1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IptekIndia

Para "Perempuan Roket” Bagian Penting dari Misi Bulan India

Murali Krishnan
30 Agustus 2023

Ilmuwan India berharap keberhasilan misi bulan Chandrayaan-3 akan menginspirasi lebih banyak perempuan muda untuk mempelajari sains, teknologi, dan bidang-bidang terkait.

https://p.dw.com/p/4ViAH
Mahasiswa di India menyaksikan laporan pendaratan Chandrayaan-3 di bulan
Mahasiswa di India menyaksikan laporan pendaratan Chandrayaan-3 di bulanFoto: Amit Dave/REUTERS

Akhir minggu lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan beberapa ilmuwan perempuan dari Organisasi Penelitian Luar Angkasa India ISRO untuk menyoroti peran perempuan dalam misi bulan Chandrayaan-3.

"Para ilmuwan perempuan dalam misi ini telah memainkan peran penting dalam memastikan keberhasilannya. Tanpa kontribusi mereka, pencapaian ini tidak mungkin berhasil. Mereka akan menginspirasi generasi mendatang,” kata Modi.

Modi juga memutuskan untuk memberi nama tempat pendaratan Chandrayaan-3 di bulan "Shiv Shakti", sebuah nama yang diambil dari konsep energi feminin dalam mitologi Hindu, dan sebagai penghormatan kepada ilmuwan perempuan yang bekerja dalam misi tersebut.

Antara 20 dan 25% dari lebih dari 16.000 karyawan ISRO adalah perempuan. Lebih dari 100 ilmuwan dan insinyur perempuan dilaporkan terlibat dalam misi ruang angkasa itu, yang berpuncak pada pendaratan satelit India di bulan pada 23 Agustus lalu, dan menjadikan India negara pertama yang menempatkan pesawat ruang angkasa di dekat kutub selatan bulan, yang selama ini belum dijelajahi.

Dalam wawancara dengan DW, Ketua ISRO, S. Somanath, berbicara tentang bagaimana perempuan terlibat dalam pembuatan konsep, perancangan, dan pelaksanaan misi Chandrayaan 3. "Beberapa di antaranya memainkan peran penting dalam navigasi selama penurunan kritis pendaratan,” kata Somanath.

Siapa saja ilmuwan perempuan ISRO?

Salah satu pemimpin misi tersebut adalah wakil direktur proyek, Kalpana Kalahasti. Pengalamannya mencakup peran dalam misi bulan kedua India dan misi pengorbit Mars. Kalahasti adalah seorang spesialis satelit dan telah mengawasi perangkat pencitraan canggih yang memungkinkan ISRO menangkap gambar permukaan bumi dengan resolusi tinggi.

Ilmuwan lain, Reema Ghosh, adalah spesialis robotika yang mengerjakan pengembangan wahana penjelajah "Pragyan" yang saat ini beroperasi di permukaan bulan. "Bagi saya, Pragyan seperti bayi dan dia mengambil langkah kecil di bulan. Merupakan pengalaman yang luar biasa melihat rover diluncurkan di bulan untuk pertama kalinya,” kata Ghosh kepada pers setelah kunjungan Modi.

"Masih banyak misi lain yang direncanakan, termasuk misi pendaratan Mars, dan misi Aditya-L1 yang akan segera diluncurkan,” tambahnya.

Aditya L1 adalah misi ISRO yang direncanakan untuk mempelajari atmosfer matahari dan akan diluncurkan pada minggu pertama bulan September. Ritu Karidhal, seorang ilmuwan senior dan insinyur dirgantara, bergabung dengan ISRO pada tahun 1997 dan telah menjadi bagian dari banyak misi luar angkasa yang penting, termasuk Chandrayaan-2, di mana dia menjadi direktur proyek dan misi pengorbit Mars "Mangalyaan."

Dikenal sebagai "perempuan roket" India, Karidhal juga menerima "Penghargaan Ilmuwan Muda ISRO".

"Chandrayaan telah selamanya menuliskan nama India di bulan. India menjadi negara pertama yang mencapai kutub selatan bulan. Saya dan yang lainnya berperan besar," tulis Karidhal di media sosial.

Ilmuwan senior ISRO lainnya, Nidhi Porwal, yang juga bekerja keras selama empat tahun untuk memastikan keberhasilan Chandrayaan-3, menggambarkan pendaraant di permukaan bulan sebagai sesuatu yang "ajaib”. Ia mengatakan, kontribusi perempuan di ISRO menjadi contoh kuat bagi bidang-bidang lain.

Para siswi melihat model Chandrayaan-3 di Museum Teknologi di Kolkata
Para siswi melihat model Chandrayaan-3 di Museum Teknologi di KolkataFoto: Debajyoti Chakraborty/NurPhoto/picture alliance

Dibutuhkan lebih banyak perempuan di bidang STEM

Terlepas dari rekam jejak ISRO yang mengikutsertakan ilmuwan perempuan, para ahli percaya bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam program sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

"Setiap upaya ilmu pengetahuan dan teknologi di negara ini harus menjadi tujuan untuk memastikan bahwa partisipasi perempuan tidak meningkat secara bertahap, tetapi dengan pesat. Kita jauh tertinggal dari tujuan tersebut,” kata Vineeta Bal, seorang ahli biologi, kepada DW.

Bal, mantan anggota gugus tugas perdana menteri untuk perempuan di bidang sains di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, mengatakan India memerlukan keterwakilan perempuan yang lebih tinggi dalam disiplin ilmu ini. Sebuah survei nasional baru-baru ini menemukan bahwa perempuan hanya mencakup 13% ilmuwan dan pengajar sains di lembaga pendidikan tinggi dan penelitian di India.

Menurut data Bank Dunia, hampir 43% dari total lulusan STEM di India adalah perempuan, salah satu lulusan tertinggi di dunia. Namun, perempuan hanya mencakup 14% ilmuwan, insinyur, dan teknologi di lembaga penelitian dan universitas.

"Kami melihat sudah lebih banyak perempuan di lembaga-lembaga ilmiah, dan hal ini merupakan hal yang menggembirakan. Namun ketika menyangkut kepemimpinan kelembagaan, terdapat kesenjangan yang besar dan analisis harus dilakukan... Ada ketidakseimbangan yang perlu diperbaiki,” kata Soumya Swaminathan, mantan kepala ilmuwan di WHO kepada DW.

(hp/yf)