1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

PBB: Rekor 120 Juta Orang Terpaksa Mengungsi Secara Global

Kieran Burke
14 Juni 2024

Laporan PBB mengungkapkan bahwa 120 juta orang terpaksa mengungsi secara global pada 2024 karena konflik dan kekerasan. Angka ini merupakan rekor tertinggi, yang mewakili 1,5% populasi dunia.

https://p.dw.com/p/4h17q
Tenda-tenda pengungsian di Suriah
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi memperingatkan bahwa kecuali ada perubahan dalam geopolitik, angka-angka tersebut akan terus meningkatFoto: Omar Albam/DW

PBB mengatakan pada Kamis (13/06) bahwa 120 juta orang hidup dalam status pengungsi paksa secara global antara awal tahun 2023 hingga Mei 2024.

Data baru ini terungkap dalam laporan Tren Global oleh Badan Pengungsi PBB (UNHCR) yang menguraikan statistik yang melacak jumlah pengungsi, pencari suaka, pengungsi internal, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan di seluruh dunia.

Konflik mendorong migrasi besar-besaran

"Diperkirakan 117,3 juta orang masih terpaksa mengungsi pada akhir 2023, terpaksa melarikan diri dari penganiayaan, konflik, kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan peristiwa yang sangat mengganggu ketertiban umum,” kata laporan itu.

Pada Mei, 120 juta orang menjadi pengungsi secara global, hampir 10% lebih banyak dibandingkan angka pada 2022, yang mewakili sekitar 1,5% dari populasi dunia, kata UNHCR.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Konflik masih menjadi pendorong terbesar terjadinya pengungsian massal,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi kepada wartawan.

"Kecuali terjadi pergeseran geopolitik internasional, sayangnya saya melihat angkanya terus meningkat,” tambahnya.

"Tahun ini, selama 12 tahun berturut-turut, jumlah pengungsi dan orang terlantar meningkat: dari 114 menjadi 120 juta. Di balik angka-angka ini terdapat banyak tragedi kemanusiaan, yang hanya dapat diatasi dan diselesaikan dengan solidaritas dan tindakan bersama,” kata Grandi dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter.

Dari Gaza, Sudan, hingga Myanmar

Laporan ini menyoroti titik-titik konflik di seluruh dunia di mana konflik dan kekerasan telah memaksa orang-orang meninggalkan rumah mereka.

Pertempuran di Sudan yang pecah pada April 2023, disebut-sebut menyebabkan salah satu "krisis kemanusiaan dan pengungsian terbesar di dunia" dengan lebih dari 6 juta orang terpaksa mengungsi pada Desember 2023.

Sementara itu, UNHCR mengatakan bahwa perang yang sedang berlangsung di Gaza "telah menimbulkan dampak buruk terhadap warga sipil Palestina" dan hingga 1,7 juta orang atau lebih dari 75% penduduk telah mengungsi di wilayah Palestina.

Menurut badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA), terdapat sekitar 6 juta pengungsi Palestina yang saat ini berada di bawah mandat mereka, dengan 1,6 juta di antaranya berada di Jalur Gaza.

Myanmar, Afganistan, Ukraina, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Haiti, Suriah dan Armenia termasuk di antara negara-negara yang disebutkan di mana konflik dan kekerasan telah memaksa orang mencari keselamatan di tempat lain.

Negara mana yang diincar para pengungsi?

Laporan tersebut menunjukkan bahwa 75% pengungsi dan migran menuju ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, berlawanan dengan persepsi bahwa sebagian besar pengungsi dan migran menuju ke negara-negara kaya.

Namun laporan tersebut menyatakan bahwa setengah dari seluruh permohonan suaka baru, hanya diterima di lima negara dan sebagian besar diajukan di AS dengan jumlah 1,2 juta jiwa.

Diikuti oleh Jerman dengan 329.100, disusul oleh Mesir, Spanyol dan Kanada.

rs/gtp (AFP, DPA)