1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hukum dan PengadilanJerman

Kasus Penipuan Spektakuler Wirecard Mulai Diadili di Jerman

8 Desember 2022

Dari perusahaan pembayaran digital untuk platform pornografi dan perjudian, Wirecard muncul menjadi fintech raksasa Jerman dengan nilai pasar melebihi Deutsche Bank. Ternyata dengan manipulasi pembukuan dan neraca.

https://p.dw.com/p/4Kc86
Kantor perusahaan Wirecard dekat München
Kantor perusahaan Wirecard dekat MünchenFoto: SvenSimon/picture alliance

Kisah bangun-jatuhnya Wirecard lebih mirip film cerita di bioskop, namun benar-benar kisah nyata. Bekas Direktur Utama Wirecard Markus Braun dan dua petinggi perusahaan mulai disidang di pengadilan München, Jerman, hari Kamis (7/12). Tapi otak kasus penipuan besar-besaran ini masih buron dan belum diketahui jejaknya.

Wirecard didirikan tahun 1999 sebagai pemroses pembayaran online untuk situs web porno dan perjudian. Perusahaan itu kemudian membangun basis klien ritel yang lebih luas berkat ledakan global dalam belanja online dan masuk ke bisnis pembayaran seluler. Di bawah CEO Markus Braun, mantan konsultan KMPG yang bergabung pada tahun 2002, Wirecard tumbuh dengan sangat cepat, mengakuisisi perusahaan pembayaran yang lebih kecil dan berekspansi ke perbankan.

Wirecard sempat meluncurkan usaha patungan dengan raksasa e-commerce Cina Alipay untuk memungkinkan turis Cina membayar barang dan jasa saat berada di luar negeri. Tahun 2018, Wirecard mendepak salah satu bank komersial utama Jerman, Commerzbank, dari indeks saham utama DAX. Pada masa jayanya, nilai pasar Wirecard bahkan melebihi nilai pasar bank terbesar Jerman, Deutsche Bank.

Bekas Dirut Wirecard Markus Braun di komisi parlemen Jerman Bundestag, November 2020
Bekas Dirut Wirecard Markus Braun di komisi parlemen Jerman Bundestag, November 2020Foto: FABRIZIO BENSCH/AFP

Terungkapnya manipulasi pembukuan dan neraca besar-besaran

Tahun 2016, firma riset investigasi keuangan AS, Zatarra, mengeluarkan laporan negatif tentang Wirecard, menuduh adanya aktivitas penipuan di perusahaan tersebut. Zaparra mengatakan eksekutif senior Wirecard melakukan pencucian uang dan menipu perusahaan kartu kredit Visa dan Mastercard. Namun laporan itu tidak mendapat perhatian besar.

Tiga tahun kemudian, 2019, jurnalis koran bergengsi Financial Times (FT), Dan McCrum mengangkat skandal itu dan menuduh manipulasi akuntansi di unit Asia Wirecard dalam serangkaian artikel. Wirecard membukukan dana sekitar 1,9 miliar euro, yang tidak bisa ditemukan jejaknya, alias pembukuan kosong.

Pada Juni 2020, perusahaan audit EY yang memeriksa pembukuan Wirecard mengakui, bahwa 1,9 miliar euro yang diklaim Wirecard ada di dua rekening Filipina kemungkinan besar tidak ada. Harga saham Wirecard langsung anjlok sampai 99%. Hanya dalam beberapa hari, Wirecard mendaftarkan kebangkrutan pada 25 Juni 2020 dengan nilai utang sampai 4 miliar euro. Wirecard menjadi perusahaan DAX pertama yang mengalami kebangkrutan.

Menurut investigasi FT, setengah dari keuntungan yang dilaporkan Wirecard berasal dari perusahaan tanpa lisensi yang tercatat berada di Filipina. Ternyata alamat perusahaan yang diterakan pada kenyataannya adlaah alamat rumah keluarga, sedangkan alamat yang lain adalah alamat perusahaan bus. Bank Sentral Filipina juga menyatakan, menurut data mereka tidak pernah ada transaksi senilai 1,9 miliar euro atas nama Wirecard di Filipina.

