1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
ReligiEropa

Muslim di Balkan, Bukti Islam adalah Bagian Sejarah Eropa

30 Agustus 2024

Islam adalah bagian dari sejarah benua Eropa. Agama ini berkembang di Andalusia dan menyebar ke Balkan melalui Kekaisaran Ottoman. Islam Eropa dicirikan oleh keilmuan dan toleransi.

https://p.dw.com/p/4k6YV
Masjid Hajji Alija di Pocitelj di Bosnia-Herzegovina
Masjid Hajji Alija di Pocitelj di Bosnia-Herzegovina dibangun pada abad ke-14Foto: GTW/imageBROKER/picture alliance

Islam telah hadir di Eropa selama lebih dari satu milenium. Pada Abad Pertengahan, Andalusia Spanyol cukup lama berada di bawah pengaruh Islam. Agama dan budaya Islam punya pengaruh signifikan terhadap negara-negara Eropa Tenggara.

Hal ini terutama terlihat di Balkan. Islam tiba di Eropa Tenggara seiring perluasan wilayah Kekaisaran Ottoman setelah tahun 1453. Hingga kini, Islam masih menjadi elemen penting di negara-negara seperti Bosnia-Herzegovina, Albania, Makedonia Utara, Montenegro, Sanjak Serbia, Kosovo, Dobruja di Rumania dan Bulgaria.

Di Bosnia-Herzegovina, Kosovo, dan Albania, umat Islam adalah penduduk mayoritas. Sementara di Makedonia Utara, muslim Albania besarnya mencapai sepertiga dari populasi. Banyak juga orang Roma di Eropa Tenggara yang beragama Islam.

Penyebaran Islam di Balkan merupakan proses sejarah yang kompleks. Penyebaran ini bukanlah kemajuan yang cepat dan penuh kekerasan. Penyebaran Islam pada dasarnya adalah proses bertahap yang berlangsung selama 100 hingga 150 tahun, kata Mehmet Hacisalihoglu, profesor studi Turki di Universitas Ludwig Maximilians di München, Jerman.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kepentingan utama Dinasti Utsmani bukan pada penyebaran agama, melainkan pada penggalian sumber daya dari negara-negara yang ditaklukkan di Eropa Tenggara dalam bentuk pajak, bea, dan jasa. Demikian Gudrun Krämer, Profesor Emeritus Kajian Islam di Free University of Berlin menjelaskan dalam buku karyanya yang berjudul Sejarah Islam.

Penguasa baru terutama tertarik pada tanah dan kekayaan simpanan emas dan perak untuk mata uang mereka. Konflik-konflik yang terjadi kemudian bukanlah tentang agama, tetapi tentang perjuangan bangsa-bangsa yang ditaklukkan untuk memperoleh kemerdekaan dan melestarikan identitas budaya mereka.

Perbaikan pengajaran tentang Islam di sekolah

Namun, masih terdapat kontroversi seputar penyebaran Islam di Balkan hingga saat ini. Pandangan tentang periode sejarah bukan hanya jadi pertanyaan para ilmuwan.

Saat ini di Balkan, sangat penting bagi masyarakat untuk bisa hidup berdampingan dengan beragam kelompok agama dan etnis. Kalangan nasionalis di wilayah tersebut melihat penyebaran agama Islam sebagai bagian dari strategi politik pemerintahan. 

Alhambra di Granada, Spanyol
Alhambra di Granada, Spanyol, menjadi saksi masa lalu kejayaan Islam AndalusiaFoto: Reinhard Kaufhold/picture alliance/dpa

Namun, ahli budaya Turki, Mehmet Hacisalihoglu, melihat adanya perkembangan positif menuju gambaran yang lebih realistis tentang Kekaisaran Ottoman dan penyebaran Islam.

Ia menilai hal ini dengan mengkaji bahan ajar di sekolah-sekolah di Makedonia Utara dan sampai pada kesimpulan: "Buku pelajaran di Makedonia Utara dan di Serbia saat ini mewakili proses Islamisasi dengan lebih tepat (dibandingkan sebelumnya)."

Keragaman beragama di negara Balkan

Periode Ottoman di Balkan ditandai oleh keragaman agama: Kristen Katolik dan Ortodoks, sebagian besar muslim Sunni dan Yahudi, tinggal bersama dalam jarak yang berdekatan di kota-kota. Apa yang disebut sistem Millet memungkinkan "kehidupan mandiri dan otonom” bagi semua agama, tegas Hacisalihoglu.

