1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaMaroko

Maroko: Filosofi Hati dari Negeri Magribi

Hardimen Koto
Hardimen Koto
11 Desember 2022

Melaju ke semifinal Piala Dunia 2022, Maroko telah menancapkan sejarah. Kunci pencapaian tim Magribi ini adalah hati, demikian Hardimen Koto dalam kolomnya.

https://p.dw.com/p/4KnUF
Pelatih timnas Maroko Walid Regragui rayakan kemenangan bersama para pemainnya
Foto: Tom Weller/dpa/picture alliance

Statistik penting. Dalam sepak bola itu menjadi acuan kualitas dan teknis permainan. Tapi, statistik tak selalu benar. Dan, Maroko telah meruntuhkan semua. Dunia pun tercengang.

Lagi dan lagi. Inilah Maroko, tim kecil, semenjana dan tidak diunggulkan, merobek-robek analisis banyak pengamat.

Singa Atlas itu, herois sekali, tiba di semifinal - medium yang belum pernahi dicapai tim Afrika mana pun dalam sejarah 92 tahun pagelaran Piala Dunia 2022 di Qatar.

Maroko menancapkan sejarah, bahkan sangat hebat: belum terkalahkan dalam lima laga di Qatar, dan membuat sederet tim hebat di Eropa: Kroasia, Belgia, Spanyol dan Portugal gigit jari.

Slot semifinal digapai dengan kata kunci ini: hati. Ya, skuad Walid Regragui itu punya hati. Ini konklusi penting untuk keteguhan, keuletan, kegigihan mereka yang fokus. Dua item penting dari statistik, ball-posession dan jumlah passes, semuanya mereka tabrak.

Versus Kroasia, 0-0, Maroko kalah soal ball possession: 65:35 dengan passes 642:328.

Jumpa Belgia: 67:33 dan passes 652:328. Versus Kanada: 58:41 dan passes 524:373.

Second round vs Spanyol, komparasi statistik lebih parah: 77:23 dengan passes 1019: 305. Maroko dikepung Spanyol tapi pemenangnya adalah mereka.

Bentrok vs tim Iberia lain, Portugal, situasi juga sama: penguasaan bola Portugal dominan: 74:26.

Tapi, laga perempatfinal ini milik Maroko, meski diteror Portugal, meski harus kehilangan kapten Saiss, juga kapten kedua Ziyech, tapi kapten ketiga Armabat tetap fokus, berjibaku, total, habis-habisan. Termasuk saat mereka bermain dengan 10 nama pada 9 menit terakhir pasca wasit Facundo Tello (Argentina) mengusir Walid Cheddira.

Hebat Maroko. Mereka menjelaskan bahwq statistik bisa ditabrak pakai hati, jiwa yang teguh, mental yang kuat.

"Saya ingin meneruskan mimpi ini: Maroko juara dunia," kata Regragui.

Itu pasti mimpi Afrika juga, juara di Tanah Arab, "rumah" Maroko dan mesti melewati tembok beton juara bertahan Prancis dalam semifinal di Al-Bayt.

Itu, memang, duel dahsyat dengan ruh dua anak Paris Saint Germain: Kylian Mbappe vs Achraf Hakimi.

Masih lama 15 Desember, tapi hati orang-orang di Maroko sana, di Rabat, Tangier, Cassablanca sudah tidak sabar menanti laga hebat ini.

 

Hardimen Koto pengamat, analis dan komentator sepak bola

*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.

 

Hardimen Koto
Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.