turki, kepada BBC.
Militer Ukraina kini meraih sukses dengan senjata Bayraktar TB2. TB2 menjadi sangat populer di kalangan militer Ukraina setelah senjata itu berhasil membantu mereka menghancurkan banyak sistem artileri dan kendaraan lapis baja milik Rusia.
Perusahaan asal Turki tersebut sebelumnya dilaporkan, telah merencanakan membangun sebuah pabrik drone di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan rencana tersebut pada 9 September, setelah pertemuannya dengan CEO Bayraktar.
TB2 memiliki panjang 6,5 meter dan memiliki sayap selebar 12 meter. TB2 dapat bertahan di udara selama lebih dari 24 jam dan memiliki kecepatan maksimal 220 kilometer per jam. Menurut para ahli, TB2 juga lebih murah daripada perangkat model serupa buatan Barat.
Drone buatan Israel?
Sejak awal pecahnya perang di Ukraina, sudah ada banyak spekulasi tentang penggunaan drone buatan Israel. Pada pertengahan Maret, surat kabar online Times of Israel melaporkan, foto-foto terunggah hasil dokumentasi beberapa drone Rusia yang berhasil ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina, diduga merupakan buatan Israel.
Foto-foto, yang keasliannya belum dapat diverifikasi secara independen, menunjukkan sisa-sisa pesawat tak berawak Forpost-R, termasuk stempel bertuliskan "Israel Aerospace Industries”, yakni produsen pesawat dan roket dari Israel.
Namun, Forpost-R adalah pesawat tak berawak dengan kecerdasan, pengawasan dan pengintaian, yang sudah diproduksi oleh Rusia. Forpost-R merupakan salinan dari perangkat Pencari IAI buatan Israel, yang telah dilisensikan untuk diproduksi oleh Rusia beberapa tahun lalu.
(kp/as)