1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenali Kanker dengan Tes Pernapasan

Tilman Hssenstein
17 Juli 2021

Semakin dini kanker paru-paru didiagnosis, semakin tinggi kesempatan sembuhnya. Peneliti sekarang mengerjakan metode baru pengenalan dini. Yaitu dengan bantuan anjing.

https://p.dw.com/p/3vx8v
Foto menunjukkan seekor anjing sedang menciumi beberapa kotak
Foto seekor anjing sedang menciumi beberapa kotakFoto: picture-alliance/dpa/B. Honeczy

Hidung anjing bisa mendeteksi kanker paru-paru. Anjing bernama Bizzi memang dilatih untuk itu. Hewan ini bisa membedakan antara embusan napas biasa dan yangmengandung kanker.

Hidung elektronik juga bisa. Reseptor bau yang dibuat manusia ini bisa mengenali perbedaan antara sehat dan sakit.

Prof. Rembert Koczulla mengungkap, ide bahwa orang bisa mengenali, atau mendiagnosis penyakit lewat udara yang diembuskan seseorang, sudah sangat tua. Ahli pulmologi di klinik universitas Marburg itu mengatakan, tepatnya sejak zaman Hippokrates, sekitar 400 sebelum Masehi.

Deteksi penyakit lewat udara

Akhirnya ide ini sekarang tiba di dunia kedokteran modern. Bahkan sudah lumayan dipercaya, bahwa beberapa penyakit bisa dideteksi lewat udara yang diembuskan orang.

Kanker paru-paru adalah penyakit kanker kedua paling sering, yang menyerang pria. Sedangkan pada perempuan, ini kanker ketiga paling sering. Setiap tahunnya, di Jerman lebih dari 50.000 orang terkena kanker jenis ini. Masalahnya, simtom seperti batuk, sesak napas serta kehilangan bobot tubuh baru muncul belakangan.

Pada citra rontgen, kanker paru-paru juga baru bisa dikenali kalau sudah hampir terlambat. Jadi rontgen tidak bisa digunakan untuk pengenalan dini.

Yang bisa menunjukkan jelas perubahan pada paru-paru adalah tomografi terkomputasi. Dengan sistem ini, kanker paru-paru bisa dikenali secara dini. Namun kadang-kadang hasilnya salah pula.

Diagnosis salah

"Bahayanya adalah kekhawatiran, karena orang melihat sesuatu di dalam paru-paru, orang langsung harus memeriksakan diri.“ Stefan Delorme, pakar radiologi di Pusat Penelitian Kanker Jerman mengatakan, sebaik apapun penyaringannya, akhirnya ada saja pasien yang dioperasi, walaupun tumor yang ditemukan tidak berbahaya. “Jadi mereka dioperasi padahal tak perlu.“

Oleh sebab itu, ahli radiologi meneliti, bagaimana diagnosis bisa diperbaiki lewat pendataan lain, misalnya: sesering apa ia merokok, atau apakah ada faktor keturunan.

Harus ada sistem yang terdiri dari beberapa penelitian yang saling bersusulan selama bertahun-tahun. Begitu diungkap Dr. Stefan Delorme. “Jika itu ada, banyak efek merugikan dari pemeriksaan yang salah bisa dihilangkan, yaitu orang dioperasi walaupun orang tidak menderita kanker.“

Peneliti juga masih mencari kemungkinan baru untuk mengenali kanker paru-paru. Di sinilah anjing seperti Bizzi memainkan peranan penting. Dalam rangka studi ilmiah Bizzi belajar untuk mendeteksi kanker.

Anjing identifikasi bau kanker

Anjing mampu mengidentifikasi bau kanker, dan menunjukkannya, jika ia belajar untuk melakukannya, jelas dokter hewan Inge Neubert, sambil menambahkan, “Jika orang memang mengkondisikan anjing itu.“ Kalau sudah dilatih, anjing bahkan bisa mendeteksi jejak kecil dari kanker, yaitu dari bebauan khusus yang dilepas sel kanker.“

Untuk penelitian itu, orang-orang yang menderita kanker paru-paru dan yang sehat mengembuskan udara lewat secarik tekstil khusus. Pada tekstil itu, partikel dari udara yang diembuskan tertinggal.

Inilah yang diberikan untuk dicium anjing yang sudah dilatih. Jika Bizzi mendeteksi kanker, ia harus berbaring. Bizzi dan sejumlah anjing lainnya ternyata bisa melakukannya dengan baik.

Prof. Rembert Koczulla menjelaskan, "Yang mengagumkan adalah, anjing menciumnya dengan tepat, dan tidak terpengaruh bau-bau lain di sekitarnya.“ Jadi tidak peduli apa yang sudah dimakan orang itu, juga berapa usianya, anjing berfokus untuk mengenali kanker.

Hidung elektronik juga handal

Peneliti juga melakukan riset beda hidung anjing dengan hidung elektronik. Sensor bau elektronik seperti itu bisa diprogram untuk mengenali pola tertentu dalam udara yang diembuskan. Tapi hidung elektronik juga harus belajar terlebih dahulu, apa yang harus dikenali. Setelah itu barulah mesin bisa mengenali, apakah sebuah sampel mengandung pola bau kanker paru-paru atau tidak.

"Jika anjing dan hidung elektronik dibandingkan, orang bisa melihat, keduanya berfungsi baik,“ kata Prof. Koczulla. Tapi hidung elektronik mungkin sedikit lebih baik, karena anjing kadang rentan terhadap faktor lain, misalnya emosi majikannya, atau juga hal lain yang tidak bisa kita mengerti. (ml/yp)