Tuntutan Agar Tantawi Turun
23 November 2011Jalan-jalan di sekitar lapangan Tahrir menjadi medan peperangan. Sejak beberapa hari lalu di sana terjadi pertempuran antara demonstran dan aparat keamanan. Rakyat menginginkan turunnya pemimpin pemerintahan militer, Hussein Tantawi. Itulah yang mereka serukan.
Beberapa dari mereka bahkan menempatkan boneka Tantawi yang digantung. Bagi demonstran, Tantawi bertanggungjawab atas kekerasan yang dilancarkan aparat keamanan, juga bagi penggunaan peluru karet atau amunisi tajam. Tetapi terutama ia dianggap bertanggungjawab atas penggunaan gas air mata.
Hak Berdemonstrasi
Salah satu demonstran mengatakan, "Mengapa warga Mesir diserang dengan gas airmata yang dilarang dunia internasional? Mengapa orang-orang yang berdemonstrasi secara damai diserang dengan gas air mata yang dapat membunuh mereka. Itu bahkan tercantum di jerikennya."
Sementara itu Amr Mussa, yang pernah menjabat sekretaris jenderal Liga Arab, menjadi calon yang kemungkinan besar akan menang dalam pemilihan presiden tahun depan. Ia menyerukan agar kekerasan dihentikan. "Anak muda kita di lapangan Tahrir punya hak untuk menyatakan pendapat mereka secara bebas, juga untuk menyatakan protes dan mengadakan aksi duduk." Amr Mussa menambahkan, syaratnya, tidak boleh ada serangan terhadap gedung-gedung atau instansi milik umum lainnya. "Tapi di saat bersamaan, tidak ada yang dapat membenarkan penggunaan kekerasan dan jumlah korban tewas selama ini," demikian Mussa.
Situasi Tetap Tegang
Namun demikian situasi tetap tegang. Padahal Selasa lalu, Dewan Militer tidak hanya bersedia mengadakan referendum mengenai penyerahan kekuasaan kepada pemerintahan sipil, melainkan juga menerima pengunduran diri Perdana Menteri Essam Sharaf, serta mengumumkan pembentukan kabinet baru untuk memperbaiki keadaan negara.
Aksi protes besar-besaran seperti beberapa hari belakangan ini sudah lama tidak terjadi di lapangan Tahrir. Itu terakhir terjadi Februari lalu. Ketika itu aksi protes berhasil memaksa penguasa Hosni Mubarak tekuk lutut, dan menyerahkan kekuasaan.
Kritik Tajam Internasional
Demonstran melempari aparat keamanan dengan batu. Jumlah korban tewas, menurut keterangan yang belum diuji kebenarannya, meningkat menjadi 38 orang sejak akhir pekan lalu. Dua orang tidak tewas di Kairo, melainkan di kota pelabuhan Alexandria dan di daerah Marsa Matru.
Sementara itu, Komisaris urusan hak asasi manusia PBB, Navi Pillay menuntut penyelidikan oleh tim yang independen atas pelanggaran hak asasi di Mesir. Ia juga menyerukan pemerintah Mesir, untuk menghentikan penggunaan kekerasan yang jelas berlebihan terhadap demonstran. Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyerukan Dewan Militer di Mesir untuk tidak menggunakan kekerasan utnuk menghadapi demonstran yang menjalankan aksi protes dengan damai.
dw/rtr/dpa/Marjory Linardy
Editor: Edith Koesoemawiria