1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikSri Lanka

Sekutu Dinasti Rajapaksa Dipilih sebagai PM Baru Sri Lanka

22 Juli 2022

Dinesh Gunawardena dikenal dekat dengan bekas Presiden Mahinda Rajapaksa dan pernah dua kali beroposisi terhadap Ranil Wickremesinghe. Keduanya diharapkan bisa mengeluarkan Sri Lanka dari krisis ekonomi.

https://p.dw.com/p/4EVSd
Presiden Ranil Wickremesinghe (ki.) dan PM Dinesh Gunawardena (ka.)
Presiden Ranil Wickremesinghe (ki.) melantik DInesh Gunawardena (ka.) sebagai perdana menteri baru Sri LankaFoto: AFP

Mengemban misi berat menyelamatkan Sri Lanka dari krisis ekonomi parah, masa kekuasan pemerintahan baru di Sri Lanka justru diawali oleh aksi brutal kepolisian membubarkan paksa kamp demonstrasi, Jumat (22/07) dini hari. Setidaknya 50 orang dikabarkan mengalami luka-luka. Nasib naas dialami dua jurnalis yang dipukuli aparat dan harus dirawat di rumah sakit.

"Mereka memukuli kami secara kejam,” kata Buddhika Abeyrathne, 34, seorang demonstran yang menyaksikan tindak-tanduk aparat kepolisian. "Wickremesinghe tidak tahu apa itu demokrasi,” imbuhnya.

Penggerebekan tengah malam oleh aparat kepolisian diperintahkan Presiden Ranil Wickremesinghe yang menggunakan kekuasaan darurat untuk mengosongkan kamp yang sudah dihuni sejak 104 hari itu.

Demonstran mengaku sudah berniat membubarkan diri pada Jumat (22/7) sore. Namun kepolisian mengaku tidak mendapat informasi tersebut. Aksi aparat sebabnya ikut dikecam asosiasi advokat Sri Lanka.

"Penggunaan aparat bersenjata untuk meredam protes warga sipil pada hari pertama sejak terpilih sebagai presiden adalah tindakan tercela dan akan berdampak serius pada stabilitas di dalam negeri,” tulis himpunan pengacara Sri Lanka dalam pernyataan persnya.

Penggerebekan di Kolombo
Pada Jumat (22/7) dini hari, polisi dan tentara diperintahkan membubarkan paksa kamp demonstrasi di Kolombo, yang menyebabkan 50 orang luka-lukaFoto: Rafiq Maqbool/AP/dpa/picture alliance

Kembalinya klan politik

Wickremesinghe dipilih oleh parlemen untuk menggantikan Gotabaya Rajapaksa pada Kamis (21/7). Sehari setelahnya, dia menunjuk bekas rekan kelasnya, Dinesh Gunawardena, 73, sebagai perdana menteri baru. 

Serupa sang presiden, Gunawardena termasuk elit lama dan berasal dari dinasti politik papan atas di Kolombo. Ayahnya, Philip, merupakan tokoh kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan "bapak sosialisme Sri Lanka.”

Ketiga saudara kandung Dinesh tercatat pernah atau masih menjabat sebagai menteri atau anggota parlemen, termasuk putranya, Yadamini. 

Selama berkarir di dunia politik, dia pernah dua kali membantu menumbangkan kekuasaan Ranil Wickremesinghe melalui Pemilu 2004 dan 2010. Pada kesempatan kedua itu, Dinesh berkoalisi dengan bekas Presiden Mahinda Rajapaksa.

Penggerebekan di Kolombo
Pembubaran paksa kamp demonstrasi dipandang berlebihan, karena oposisi Sri Lanka mengatakan sudah berniat membubarkan diri pada sore harinya. Polisi mengaku tidak mengetahui rencana tersebut.Foto: Rafiq Maqbool/AP/dpa/picture alliance

Membibit perpecahan baru

Berakhirnya kekuasaan klan Rajapaksa setelah mendominasi lebih dari 20 tahun tidak serta merta mengakhiri riwayat politiknya. Bahkan Wickremesinghe pun harus mengandalkan dukungan partai Rajapaksa, SLPP, sebagai fraksi terbesar di parlemen.

Seorang anggota oposisi mengatakan, kebijakan keras sang presiden melawan demonstran dibuat untuk menyenangkan anggota parlemen, karena berulangkali dijadikan sasaran amukan massa atau aksi protes. 

"Ranil menjelma sebagai kandidat yang mempriortaskan penegakan hukum,” kata Dharmalingam Sithadthan, anggota legislatif Tamil.

Namun kebijakannya itu justru memicu kontroversi baru. Jatuhnya korban luka dalam penggerebekan oleh kepolisian terhadap kamp demonstran pada Jumat memicu kecaman dan oposisi baru di Sri Lanka. 

"Baru hari pertama dia sudah mengerahkan aparat bersenjata, inilah wajah asli Ranil Wickremesinghe,” kata Rajeevkanth Rajkumar, seorang pengusaha lokal yang bergabung dalam aksi protes. 

Penolakan juga datang dari politisi oposisi, Anura Kumara Dissanayek, yang kalah dalam pencalonan melawan Ranil. "Ayo jatuhkan rejim brutal yang menyerang demonstran secara keji ini,” tulisnya via Twitter.

rzn/as (afp,rtr)