1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerhati Ungkap Bahaya Internet di Lingkungan Baduy

Detik News
13 Juni 2023

Menurut pemerhati Baduy Uday Suhada, ancaman internet di Baduy bisa berimbas pada terkikisnya adat istiadat di sana. Android yang dimiliki anak-anak juga dinilai telah mengubah sikap perilaku mereka.

https://p.dw.com/p/4SUhk
Tetua adat Baduy meminta Desa Kanekes di Leuwidamar, Lebak, bersih dari sinyal internet. Tetua adat tak mau masyarakat terpengaruh konten negatif internet.
Foto: Fathul R/detikcom

Pemerhati Baduy, Uday Suhada mengungkapkan bahayanya penetrasi internet di lingkungan adat Baduy. Adanya internet dapat membuat perubahan pola hidup masyarakat untuk menekuni hukum adat dalam bertani.

"Android yang dimiliki anak-anak Baduy telah mengubah pola pikir, sikap perilaku mereka, kini sebagian besar anak muda Baduy enggan lagi membantu orang tuanya berhuma (berkebun)," kata Uday saat dimintai tanggapan di Serang, Senin (12/6/2023).

Handphone cerdas yang dimiliki menurutnya memang digunakan sebagai alat bantu untuk berjualan. Khususnya di Baduy Luar yang berjualan secara online.

Di samping itu, sekarang juga populer akun media sosial warga Baduy. Ada youtuber, tiktok dan Instagram. Tapi, penggunaan media sosial itu tidak terkontrol di masyarakat adat dan rentan terhadap akses konten negatif.

"Sementara orang tuanya, di samping sibuk berhuma, juga tidak paham apa itu android, medsos dan apa bahayanya konten negatif," paparnya.

Pemangku adat Baduy menurutnya paham mengenai bahaya itu. Bahkan sejak 3 tahun lalu, ia pernah diundang musyawarat mengenai masalah ini.

"Saya sangat memahami psikologis para pemangku adat, sebab saat ini sebagian besar nomor telepon atas nama warga desa Kanekes sudah lebih dari 6.000. Info dari Diskominfo Lebak, hanya 30 persen saja digunakan untuk kepentingan bisnis, untuk memasarkan produk dan hasil karya warga Baduy," ujarnya.

Makanya, ancaman internet di Baduy menurutnya bisa berimbas pada terkikisnya adat istiadat di sana. Apalagi, hampir tidak ada yang melakukan kontrol terhadap penggunaan handphone pintar di warga yang tinggal di selatan Banten itu.

"Jika usulan ini (pembatasan internet) dipenuhi oleh pemerintah, maka resiko one lost generation bisa dihindari," ujarnya.

Sebelumnya, para tetua adat badut meminta pembersihan internet atau area blank spot khususnya di baduy Dalam. Alasannya pembatasan ini agar masyarakat tidak terpengaruh oleh konten negatif.

"Baduy Dalam nggak boleh seperti itu, tidak sebebas kayak daerah lain. Kekhawatiran para kokolot kalau sinyal masih ada, ada saja yang ngumpet-ngumpet main handphone," kata Kepala Desa Kanekes, Saija pada Kamis (9/6) lalu. (gtp/gtp)

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Pemerhati Ungkap Bahaya Internet di Lingkungan Baduy