1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Menjadi Dokter di Jerman

7 Januari 2023

Apa bisa orang asing menjadi dokter di Jerman? Bisa. Sudah ada beberapa orang Indonesia yang jadi dokter di Jerman. Di antaranya Lola Fedora yang kini menjalani residensi untuk menjadi dokter spesialis penyakit kulit.

https://p.dw.com/p/4LUTz
L.Fedora menjalani residensi spesialis di Jerman
Menjadi dokter di JermanFoto: L.Fedora

"Kedokteran di Jerman itu termasuk sistem pendidikannya objektif, fair. Sistem hierarkinya juga enggak terlalu menekan residen-residen yang mau melanjutkan spesialis di sini, " ujar Lola Fedora yang mengambil spesialis penyakit kulit di Jerman. Perempuan Indonesia yang kini bermukim di Jerman ini juga tidak pelit berbagi informasi di Instagram, bagi mereka yang ingin menjadi dokter di Jerman. "Bisa dilakukan kok, asal kita bisa berusaha terus rajin sama kerja keras,” katanya. Namun memang bukan perkara mudah untuk menjadi dokter di Jerman, ujar Lola, terutama dari segi bahasa sih, "Karena sama-sama kita tahu bahasa Jerman itu enggak gampang. Bahasa Jerman bukan bahasa yang kita pelajari di sekolah, beda sama bahasa Inggris, ya mungkin dari kecil pun kita sering terpapar dengan bahasa Inggris, tapi kalau bahasa Jerman itu murni aku belajar setelah beres sekolah dokter umum di Indonesia,” tandas perempuan asal Bandar Lampung ini.

Ia menjalani masa satu tahun persiapan melanjutkan studi, lalu pindah ke Jerman dan melanjutkan kursus bahasa Jerman yang lebih ke arah kedokteran selama sekitar sebulan. "Aku coba apply kerja ke rumah sakit, terus dapat juga pekerjaan, " ujarnya senang.

Tantangan terbesar: bahasa dan budaya

Selain dari segi bahasa tantangan lain yang dihadapinya adalah kultur, yang juga ada hubungannya dengan faktor bhasa. "Aku lihat juga di sini, kalau misalnya kita sebagai orang yang tinggal di sini, tapi kurang bisa komunikasi bahasa Jerman itu lebih sulit untuk membaur sama mereka. Terutama untuk kedokteran, kita dituntut untuk bicara sama pasien dalam bahasa Jerman, membawa diri kita, approach pasien supaya bisa membuat pasien nyaman sama kita,  termasuk dengan pasien migran dan bagaimana caranya kita membuat mereka percaya kalau kita juga juga berkualitas sebagai dokter di sini,” tandas Lola.

L.Fedora sangat senang bisa melanjutkan studi di Jerman
Lola Fedora menggeluti dunia medis di JermanFoto: L.Fedora

Menjadi dokter berlatar belakang imigran menurut Lola bekerja dua hingga tiga kali lebih keras daripada orang yang memang lahir di Jerman, "Karena rasanya kita memulai semuanya dari awal.  Belajar dari awal, dari kultur, belajar kedokterannya yang  beda jauh teknologinya, obat-obatan, segala macamnya,” imbuh Lola. Namun salah satu segi positif yang selalu ia terima tanggapan dari kolega atau pimpinan tempat kerjanya adalah mereka selalu bilang: orang Indonesia ramah. "Feedback-nya selalu positif dari pasien, simpati, care. Ada hal dari kita yang positif, yang bisa kita bawa dan jadi poin plus kenapa kita bisa kerja di sini,” ujar Lola.

Zahra Ahmed, seorang migran dari Tunisia yang tinggal di Jerman mengungkapkan, ia tak pernah ragu untuk menerima layanan kesehatan dokter meskipun dokternya berlatar belakang migran. ”Saya malah merasa beruntung karena mereka bisa mengerti keterbatasan saya misalnya dalam menjelaskan penyakit saya.”

Belajar dari kegagalan

Menurut Lola sepanjang meniti karier di Jerman, ia  belajar juga menerima kegagalan. "Kalau di Indonesia, semuanya itu terlihat jelas ya, kayak kita sekolah SD, SMP, kuliah. Hidup kita memang di-setting kayak begitu. Sementara kalau di Jerman, semuanya kita siapkan sendiri, dari dokumen, melamar kerja, ujian sendiri. Kegagalan pertama ujian pun aku rasakan di Jerman. Belajar menerima kegagalan, tapi kita juga belajar apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kegagalan tersebut sehingga kita bisa lulus ujian atau lanjut lagi," papar Lola.

Hal penting lainnya yang ia rasakan selama studi dan bekerja di Jerman sebagai dokter adalah kemandirian hidup. "Di Jerman, apa yang enggak kita kerjain sendiri? Mau profesi kita dokter sekalipun. Dari pindah rumah, ke mana-mana juga ekstra mandiri jika kerja dan hidup di Jerman," ujar Lola yang ingin segera menjadi dokter spesialis kulit. "Kepandaian dan ketrampilan saja tidak cukup. Mental juga harus baja,” pungkasnya.