Dan McCrum, jurnalis Financial Times (FT) yang mengangkat kasus manipulasi Wirecard
Dan McCrum, jurnalis Financial Times (FT) yang mengangkat kasus manipulasi Wirecard sehingga menjadi sorotan internasionalFoto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Kritik terhadap sistem pengawasan keuangan Jerman

Skandal itu menyulut kritik keras terhadap sistem pengawasan keuangan di Jerman, terutama kinerja regulator pasar Jerman keuangan, Bafin, yang gagal mendeteksi penipuan besar-besaran tersebut. Bahkan Bafin senpat mengajukan tuntutan pidana terhadap dua jurnalis FT, yang dianggap melakukan fitnah dengan tuduhannya kepada Wirecard.

"Banyak yang tidak ingin percaya, bahwa penipu sedang terjadi di Wirecard," kata Volker Bruehl, profesor di Pusat Studi Keuangan di Frankfurt, kepada kantor berita AFP.

Mantan Direktur Utama Wirecard Markus Braun dan dua pejabat tinggi Wirecard kini diajukan ke pengadilan dengan tuduhan menggelembungkan pendapatan perusahaan melalui transaksi-transaksi fiktif yang melibatkan jaringan kompleks anak perusahaan dan perusahaan mitra. Yang dituduh terlibat adalag Oliver Bellenhaus, mantan direktur anak perusahaan Wirecard di Dubai dan Stephan von Erffa, mantan direktur lainnya. Ketiga pria terancam hukuman 15 tahun penjara jika terbukti bersalah atas beberapa tuduhan, termasuk penipuan dan manipulasi pasar. Para penyidik mengatakan, manajemen Wirecard membuat sejumlah besar pendapatan palsu untuk menipu investor dan kreditor.

Jan Marsalek, dianggap otak utama kasus manipulasi Wirecard
Jan Marsalek, dianggap otak utama kasus manipulasi Wirecard dan sekarang masih buronFoto: Frank Hoermann/SVEN SIMON/picture alliance

Otak utama penipuan masih buron

Jaksa pernuntut telah menyusun surat dakwaan setebal 474 halaman, mengikuti ratusan interogasi, lusinan penggeledahan properti, dan memeriksa 42 terabyte data. Pihak berwenang di lebih dari dua puluh negara ambil bagian, dari Swiss hingga Singapura, Austria, Filipina, Inggris, Rusia dan Indonesia. Proses di pengadilan München diperkirakan baru akan berakhir paling awal tahun 2024.

Tetapi salah satu tersangka utama kasus penipuan Wirecard masih buron, yaitu bekas direktur pelaksana Jan Marsalek, yang disebut-sebut oleh Maskus Braun sebagai otak di balik penipuan tersebut. Jan Marsalek, yang dilaporkan gemar menggelar pesta ekstravaganza, menghilang lalu melarikan diri menuju Moskow dengan jet pribadi. Sebelumnya dia mengecoh para penyidik dengan berpura-pura melarikan diri ke Cina lewat Filipina. Untuk itu, dia menyogok banyak pejabat, antara lain pegawai imigrasi Filipina yang menyatalan dia memang tiba di Filipina.

Jan Marsalek disebut-sebut dekat dengan kalangan intelijen, terutama interlijen Rusia. Dia dibantu untuk menghilang oleh seorang mantan perwira intelijen Austria dan politisi sayap kanan. Hingga kini, Jan Marsalek masih masuk daftar orang yang dicari di kepolisian Eropa Europol dan kepolisian internasional, Interpol, bahkan sempat disebut-sebut terlihat di Bali. Terakhir kali dia diisukan hidup di Moskow dengan identitas baru di bawah perlindungan Presiden Vladimir Putin. Namun jejak Jan Marsalek, yang pernah terpantau berada di Libya untuk merekrut pasukan bayaran bersama perusahaan tentara bayaran Rusia, Wagner, hingga kini masih diselimuti misteri.  hp/yf  (dpa, rtr, afp)