1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ägypten Wahl Deutschland

25 November 2011

Berlin mengamati Mesir dengan seksama. Pemerintah Jerman mengikuti pemilihan bebas pertama di negara itu. Tetapi juga muncul kekhawatiran akan masa depan Mesir pasca revolusi.

https://p.dw.com/p/13H9x
Foto: dapd

"Revolusi biasanya hanya membawa sedikit perubahan", demikian tegas ilmuwan Mesir Hania Sholkamy. Begitu pakar antropologi ini menggambarkan situasi di Mesir sepuluh bulan setelah revolusi. Sejak Mubarak jatuh, tidak banyak yang berubah di negaranya. Birokrasi Mesir yang menguasai kehidupan warga masih ada. Lagipula, sejak revolusi, warga yang konservatif semakin menarik diri. Semakin banyak warga yang merasa lebih dekat dengan haluan yang agamis. Ini tampak jelas melalui semakin kuatnya posisi Ikhwanul Muslimin. Di tingkat sosial juga tidak ada perkembangan positif. Pembagian kekuasaan tetap tidak adil di Mesir.

Kekhawatiran Akan Perkembangan di Masa Depan

Sholkamy diundang partai Hijau ke Berlin untuk menceritakan situasi di kampung halamannya menjelang pemilihan pertama yang bebas di Mesir. Jerman turut khawatir akan perkembangan di Kairo, Alexandrua dan kota-kota lain, dimana sejak beberapa hari terakhir warga kembali turun ke jalan.

Menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle tampak tidak tenang akan bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan di Kairo. Sejumlah korban tewas dan ribuan mengalami luka-luka. Ia mengirimkan pejabat urusan Timur Tengah pemerintah Jerman, Boris Ruge, ke Mesir untuk melakukan dialog. Westerwelle menuntut semua pihak untuk menghentikan aksi kekerasan dan tidak memutus jalan menuju demokrasi.

Corong Suara Kaum Muda

Khalid Tallima adalah salah seorang pejuang revolusi 25 Januari lalu. Bersama teman-temannya dan ribuan kaum muda lainnya ia mengorganisir aksi demonstrasi yang akhirnya berhasil menggulingkan Mubarak. Kini ia mencalonkan diri menjadi anggota parlemen. Ia memang akan mengajukan diri sebagai sosok independen, namun ingin mewakili kepentingan kaum muda yang revolusioner yang sekarang bersatu di wadah yang sama. Tidak hanya kaum muda yang bergaya barat dan disebut sebagai kaum muda Facebook, melainkan juga kaum muda muslim yang tidak sepaham dengan sikap konservatif kaku generasi tua kaum Islam. Talima menegaskan, "Kami ingin mewakili semua haluan".

Perubahan Ikhwanul Muslimin

Tallima mendapat dukungan dari Abdelfattah Ismail. Pakar politik ini menjanjikan bantuan para akademisi bagi kaum muda Mesir. "Kami tidak akan membiarkan, haluan tertentu memaksakan ideologi mereka. Kami tidak peduli, kalau mereka adalah kelompok mayoritas", tegas Ismail. Menurutnya, kini strategi Ikhwanul Muslimin mulai berubah. Sebelum revolusi, mereka bersedia bekerja sama dengan rezim. Sekarang, mereka ingin memainkan peran politik yang aktif dan dari segi organisasi mereka sudah siap. Kaum Salafiyah tidak begitu saja bersedia bekerja sama. Mereka juga menuntut hak turut bicara dalam pemerintahan baru Mesir. Tetapi, Ismail tidak yakin mereka bisa meyakinkan masyarakat Mesir.

Sikap skeptis dan harapan, optimisme dan pesimisme. Semua terlihat dari para tamu asal Mesir yang beberapa hari lalu berkunjung ke Jerman. Hanya satu yang jelas. Mesir berada di hadapan masa depan yang tidak jelas.

Bettina Marx/Vidi Legowo-Zipperer Editor: Marjory Linardy