1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kepolisian Indonesia Belum Umumkan Pelaku Serangan Bom

20 Juli 2009

Meski telah menyampaikan kemungkinan besar, buronan Noordin Top berada dibalik aksi teror itu, Kepolisian Indonesia belum juga secara resmi mengumumkan kelompok pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.

https://p.dw.com/p/ItAl
Petugas forensik memeriksa lokasi ledakan di Hotel Ritz CarltonFoto: AP

Hingga Senin sore (20/07), sketsa wajah maupun nama tersangka pelaku peledakan Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di Mega Kuningan, Jakarta, belum juga dipublikasikan. Wakil Juru Bicara Mabes Polri Sulistyo Ishak juga menolak sejumlah spekulasi menyangkut foto salah seorang tersangka pelaku yang dilansir sejumlah media nasional: “Polri tidak akan menyampaikan kesimpulan apapun sebelum segalanya jelas, yang didukung oleh fakta data yang valid, dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum dan secara ilmiah. Foto-foto yang beredar itu bukan sumbernya dari kepolisian,” demikian alasan yang disampaikan Sulistyo Ishak.

Sejumlah media di Indonesia melansir nama dan foto Nuri Hasbi alias Nur Sahid, sebagai salah satu tersangka, dengan mendasarkan laporan dari sejumlah sumber tak resmi. Ia diduga merupakan tamu di kamar No.1808, Hotel JW Marriot, tempat polisi menemukan bom yang belum meledak. Media juga melansir bahwa Nur Sahid pernah menjadi santri di pesantren Al Mukmin Ngruki kota Solo. Namun Wakil Juru Bicara Mabes Polri Sulistyo Ishak, menolak berkomentar, antara lain karena adanya pengakuan berbeda dari sejumlah ustad bahwa pelaku pernah belajar di pesantren itu: “Kalau yang kaitannya dengan Ngruki, kita tidak bisa menyampaikan. Saya sendiri melihat dari media pendapat dari salah satu ustad dengan ustad lainya itu berbeda. Jadi kami tidak mengacu itu, tapi kami tetap mengawali penyidikan dengan kebenaran materiil, ditemukan dari TKP barang bukti dan sebagainya.”

Meski demikian, polisi dikabarkan telah mengutus personelnya untuk mendatangi pondok pesantren al Mukmin Ngruki, hari Senin (20/07). Namun menurut Pembantu Direktur III Ponpes Al Mukmin Muhammad Sholeh Ibrahim, tidak ada pembicaraan yang khusus dengan kepolisian.

Lebih jauh, Muhammad Soleh menolak berkomentar menyangkut keberadaan Nur Sahid di pesantern Almukmin Ngruki. Keluarga Nur Sahid di Temanggung, Jawa Tengah, membenarkan bahwa ia merupakan alumni pesantren itu, namun menolak tuduhan terlibat dalam pemboman.

Sementara itu di Jakarta, para tokoh Indonesia yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia Anti Kekerasan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk secepat mungkin menangkap serta mengadili pelaku, jaringan, dan otak di belakang aksi pengeboman. Mereka juga menyatakan, bahwa masyarakat tidak terteror atau takut terhadap aksi teror itu.

Senin (20/07), elemen masyarakat lain yang terdiri dari para pemuka agama, mengecam aksi pengeboman itu dan mereka beribadah bersama. Ketua Umum Nahdatul Ulama Hasyim Muzadi mengungkapkan: “Indonesia adalah negara yang toleran. Tiap tumbuh agama di Indonesia, tidak melalui kekuasaan maupun kekerasan, melainkan adaptasi kultural. Maka tidak benar kalau ada kelompok domestik Indonesia yang berniat dan berwawasan melakukan teror. Teror biasanya datang dari luar kawasan Indonesia, yang masuk ke Indonesia baik yang dia dilakukan sendiri maupun infiltrasi. Salah kesimpulan bahwa Indonesia adalah contoh dari terorisme. Yang benar adalah Indonesia adalah korban dari terorisme.”

Seusai berdoa, mereka mengadakan aksi belasungkawa dan tabur bunga di tempat kejadian perkara.

Zaki Amrullah

Editor: Ayu Purwaningsih