Meskipun kawasan pemukiman pada umumnya terpisah, masyarakat rutin berinteraksi di alun-alun pasar. Sering kali jarak antara gereja, sinagoga, dan masjid hanya sekitar seratus meter, seperti yang masih dapat dilihat hingga saat ini di ibu kota Bulgaria, Sofia. "Kaum nonmuslim yang diakui sebagai monoteis menikmati otonomi tingkat tinggi dalam tatanan hierarki yang didominasi oleh muslim Sunni,” tulis Profesor Gudrun Krämer.

Setelah tahun 1870, Rusia berusaha menaklukkan wilayah di Balkan. Motifnya masih kontroversial di kalangan sejarawan. Sejarawan Inggris William Holt menggambarkan proses ini sebagai upaya "Reconquista di Balkan". Sementara ilmuwan lain menekankan motif politik dan ekonomi atas tindakan Rusia. 

Sholat berjamaah di Masjid Gazi Husrev Beg di Sarajevo
Sholat berjamaah di Masjid Gazi Husrev Beg di Sarajevo pada akhir bulan puasa Ramadhan bulan April 2024Foto: Armin Durgut/AP Photo/picture alliance

Namun rencana Rusia ini akhirnya gagal, utamanya disebabkan oleh politik Austria-Hongaria. Pada tahun 1878, Austria menduduki Bosnia dan secara resmi mengakui umat Islam di sana sebagai sebuah komunitas.

Keluarga Habsburg mendirikan Komunitas Islam di Bosnia sebagai organisasi muslim yang meniru gereja-gereja Kristen di negara mereka dan memperkenalkan kantor yang mereka sebut Reisu-l-ulema. Ketua Mufti ini masih menjadi wakil tertinggi umat Islam Bosnia saat ini.

Bosnia: Islam di negara sekuler

Sejak saat itu, Islam memantapkan keberadaannya di Bosnia dengan pengalaman panjang hidup bersama dengan agama dan kelompok etnis lain di negara sekuler. Ciri-ciri khusus kehidupan Islam Bosnia mencakup pandangan liberal mengenai larangan alkohol dan menjalankan puasa, serta keterbukaan terhadap agama dan cara hidup lain.

Untuk waktu yang lama, arus Islam dan Wahhabi sama sekali tidak dikenal di seluruh Balkan, tidak seperti di Semenanjung Arab atau Mesir. Hal ini berubah setelah terjadinya Perang Bosnia pada tahun 1992 hingga 1995, ketika umat Islam yang menyebut diri mereka orang Bosnia diusir dan dibunuh oleh nasionalis Serbia dan Kroasia. Puncaknya adalah genosida di Srebrenica.

Pecahnya Yugoslavia dan Perang Bosnia menyebabkan garis batas antara etnis dan agama menjadi semakin tajam. Secara konstitusional, negara dan agama dipisahkan di semua negara Balkan. Namun agama berkembang selama perang dan setelahnya menjadi faktor politik. Agama juga menjadi faktor yang lebih kuat dalam pembentukan identitas. 

Namun demikian, Islam di Balkan, dengan sikap liberal dan jaringan sosialnya yang kuat, masih bisa lebih baik menangkal kecenderungan kekerasan dan radikalisme apabila dibandingkan di Timur Tengah atau di kota-kota besar di Eropa Barat.

Islam juga adalah akar Eropa

Muslim, Kristen, dan Yahudi telah hidup bersama di Eropa Tenggara selama berabad-abad. Meski demikian, Eropa masih kesulitan memahami umat Islam di Balkan sebagai bagian dari benua ini. Mereka tidak dipandang sebagai orang Eropa, tapi dianggap "orang lain”, kata penulis Inggris-Pakistan Tharik Hussain. Menurutnya, hal ini karena sebagian besar umat Islam di Balkan hidup di bawah kekuasaan Ottoman.

"Utsmani dipandang sebagai musuh Kristen Eropa Barat, yang darinya muncul identitas Eropa modern," jelas Hussain. Ia menggambarkan hal ini dalam bukunya yang berjudul The Minaret in the Mountains – Portrait of an Unexpected Europe.

Selama ini orang beranggapan bahwa seseorang tidak bisa menjadi muslim sekaligus orang Eropa. Namun sejarah Islam di Balkan mengajarkan bahwa akar Eropa adalah Kristen, Yahudi, dan Islam.

(ae/hp)