1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikIndia

India: Akankah Modi Jauhi Rusia di Masa Jabatan Ketiga?

Wesley Rahn
14 Juni 2024

PM India Narendra Modi didesak menjauhi Moskow, setelah belakangan semakin mendekat ke Barat. Hubungan kedua negara, termasuk dalam urusan militer, turut dibahas ketika Modi datang bertamu ke KTT G7 di Italia.

https://p.dw.com/p/4h1oS
Vladimir Putin dan Narendra Modi
Presiden Rusia Vladimir Putin (ki.), dan Perdana Menteri India Narendra Modi (ka.)Foto: Money Sharma/AFP/Getty Images

Ketika Perdana Menteri India Narendra Modi berkunjung ke Italia sebagai tamu pada KTT G7pekan ini, dukungan terhadap Ukraina adalah termasuk ke dalam agenda utama.

Invasi di Ukraina menggeser perhatian terhadap hubungan dekat antara Rusia dan India, ketika Kremlin kesulitan mengekspor atau mengimpor bahan baku atau produk industri. Barat gagal mendesak Modi mengutuk perang yang dikobarkan Presiden Vladimir Putin, atau mematuhi tekanan untuk tidak membeli minyak Rusia.

Tema tersebut diyakini akan ikut dibahas dalam pertemuan antara Modi dan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT, meski sejauh ini belum dikonfirmasi.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Modi juga menghadapi perubahan lanskap politik di dalam negeri jelang masa jabatan ketiga. Dalam pemilu legislatif 2024, Partai Bharatiya Janata, BJP, kehilangan mayoritas absolut di Parlemen India. Hasil tersebut memaksa Modi menggantungkan kekuasaannya pada partai koalisi.

Namun, para analis percaya bahwa India akan tetap berpegang pada kebijakan luar negeri saat ini, termasuk dalam hubungan jangka panjang dengan Moskow.

Modi terbuka sambangi Putin

"Ada konsensus politik di antara partai-partai politik besar mengenai hubungan dengan Rusia. Karena pesatnya hubungan dengan Rusia banyak bergantung pada BJP,” kata Nandan Unnikrishnan, peneliti Eurasia di Observer Research Foundation, ORF, wadah pemikir di New Delhi, dalam wawancara dengan DW.

Di India, Rusia menikmati tingkat penerimaan publik yang lebih baik dibandingkan di Amerika Serikat atau Eropa. India dan Rusia juga bekerja sama dalam pengembangan senjata.

Kremlin telah menyampaikan "undangan terbuka” kepada Modi untuk mengunjungi Moskow. Modi memberi isyarat bahwa kunjungan tersebut akan dilakukan tahun ini, meskipun tanggalnya belum ditentukan.

"Mitra-mitra koalisi kemungkinan besar khawatir terhadap isu-isu domestik dan regional," kata Sumit Ganguly, peneliti tamu di Hoover Institution di Universitas Stanford, AS. "Mereka akan mencoba mengambil satu atau dua pon keuntungan dari Modi dalam hal sumber daya, sambil menyerahkan urusan kebijakan luar negeri kepada Modi dan penasihatnya,” imbuhnya.

Suara bagi negara selatan

Setelah kemenangan pemilu pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Modi untuk mengucapkan selamat, dan bersepakat untuk memperkuat "kemitraan strategis khusus dan istimewa” antara India dan Rusia.

Bagian dari kemitraan dengan Rusia ini adalah mendukung tujuan India untuk menjadi adidaya di dunia yang "multipolar” dan memerlukan peran lebih besar bagi negara-negara Selatan, misalnya, melalui organisasi seperti BRICS, yang ikut didirikan Rusia dan India.

Hal ini juga yang diharapkan menjadi salah satu tujuan utama Modi pada KTT G7. Dia terakhir kali bertemu langsung dengan Putin pada tahun 2022, di sela-sela KTT keamanan di Uzbekistan. Saat itu, Modi mendapat pujian dari AS karena mengungkapkan keprihatinan atas perang di Ukraina dan mengatakan kepada Putin bahwa "era saat ini bukanlah era perang."

Will India's new coalition government rein in Narendra Modi?

Berhemat lewat Rusia

Sejak Rusia melancarkan perang terhadap Ukraina pada tahun 2022, kelompok G7 memberlakukan sanksi dan pembatasan harga terhadap minyak Rusia. Tanpa pelanggan di Eropa, Rusia menjual minyaknya ke pasar dunia dengan harga diskon, yang disambut India.

Didorong oleh pembelian minyak mentah Rusia, total perdagangan antara India dan Rusia mendekati USD50 miliar antara tahun 2022 dan 2023, melampaui target yang ditetapkan pada tahun 2019, yakni USD30 miliar pada tahun 2025, menurut penelitian ORF.

Harga minyak yang murah menguntungkan kas India. Dari tahun 2023 hingga 2024, pasokan minyak murah Rusia menghemat devisa senilai lebih dari USD25 miliar bagi India, menurut Hindustan Times yang mengutip data pemerintah.

Buntutnya, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar ditekan selama Konferensi Keamanan di München pada bulan Februari lalu. Berbicara bersama rekan-rekannya di AS dan Jerman, Jaishankar menegaskan kembali komitmen India untuk membeli minyak Rusia dan menjaga hubungan dekat, dengan mengatakan bahwa memiliki "berbagai pilihan” adalah "langkah cerdas”.

India juga memberikan perlindungan diplomatik kepada Rusia, dengan mendorong komunike yang tidak secara eksplisit mengutuk invasi di Ukraina pada KTT G20 September lalu.

Rusia kehabisan senjata untuk dijual

Namun perang di Ukraina menciptakan konsekuensi lain, yakni terkurasnya gudang senjata Rusia yang selama ini merupakan pemasok utama bagi  militer India. Akibatnya, India mempercepat diversifikasi alutsista dengan membeli persenjataan dari negara lain.

"Kebergantungan India pada Rusia bersifat struktural, minyak murah, suku cadang persenjataan, dan akses terhadap senjata berteknologi tinggi yang tidak dapat diperoleh dengan mudah di tempat lain,” kata Ganguly.

India juga mulai mempererat kerja sama pertahanan dengan AS dan Uni Eropa, terutama dalam mengembangkan teknologi pertahanan yang lebih modern, melalui kerja sama indutsri lintas negara.

rzn/hp