1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TravelEropa

Sering Telat, Kereta Malam di Eropa Melaju Perlahan

18 Oktober 2024

Harapan naik kereta malam dengan nyaman di Eropa untuk gantikan pesawat sebagai alat transportasi yang lebih ramah iklim masih sebatas mimpi.

https://p.dw.com/p/4lwbd
Seorang perempuan duduk di dalam gerbong tidur kereta malam Nightjet Berlin-Paris
Interior kereta malam Nightjet dari Berlin ke ParisFoto: Zacharie Scheurer/dpa-tmn/picture alliance

Suasananya sangat meriah ketika kali pertama kereta malam Nightjet meluncur dari Berlin ke Paris. "Ini adalah kemajuan bagi Eropa dan ekologi," kata Clément Beaune, Menteri Transportasi Prancis saat itu.

"Hari ini adalah hari yang baik bagi semua pelancong dan komuter," kata Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing. "Ini adalah masa depan mobilitas kita,” prediksi Menteri Transportasi Austria Leonore Gewessler.

Kereta malam terhambat pengerjaan konstruksi malam

Meskipun beberapa sambungan baru telah beroperasi, kesulitan dalam memperluas jaringan kereta malam Eropa masih besar. Nightjet, misalnya, sudah berbulan-bulan tidak bisa berlari antara ibu kota Jerman dan Prancis karena pekerjaan konstruksi di kedua sisi perbatasan.

"Lalu lintas kereta api masih diatur secara nasional," kata Bernhard Rieder, juru bicara Kereta Api Federal Austria (ÖBB), yang menawarkan koneksi antara Berlin dan Paris.

Salah satu yang diatur adalah biaya tinggi untuk rute perjalanan lintas batas negara. Selain itu, ada kesulitan operasional seperti yang terjadi saat ini karena pekerjaan konstruksi yang tidak terkoordinasi di Jerman dan Perancis. Kereta malam ÖBB menanggung biaya, tapi tidak memperoleh keuntungan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Juri Maier, Ketua Back on Track Germany, sebuah organisasi nonpemerintah yang berkomitmen memperluas jaringan kereta malam juga tidak melihat banyak kemajuan. "Kenyataannya, pembangunan justru berjalan ke arah sebaliknya." Perusahaan-perusahaan perkeretaapian milik negara masih menerapkan kebijakan mereka masing-masing. "Anda tidak akan bisa menciptakan sebuah pasar bersama dengan cara itu."

Kereta malam hasilkan lebih sedikit gas rumah kaca

Ada harapan besar terhadap peningkatan penggunaan kereta malam di Eropa. Dengan rute yang panjangnya sekitar 1.000 kilometer, kereta malam diharapkan jadi alternatif penerbangan yang merusak iklim.

Studi oleh Back on Track menunjukkan bahwa hal ini akan memungkinkan penghematan tiga persen dari total emisi gas rumah kaca di Uni Eropa (UE). Karena itu, Komisi UE punya target menggandakan lalu lintas kereta api lintas batas pada tahun 2030.

"Kita harus mengalihkan sebagian besar penerbangan ke kereta api," kata Jacob Rohm, konsultan mobilitas netral iklim di Germanwatch, organisasi lingkungan hidup, pembangunan dan hak asasi manusia.

Namun ia menegaskan bahwa pasar tidak dapat mengatur hal ini dengan sendirinya. "Kita perlu koordinasi yang lebih kuat di Eropa dan pembiayaan yang dapat diandalkan, termasuk untuk perluasan jaringan kereta api," kata Rohm.

Perhatian Masyarakat terhadap topik kereta malam memang telah meningkat. Namun masih ada kekurangan dalam implementasinya. Salah satunya yaitu rumtinya proses memesan tiket perjalanan dengan kereta malam.

Kereta malam andalkan gerbong lama

Minimnya fasilitas kereta malam juga jadi masalah. Harga gerbong tidur yang masih relatif baru sering kali sangat mahal. "Tidak seorang pun mau melakukan investasi sebesar itu," kata aktivis transportasi Jon Worth. Perusahaan kereta api European Sleeper, yang didirikan tahun 2021, masih menggunakan sofa dan gerbong tidur berusia puluhan tahun untuk rute Brussel-Berlin. Itu sangat tidak nyaman.

Gerbong tidur berusia puluhan tahun masih digunakan
Perusahaan kereta api Sleeper Eropa menggunakan gerbong tidur yang sudah berusia puluhan tahun.Foto: James Arthur Gekiere/Belga/picture alliance

"Cukup sulit melakukan perjalanan dengan kereta malam di Eropa," kata Worth. Gerbong tua, pekerjaan konstruksi yang terus-menerus, pembatalan koneksi dan penundaan, semua ini lebih berdampak pada penumpang kereta malam dibandingkan siang hari karena pilihan alternatif lebih sedikit.

"Jika sedang sial, Anda harus duduk di satu tempat sepanjang malam. Tapi jika semuanya berjalan baik, itu cara terbaik untuk bepergian." 

Blogger perjalanan Sebastian Wilken juga setuju. Dia selalu bepergian dengan kereta api, karena menikmatinya dan karena alasan perlindungan iklim, katanya. Penawarannya sangat berbeda di Eropa, katanya.

Di Prancis, misalnya, tidak ada gerbong untuk tidur sama sekali, yang ada hanyalah mobil sofa yang lebih sederhana. Sebaliknya, di Inggris Raya, Anda dapat bepergian dengan dua kereta malam yang sangat nyaman, Night Riviera Sleeper dan Caledonian Sleeper.

Memang, tidak senyaman tidur di kasur sendiri

"Sejauh ini saya selalu mendapatkan pengalaman positif," kata Wilken. "Sebenarnya hampir selalu menyenangkan." Namun, suatu saat di Swedia, kereta malamnya terlambat delapan jam. Dia juga cukup menyadari bahwa tempat tidur di kereta malam tidak akan senyaman tidur sebaik di tempat tidurnya sendiri. 

"Kamu juga tidak seharusnya mendapatkan klaim itu di kereta malam." Dalam perjalanannya, ia tidak hanya bertemu dengan orang-orang yang ingin sadar iklim saat bepergian, namun juga orang-orang yang takut terbang atau tidak ingin semua keributan di bandara. "Akhir-akhir ini, semakin banyak orang yang datang untuk mencobanya untuk pertama kalinya."

Tidak diragukan lagi, ada permintaan pasar untuk rute kereta malam, kata Bernhard Rieder, juru bicara Kereta Api Federal Austria (ÖBB). "Tetapi ini akan tetap menjadi penawaran khusus."

Bagaimanapun, penerbangan jarak pendek dan menengah di Eropa masih tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh kereta malam. Namun setidaknya, kereta malam Nightjet tetap akan melaju antara Berlin dan Paris pada akhir Oktober.

Diadaptasi dari artikel DW Jerman