1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PerdaganganEropa

Tarif Uni Eropa untuk Impor Mobil Listrik Cina Masih Buntu

25 September 2024

Meski sudah ada pembicaraan antara Uni Eropa dan Cina baru-baru ini, kebuntuan atas rencana tarif Uni Eropa untuk kendaraan listrik buatan Cina belum terselesaikan.

https://p.dw.com/p/4l363
Ilustrasi Desain DW Proyek AI 2024 | Persaingan Cina menantang industri mobil Jerman
Ilustrasi mobil listrik dari CinaFoto: DW

Pertemuan antara Menteri Perdagangan Cina, Wang Wentao, dan Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis, di Brussel pada 19 September lalu terjadi setelah Uni Eropa mengumumkan rencana pada bulan Juli untuk memungut bea masuk hingga 36% untuk beberapa impor kendaraan listrik (EV) dari Cina. Tarif itu di luar bea masuk standar Uni Eropa sebesar 10% untuk mobil.

Menyusul penyelidikan anti-subsidi yang dimulai oleh Brussel tahun lalu, Komisi Uni Eropa mengatakan bahwa subsidi negara yang sangat besar di Cina menciptakan keuntungan yang tidak adil bagi produsen mobil Cina dan melanggar prinsip kesetaraan bagi semua pesaing di pasar EV.

Beijing menolak temuan penyelidikan Uni Eropa itu. Sebuah pernyataan dari Kamar Dagang Cina untuk Uni Eropa menyebut, setelah berbicara dengan para pelaku bisnis di sela-sela kunjungannya ke Uni Eropa, Wang mengatakan bahwa Cina "pasti akan bertahan hingga saat-saat terakhir konsultasi".

Dombrovskis memposting di X bahwa kedua belah pihak sepakat untuk "menemukan solusi yang efektif, dapat ditegakkan, dan sesuai dengan Organisasi Perdagangan Dunia WTO (World Trade Organization)” untuk konflik tersebut.

Juru bicara perdagangan Uni Eropa, Olof Gill, mengatakan kepada DW bahwa "tim-tim teknis sekarang akan terlibat secara intensif untuk mendiskusikan masalah ini.”

Kompromi Uni Eropa-Cina sedang dalam proses? 

Beberapa media melaporkan bahwa Uni Eropa mungkin bersedia untuk memangkas rencana tarif impor mobil listrik dari Cina dan negara lain ke negara-negara Uni Eropa.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa tarif yang diusulkan Tesla bisa turun menjadi 7,8% dari 9%. Perusahaan-perusahaan Cina seperti BYD tidak akan mengalami perubahan pada tarif 17%, sementara tarif Geely disebut akan turun menjadi 18,8% dari 19,3%. Tarif tertinggi sebesar 35,3% akan berlaku untuk SAIC Motor dan perusahaan-perusahaan lain yang tidak bekerja sama dalam penyelidikan Uni Eropa, kata sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut kepada Reuters.

Namun, bea masuk itu masih terlalu tinggi menurut pendapat Wang Wentao. Namun, ia mengatakan masih ada peluang untuk adanya pertemuan ulang jika ada penawaran harga yang lebih baik.

"Kedua belah pihak sepakat untuk melihat kembali kesepakatan harga,” kata Dombrovskis.

Sebelum bertemu dengan para pejabat Uni Eropa, Menteri Perdagangan Cina mengunjungi Berlin dan Roma sebagai langkah nyata untuk memengaruhi opini pemerintah di kedua negara produsen mobil tersebut.

Kunjungan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni ke Beijing
Perdana Menteri Giorgia Meloni dan Presiden Cina Xi Jinping dalam pertemuan bilateral di Beijing, 29 Juli 2024Foto: Filippo Attili/Chigi Palace Pr/Zuma/IMAGO

Cina mengancam akan membalas dendam

Sejak Uni Eropa memulai penyelidikannya terhadap kebijakan harga mobil Cina, Beijing mengancam untuk membalas tarif Uni Eropa yang lebih tinggi. Cina menegaskan akan mengenakan bea masuk yang lebih tinggi pada beberapa produk Uni Eropa dan memperingatkan akan adanya konsekuensi besar bagi perdagangan bilateral.

Noah Barkin, seorang konsultan senior di Rhodium Group, percaya bahwa Beijing akan "melipatgandakan upayanya” untuk memengaruhi pemungutan suara di antara negara-negara anggota di Dewan Uni Eropa yang tadinya dijadwalkan pada 25 September tetapi tertunda.

"Ini akan melibatkan ancaman-ancaman pembalasan serta janji-janji akan adanya lebih banyak investasi Cina yang ditujukan kepada masing-masing negara anggota,” katanya kepada DW.

Traktor Listrik Produksi VW dan Universitas Rwanda

Sementara itu, pemerintah Cina telah membuka investigasi anti-subsidi terhadap impor daging babi, brendi, dan produk susu Eropa sebagai langkah yang dianggap sebagai hukuman, terutama bagi Prancis atas sikap pro-tarifnya.

Industri produk susu Cina juga telah meminta pemerintah untuk menyelidiki ekspor keju, krim, dan susu Eropa. Cina berpendapat bahwa subsidi Uni Eropa memberikan keuntungan yang tidak adil bagi para petani Eropa di pasar Cina, sehingga merugikan industri susu domestik.

Terlepas dari kebijakan tarif Cina, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan bahwa pemerintahnya "mendukung posisi Uni Eropa” dalam hal tarif mobil listrik.

Di sisi lain, menurut ekonom dari Rhodium Group, Gregor Sebastian, Spanyol terbukti lebih akomodatif, di mana "Spanyol khawatir tentang bea masuk daging babi yang akan merugikan industri Spanyol".

Cina berharap dukungan Jerman terkait tarif impor mobil listrik

Dalam perselisihan dagangnya dengan UE, Cina berharap akan dukungan dari mitra dagang terbesarnya di UE, yaitu Jerman.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa pemerintahnya tidak berniat untuk "menutup pasar kami untuk perusahaan asing, karena kami juga tidak menginginkan hal itu untuk perusahaan kami.”

Jerman pun abstain dalam pemungutan suara Dewan Uni Eropa mengenai tarif mobil listrik pada pertengahan tahun ini.

Produsen mobil Jerman seperti BMW, Mercedes dan Volkswagen khawatir mobil listrik mereka yang diproduksi di Cina juga akan dikenakan tarif impor Uni Eropa yang lebih tinggi sehingga harganya menjadi lebih mahal di Eropa. Selain itu, hal itu dapat menekan penjualan mereka di Cina, yang merupakan pasar luar negeri terbesar untuk mobil Jerman.

Penasihat senior di Rhodium Group, Noah Barkin, percaya bahwa Beijing tidak tertarik untuk mengubah perselisihan mengenai tarif EV menjadi "konflik perdagangan besar”.

"Dengan ekonominya yang sedang berjuang dan pasar AS yang menutup diri terhadap produknya, Cina perlu memastikan bahwa pasar Eropa tetap terbuka untuk produknya. Jika mereka merespons terlalu keras, hal ini berisiko menjadi bumerang,” katanya.

Artikel ini diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris