1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeIndonesia

Kapolri Minta Anggota Lakukan Deteksi Dini Ancaman Terorisme

Detik News
22 Desember 2022

Jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023, Kapolri meminta jajarannya melakukan deteksi dini untuk mencegah aksi terorisme. Ia meminta aksi terorisme seperti di Polsek Astana Anyar tak boleh terulang.

https://p.dw.com/p/4LIlX
Jenderal Listyo Sigit Prabowo - Kapolri
Foto: WILLY KURNIAWAN/REUTERS

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta anggotanya melakukan deteksi dini terhadap ancaman terorisme. Hal itu disampaikan Sigit saat memberikan amanat dalam apel pasukan persiapan pelaksanaan Operasi Lilin Jaya 2022.

"Ancaman teroris juga menjadi potensi gangguan yang serius," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam sambutannya di apel pasukan Operasi Lilin di Silang Monas, Jakarta Pusat, Kamis (22/12).

Sigit juga menyinggung bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat. Dia meminta kejadian itu tak terulang kembali.

"Perlu saya tekankan bahwa aksi teroris seperti di Polsek Astana Anyar tidak boleh terjadi lagi," ujarnya.

Dia mengimbau seluruh personel satgas pengamanan Natal dan tahun baru 2023 melakukan deteksi dini untuk mencegah aksi terorisme. Dia meminta pengecekan juga dilakukan di pusat keramaian dan tempat ibadah.

"Maka kedepankan deteksi dini dan preventif strike guna mencegah aksi-aksi teror, serta melakukan pencegahan ketat pada pusat keramaian, tempat ibadah dan tempat-tempat lain yang berpotensi menjadi target serangan teror," tutur Sigit.

Sebelumnya, motif dan pesan pelaku bom bunuh diri Polsek Astana Anyar, Agus Sujatno, akhirnya terungkap. Salah satu pesan penolakan KUHP itu sengaja ditempel Agus di motor berwarna biru yang terparkir di dekat Polsek.

Tujuh tersangka ditangkap

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan pelaku sejatinya memiliki pemahaman menolak sistem pemerintahan Indonesia.

"Pelaku selama menjalani hukuman (Lapas Nusakambangan) memiliki pemahaman bahwa sistem Indonesia itu tagut," kata Ramadhan saat jumpa pers di Polda Jabar, Rabu (21/12).

Agus Sujatno disebut berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Selain Agus, lanjut Ramadhan, pihaknya menangkap tujuh tersangka lainnya yang merupakan jaringan JAD, ketujuh tersangka ini enam di antaranya berasal dari Jabar, satu orang dari Jateng.

"Termasuk penjelasan dari tersangka yang diperiksa dan ditangkap, memang mereka berniat melakukan penyerangan terhadap anshorut toghut. Salah satunya yang dianggap tagut adalah kepolisian," kata Ramadhan.

Sementara itu, Kabag Bantuan Operasi (Banops) Densus 88 Kombes Aswin Siregar menjelaskan adanya kertas yang bertuliskan tentang penolakan KUHP itu menegaskan bahwa pelaku menolak sistem pemerintahan Indonesia, termasuk undang-undang yang ada.

"Ada bukti yang ditempel di motor, yang sudah dikopi beberapa tumpuk. Kita tidak bisa ambil kesimpulan gara-gara pengesahan KUHP (aksi bom bunuh diri dilakukan), tentu tidak sesederhana itu," ucap Aswin. (gtp/ha)

Baca artikel selengkapnya:DetikNews

Kapolri: Aksi Teroris Seperti di Polsek Astana Anyar Tak Boleh Terjadi Lagi!