1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Kelaparan di Somalia Semakin Parah

5 September 2011

Pakar PBB di Nairobi hari Senin (5/9) menyatakan sebuah wilayah Somalia lainnya sebagai daerah bencana kelaparan. Namun upaya bantuan dihalangi oleh milisi Islamis yang memblokade wilayah bencana.

https://p.dw.com/p/12TUp
Dahir Muse Osman from southern Somalia carry his 3 years-old boy who died in refugee camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, Aug, 17, 2011. The World Food Program said Saturday that it is expanding its food distribution efforts in famine-struck Somalia, where the U.N. estimates that only 20 percent of people needing aid are getting it.(Foto:Farah Abdi Warsameh/AP/dapd)
Seorang pengungsi Somalia mengangkat anaknya yang meninggal di kamp di MogadishuFoto: dapd

Menurut definisi PBB, bencana kelaparan terjadi bila seperlima rumah tangga kekurangan makanan, lebih dari 30 persen warga kurang gizi dan setiap harinya dua dari 10.000 orang meninggal akibat kelaparan. Kini enam wilayah Somalia dinyatakan sebagai daerah kelaparan, termasuk ibukota Mogadishu

Peta Somalia pada PBB saat ini didominasi warna merah. Hampir seluruh wilayah selatan negara itu ditandai merah. Ini berarti bahwa di sini terdapat bencana kelaparan yang harus ditangani segera. Di kawasan ini setiap hari orang meninggal karena kekurangan makanan. Musim kering yang parah di Tanduk Afrika telah merenggut milik minimum mereka yang telah diperjuangkan selama puluhan tahun. Sejumlah daerah bahkan berwarna merah tua, yaitu daerah yang secara resmi dinyatakan wilayah bencana kelaparan.  Hari Senin (5/9), wilayah merah tua bertambah satu.

A child from southern Somalia takes food at a camp in Mogadishu, Somalia, Wednesday, Aug 3, 2011. Thousands of people have arrived in Mogadishu over the past two weeks seeking assistance and the number is increasing by the day. The worst drought in the Horn of Africa has sparked a severe food crisis and high malnutrition rates, with parts of Kenya and Somalia experiencing pre-famine conditions, the United Nations has said. More than 10 million people are now affected in drought-stricken areas of Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia and Uganda and the situation is deteriorating, (Foto:Farah Abdi Warsameh/AP/dapd)
Seorang anak Somalia di MogadishuFoto: AP

Blokade milisi Al Shabaab halangi bantuan

Wilayah ini terletak di daerah Somalia yang diblokade kelompok radikal Islam Al Shabaab. Bantuan dari luar tidak dapat diberikan, meskipun PBB berupaya untuk membuat kesepakatan dengan milisi. Koordinator bantuan darurat PBB, Mark Bowden mengutarakan: "Kami tetap melakukan pembicaraan pada tingkat lokal. Dan kami bekerja sama dengan organisasi yang sudah lama aktif di Somalia. Mereka tahu, bagaimana orang harus bergerak."

Namun, petugas lokal pun tidak dapat memasuki sejumlah besar wilayah. PBB memperkirakan sekitar 750.000 orang terancam tewas akibat kelaparan, bila situasi tidak berubah. Krisis ini masih belum mencapai puncaknya. Kembali Bowden: "Empat bulan mendatang akan menentukan. Kami harus menstabilkan situasi. Ini bukan krisis yang cepat berlalu. Kami perlu sarana untuk meningkatkan upaya kami dan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang di Somalia yang sangat memerlukannya."

Somali children from southern Somalia, receive cooked food in Mogadishu, Somalia, Monday, Aug 15, 2011. The World Food Program said Saturday that it is expanding its food distribution efforts in famine-struck Somalia, where the U.N. estimates that only 20 percent of people needing aid are getting it.(Foto:Farah Abdi Warsameh/AP/dapd)
Di kamp pengungsi MogadishuFoto: dapd

Anak-anak kurus, hanya tinggal kulit pembalut tulang

Setiap hari pengungsi yang kelaparan masih berdatangan ke berbagai kamp penampungan di negara-negara tetangga, Kenya dan Ethiopia serta ke ibukota Mogadishu. Angka kematian tinggi, terutama pada anak-anak. Rainer Lang, jurubicara Diakonie, organisasi gereja Jerman bagi bantuan bencana, menggambarkan keadaan di Mogadishu: "Di sebuah rumah sakit saya melihat anak-anak yang badannya kurus hanya tinggal kulit pembalut tulang, karena kurang gizi dan sakit. Saya bertanya bagaimana mereka bisa selamat. Kondisi mereka sangat mengenaskan. Ini dapat dilihat. Mereka tidak punya tenaga lagi."

Organisasi-organisasi bantuan memperingatkan bahwa perbaikan kondisi masih belum kelihatan, walaupun seandainya bulan Oktober mendatang hujan yang sudah lama ditunggu-tunggu turun. Panen diperkirakan baru dapat dilaksanakan paling cepat tahun depan. Hingga saat itu, orang-orang masih harus menderita kelaparan dan menunggu bantuan.

Antje Nairobi/Christa Saloh

Editor: Dyan Kostermans