1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Duterte terhadap Narkotika Dinilai Sukses

30 Juni 2017

Kampanye agresif Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap perdagangan narkotika ilegal dinilai sukses, walaupun memakan banyak korban tewas. Hari ini Duterte sudah setahun jadi presiden.

https://p.dw.com/p/2fgpE
Philippinen Rodrigo Duterte
Foto: Reuters/E. Acayan

Rodrigo Duterte memulai masa pemerintahannya dengan serangkaian kritik terhadap mereka yang tidak setuju dengannya, juga komentar kejamnya tentang pemerkosaan dan korban pemerkosaan. Itulah yang jadi kesan paling kuat di mata dunia dari presiden Filipina tersebut. Hari ini ia sudah jadi presiden selama setahun.

Baca juga: Duterte Terjunkan Militer Dalam Perang Narkoba

Kelompok Hak Asasi Manusia, organisasi internasional dan beberapa negara mengkritik keras "perang" yang dilancarkan Duterte terhadap pengguna dan penyalur obat-obat terlarang. Kampanyenya yang tanpa ampun itu menyebabkan ribuan orang tewas. Tapi Isidro Lapena, direktur badan penanganan obat terlarang mengatakan langkah Duterte terbukti benar dan telah mencapai kesuksesan. Itu juga penilaian banyak warga Filipina yang tampak dari sejumlah jajak pendapat.

Dalam tahun pertama pemerintahan Duterte sedikitnya 3.171 tersanga penyalur atau penjual obat terlarang tewas dalam sejumlah operasi polisi. Di samping itu lebih dari 1,3 juta pengguna atau penyalur menyerahkan diri. Demikian ditambahkan Lapena. Sejauh ini polisi masih menyelidiki kematian lebih dari 10.000 orang, untuk menentukan apakah kematian mereka terkait bisnis obat terlarang.

Baca juga: Presiden Filipina Duterte Diadukan ke Mahkamah Pidana Internasional

Kritik dari organisasi internasional

Organisasi Amnesty International mengkritik Duterte karena dinilai menciptakan "iklim tanpa hukum" dan secara khusus menyetujui penggunaan kekerasan yang telah menyebabkan kematian ribuan orang. Padahal ketika berkampanye untuk jadi presiden, Duterte berjanji akan menyingkirkan kejahatan.

"Kampanye pemberantasan yang dijalankan dengan kekerasan tidak mengakhiri kejahatan atau menjadi solusi bagi masalah terkait obat terlarang." Demikian dikatakan James Gomez, Direktur Amnesty International untuk Asia Tenggara dan Pasifik. "Yang dihasilkan kampanye itu adalah negara yang jadi sangat berbahaya, hukum yang tetap tidak dipatuhi dan menjadikannya pemimpin yang bertanggungjawab atas kematian ribuan rakyatnya sendiri." Demikian James Gomez.

ml/hp (ap, afp, dpa)