1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasJerman

Jerman Kerepotan Hadapi Maraknya Pencurian Tembaga

Dirk Kaufmann
25 September 2023

Di Jerman, pencurian logam, terutama tembaga, kembali marak dan jadi berita utama. Harga tembaga yang tinggi membuat logam ini banyak diincar maling.

https://p.dw.com/p/4WlXd
Tembaga di Aurubis AG di Hamburg, Jerman
Sejauh ini, tidak ada pengganti tembaga yang ekonomis sebagai konduktor listrikFoto: Thomas Trutschel/photothek/picture alliance

Jaringan kereta api Jerman, Deutsche Bahn, saat ini tengah tidak baik-baik saja. Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan ini mengalami sejumlah masalah, dan harus memperbarui hampir seluruh infrastrukturnya dalam waktu dekat.

Namun selain itu, jawatan kereta api Jerman ini juga menghadapi masalah yang sangat merugikan: pencurian kabel tembaga. Pada tahun 2022 saja, media Handelsblatt melaporkan, kerugian akibat pencurian ini mencapai sekitar 6,6 juta euro atau lebih dari 100 miliar rupiah.

Handelsblatt memperkirakan, pada tahun ini saja, 2.644 perjalanan kereta terkena dampak pencurian kabel tembaga. Lebih dari 700 jam penundaan perjalanan kereta terjadi hanya karena pencurian logam dari tiang kabel di jalur kereta api. Keterlambatan ini telah menyusahkan ratusan ribu penumpang dan wisatawan, serta mengganggu rantai pasokan barang karena banyak perusahaan bergantung pada ketepatan waktu pengiriman bahan mentah atau produk setengah jadi.

Namun ternyata tidak hanya jaringan kereta api yang menjadi sasaran pencurian. Tembaga di lokasi konstruksi, di gedung-gedung pribadi, dan bahkan di menara gereja, tidak ada yang aman dari pencuri. Hal yang menjadi sorotan hangat saat ini adalah produsen tembaga dan perusahaan daur ulang asal Hamburg, Aurubis, yang merugi hingga jutaan euro akibat pencurian dan penipuan.

Tembaga, bahan baku penting nan langka

Tembaga banyak dicari karena sifatnya sebagai konduktor listrik berada di urutan kedua setelah perak yang jauh lebih mahal. Semua peralatan listrik, mulai dari pemanggang roti hingga mobil listrik, memerlukan tembaga. Joachim Berlenbach, pakar bahan baku dan pendiri ERI AG (Earth Resource Investment) meyakini, "permintaan tembaga di masa depan akan meningkat secara besar-besaran." 

Tanda peringatan tentang DNA buatan pada logam yang membuatnya tidak bisa dijual kembali secara legal
Tanda peringatan tentang DNA buatan pada logam yang membuatnya tidak bisa dijual kembali secara legalFoto: Markus Scholz/dpa/picture alliance

Ia mencontohkan pembangkitan listrik energi angin. "Bayangkan saja sebuah turbin angin yang menghasilkan listrik dengan memutar kumparan tembaga di atas medan magnet. Lima hingga sembilan ton tembaga dibutuhkan per megawatt energi angin, bergantung pada apakah turbinnya ada di darat atau di laut lepas pantai."

Berlenbach yakin permintaan ini akan terus meningkat. Untuk mencapai tujuan dekarbonisasi guna melindungi dan melestarikan lingkungan, "kita tidak memiliki cukup bahan baku tambang penting ini. Hal ini sering diabaikan oleh para pendukung transisi energi."

Mengapa tembaga begitu mahal?

Hubungan antara penawaran dan permintaan juga menentukan harga tembaga. Berlenbach mengatakan kepada DW, pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang sangatlah penting. Jika produk domestik bruto meningkat di negara-negara seperti Cina dan India, standar hidup di sana juga meningkat, "semakin banyak mobil yang dikendarai, semakin butuh AC dan dibangunnya rumah-rumah dengan jaringan listrik. Permintaan akan energi, listrik, dan juga tembaga akan meningkat secara besar-besaran," ujarnya. 

Lembaga ERI AG menghitung sepanjang sejarah manusia, sekitar 700 juta ton tembaga telah ditambang dan diperkirakan dalam 30 tahun ke depan, manusia akan membutuhkan jumlah yang sama. Pada saat yang sama, "semakin sulit menemukan dan menambang cadangan tembaga. Cadangan geologi yang ada terfokus pada beberapa negara (seperti Chile, Republik Demokratik Kongo), negara di mana risiko geopolitik bagi perusahaan pertambangan cukup besar. Perusahaan-perusahaan ini hanya akan mengambil risiko tinggi jika hal itu menguntungkan secara ekonomi."

Siapa penadah tembaga curian itu?

Surat kabar Jerman, Tagesspiegel, mengutip manajer umum Asosiasi Dealer dan Pendaur Ulang Logam Jerman (VDM), Ralf Schmitz, yang mengatakan, sangatsulit untuk menjual kembali logam curian dari Jerman, karena rincian pribadi mitra bisnis dicatat pada setiap transaksi penjualan. Jika terjadi pencurian besar-besaran, anggota VDM akan diperingatkan bahwa: Tembaga yang didapat lewat pencurian akan segera diketahui oleh dealer. Hal ini juga berlaku di negara tetangga Jerman di Polandia. "Polandia mempunyai sistem yang sama baiknya dengan yang kita miliki di Jerman." 

Karena itu, Schmitz curiga bahwa para pencuri tembaga memilih untuk menjual logam curian mereka ke luar negeri, terutama karena bea cukai tidak dapat mengontrol pergerakan barang secara memadai. "Sebagian besar material tidak lagi dikirim ke Eropa," ujar Schmitz kepada Tagesspiegel. "Sebagian besar material, menurut teori saya, dikirim melalui kontainer lewat laut."

Hasilkan Tembaga dan Logam Berharga dari Papan Sirkuit

"Tidak ada pengganti tembaga"

Para pencuri tidak hanya menjadi semakin terorganisir, mereka juga tampaknya menjadi semakin tidak pilih-pilih. Selama penyelidikan pencurian jutaan dolar di Aurubis, menurut laporan media, petugas selain menyita sebagian dari barang curian, juga mengamankan  sepuluh kendaraan, uang tunai lebih dari 200.000 euro, dan beberapa senjata api termasuk amunisi.

Pakar bahan mentah Joachim Berlenbach teringat akan pengalamannya di Afrika bagian selatan. "Ketika saya tinggal di Afrika Selatan, masalah pencurian tembaga juga sama dramatisnya: Suatu saat pernah seluruh saluran telepon di kota Johannesburg terputus. Sindikat ini terorganisasi dengan baik, mereka memiliki kontak dengan pembeli yang memerlukan logam tersebut."

Terlepas dari pengalamannya dengan pencurian tembaga di Afrika Selatan, Berlenbach tidak dapat secara jitu memberikan masukan tentang bagaimana cara mencegah atau menghentikan pencurian tersebut. Model bisnis para penjarah tembaga ini sepertinya masih akan terus berlangsung. "Karena sayangnya, sejauh ini idak ada yang bisa menggantikan keunggulan kabel tembaga," pungkasnya.

(ae/as)