1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Akan Kirim Peluncur Roket dan Lapis Baja ke Ukraina

16 September 2022

Menhan Jerman Christine Lambrecht mengatakan peluncur roket dan kendaraan lapis baja akan menjadi pengiriman senjata berikutnya ke Ukraina. Sebelumnya, Jerman dikritik berulang kali karena tidak cepat mengirim senjata.

https://p.dw.com/p/4Gx0L
Senjata Jerman
Menteri Pertahanan Christine Lambrecht mengatakan peluncur roket dan kendaraan lapis baja akan menjadi pengiriman senjata Jerman berikutnya ke UkrainaFoto: Can Merey/dpa/picture alliance

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengumumkan pada Kamis (15/09) bahwa Jerman akan mengirim dua peluncur roket ganda serta 50 pengangkut personel lapis baja ke Ukraina.

Selain itu, Jerman akan mengirimkan sekitar 200 roket untuk peluncurnya. Ukraina baru-baru ini meminta Jerman untuk meningkatkan pengiriman senjatanya menyusul serangan balasan yang berhasil melawan invasi Rusia.

"Kami telah memutuskan untuk mengirimkan dua peluncur roket ganda MARS II termasuk 200 roket ke Ukraina," kata Lambrecht pada konferensi Bundeswehr. "Selain itu, kami akan mengirim 50 pengangkut personel lapis baja Dingo ke Ukraina,” tambahnya.

Menteri pertahanan juga mengatakan bahwa pelatihan peluncur MARS II untuk operator Ukraina diharapkan akan segera dimulai.

Lambrecht juga menambahkan Yunani akan segera mengirim 40 kendaraan tempur infanteri, termasuk BMP-1 Infantry Fighting Vehicles (IFVs) buatan Soviet, ke Ukraina pada penyelesaian kesepakatan di mana Yunani akan menerima 40 IFV Marder Jerman sebagai gantinya.  

Jerman masih belum memenuhi tuntutan Ukraina

Jerman berulang kali dikritik oleh Ukraina karena tidak cepat dalam mengirim senjata. Ukraina telah meminta tank Leopard dan pengangkut personel lapis baja Marder.

Setelah pemerintah Jerman sempat ragu untuk mengirim senjata ke Ukraina karena khawatir menjadi zona perang aktif, kini Jerman memasok militer Ukraina dengan peralatan, amunisi dan senjata anti-pesawat.

Jerman juga berjanji untuk mengirim senjata senilai lebih dari €500 juta (Rp7.450 triliun) pada tahun 2023 untuk membantu Ukraina menangkis invasi Rusia.

Tetapi tekanan terhadap Jerman telah meningkat ketika serangan balasan Ukraina yang mengejutkan dan mampu merebut kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai pasukan Rusia.

Lambrecht sebelumnya membela kementeriannya terhadap tuduhan bahwa Jerman gagal memberikan senjata yang diperlukan ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa tugas pertamanya adalah memastikan Bundeswehr Jerman cukup siap untuk membela negara.

Dia juga berpendapat bahwa mengoordinasikan pengiriman tank buatan Soviet dari negara-negara Eropa Timur akan memungkinkan penyebaran yang jauh lebih cepat, daripada mengirimkan tank Leopard II canggih Jerman yang membutuhkan pelatihan selama berminggu-minggu.

Sementara suara dari dua mitra kecil dalam pemerintahan koalisi, yakni Partai Hijau dan FDP yang pro pasar bebas, telah menyerukan pengiriman senjata berat ke Ukraina, sementara Partai Sosial Demokrat SPD di bawah Kanselir Olaf Scholz tampaknya enggan.

Meskipun ada banyak alasan yang diberikan, beberapa orang percaya bahwa alasan utamanya adalah untuk menghindari pandangan yang tidak menyenangkan tentang tank Jerman yang berhadapan dengan tank Rusia seperti yang terakhir mereka lakukan selama invasi Nazi ke Uni Soviet dalam Perang Dunia II.

pkp/hp (Reuters, dpa)