1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Menkes Soroti Temuan Kasus Mycoplasma Pneumonia Anak di DKI

Detik News
5 Desember 2023

Menteri Kesehatan RI meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan menyusul dilaporkannya kasus mycoplasma pneumonia pada sejumlah anak di DKI Jakarta. Menurutnya, penyakit itu tidak disebabkan oleh virus baru.

https://p.dw.com/p/4Zmbm
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Foto: Rachman Haryanto/Detikcom

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ikut menyoroti laporan kasus mycoplasma pneumonia di DKI Jakarta. Pemerintah disebutnya sudah memperbanyak kebutuhan reagen untuk mycoplasma, demi meningkatkan penemuan kasus.

Penyakit umum ini belakangan diwaspadai banyak negara pasca Cina hingga Denmark melaporkan peningkatan kasus signifikan. Pemerintah disebut Menkes juga memperbanyak kesiapan laboratorium untuk melakukan analisis patogen.

Meski begitu, masyarakat diminta tidak khawatir berlebihan lantaran mycoplasma bukan patogen maupun virus baru. Selama ini, kasusnya umum terjadi pada kelompok anak.

"Kita siapin jaringan lab nya, supaya bisa dites kan, mycoplasma ini sudah ada lama sih, tapi selama ini nggak pernah diukur kan, sekarang kita sudah lihat, kita datang-datangkan reagennya, tapi ini bukan penyakit baru, ini sudah ada sejak lama," tegas Menkes saat ditemui detikcom di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (4/12/2023).

Sebelumnya diberitakan, Dinkes DKI Jakarta mulai mencatat sejumlah anak yang terpapar mycoplasma pneumonia. Adapun gejala yang dikeluhkan adalah sesak napas.

Pasien diarahkan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Secara umum, kasus mycoplasma sebetulnya banyak menimbulkan gejala ringan, tetapi tidak sedikit yang juga mengalami perburukan saat terjadi infeksi paru lebih serius.

"Sudah ada beberapa kasus dilaporkan di Jakarta anak terinfeksi mycoplasma," tutur Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Minggu (3/12/2023).

"Dari hasil lab. Kami masih menghimpun jumlahnya, karena pemeriksaannya spesifik sekali, harus dibuktikan dengan PCR untuk tahu jenis kuman penyebabnya," sambung dr Ngabila.

IDAI sedikitnya memberikan lima hal yang perlu diperhatikan terkait kewaspadaan peningkatan kasus mycoplasma pada anak.

  • Surveilans infeksi sistem pernapasan pada anak (termasuk pneumonia) di Indonesia perlu lebih ditingkatkan, termasuk peningkatan fasilitas dari pemerintah untuk pengadaan fasilitas pemeriksaan untuk mengetahui kuman penyebab pneumonia pada anak, termasuk Streptococcus pneumonia, RSV, Mycoplasma pneumonia, dan lain-lain.
  • Rumah Sakit, klinik dan Puskesmas di Indonesia perlu melakukan analisis data jumlah pasien/kunjungan dan kematian akibat infeksi saluran pernapasan/pneumonia dari waktu ke waktu, baik pasien rawat inap, rawat jalan maupun instalasi gawat darurat, agar dapat dilaporkan dan dilakukan antisipasi dini jika ditemukan adanya peningkatan jumlah kasus yang signifikan.
  • Mycoplasma pneumonia bukan merupakan kuman baru, dan pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae biasanya menyebabkan gejala pneumonia yang ringan yang dapat diobati dengan antibiotika.
  • Masyarakat perlu meningkatkan kembali perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk kebiasaan mencuci tangan dan pemakaian masker.
  • Pemberian ASI eksklusif, vaksinasi lengkap dan vitamin A dosis tinggi sangat penting untuk mencegah bayi dan anak dari pneumonia. (gtp/gtp)

Baca artikel selengkapnya di: Detik News

Siasat Menkes Hadapi Mycoplasma usai DKI Laporkan Sejumlah Kasus pada Anak