1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bahasa Jadi Kendala Dokter Asing

Clara Walther18 Maret 2013

Jerman kekurangan dokter. Karena itu saat ini ada 32.500 dokter asing yang bekerja di negara ini. Namun, penguasaan bahasa jadi kendala hubungan dokter dan pasien. Banyak pasien merasa keluhannya tidak dimengerti .

https://p.dw.com/p/17zfB
Foto: Fotolia/astoria

Hubungan profesi antara dokter dan pasiennya adalah hubungan yang sensitif. Bagi kebanyakan orang, dokter bagaikan "setengah dewa" yang bisa membantu memperpanjang nyawa manusia. Tapi bagaimana jika "sang dewa" hanya bisa bicara bahasa pasien setengah-setengah saja?

"Tentu tidak bisa ditepis kenyataan, bahwa pasien sudah punya prasangka buruk terhadap dokter yang nama dan penampilannya tidak seperti orang Jerman", jelas Andrea Staniszewski, penasehat yayasan perlindungan pasien Jerman.  

Patientenberaterin Andrea Staniszewski
Andrea Staniszewski khawatirkan nasib pasienFoto: Deutsche Stiftung Patientenschutz

Staniszweski berbicara intensif dengan banyak pasien, terkait masalah yang dialami dengan dokter asing. Ia bercerita tentang  pasien yang harus memohon perawat untuk menjadi penerjemah dan mediator antara dirinya dan sang dokter. Atau diagnosa yang terlambat, karena dokter tidak mengerti gejala yang diceritakan pasien.

"Khususnya untuk penyakit dalam, diagnosa dipastikan lewat pembicaraan antara pasien dan dokter. Pasti sulit bagi dokter yang tidak memiliki kosa kata yang sesuai", tambah Staniszewski.

Kursus Bahasa bagi Dokter Asing

Georgios Godolias adalah dokter pendatang. 37 tahun lalu ia datang dari Yunani ke Jerman. Kini ia pimpinan klinik St. Anna Hopitals di Herne. 25 persen tim dokternya memiliki latar belakang migran.

"Masyarakat Jerman harus sadar, mereka membutuhkan dokter warga asing untuk tetap mendapatkan pelayanan medis yang baik", ujar Godolias. "Tapi juga penting agar dokter asing dipersiapkan untuk menghadapi keseharian di rumah sakit."

Di kota Herne semuanya sudah diatur untuk membantu para dokter dari luar negeri. Sejak Oktober 2012 ada kursus bahasa khusus bagi dokter asing. Tidak hanya bahasa keseharian yang diajarkan, tapi lebih dipentingkan istilah-istilah bidang kedokteran.

Ada pelatih khusus dari perhimpunan dokter, yang jika diperlukan akan datang ke rumah sakit saat jam kerja untuk mendampingi para dokter saat pasien berkonsultasi. "Kursus sudah berjalan setengah tahun, dan pengalaman kami adalah, semua pihak merasa lebih puas", tutur Godolias.

Kendala Bahasa Jadi Beban Kolega

Serikat dokter Jerman "Marburger Bund" berharap inisiatif yang dilakukan pemerintah kota Herne diwajibkan bagi semua dokter asing yang praktek di rumah sakit Jerman. Yakni, menjalani kursus bahasa Jerman yang selain mengajarkan bahasa keseharian juga mementingkan istilah-istilah bidang kedokteran. Kursus diakhiri dengan ujian keseluruhan.

Pemerintah Jerman belum membahas lebih lanjut tentang masalah ini. Padahal ini bukan hal yang sepele. Kurangnya kemampuan bahasa para dokter asing tidak hanya mempersulit pasien, tapi juga sesama kolega yang orang Jerman atau bisa berbahasa Jerman. Karena mereka terpaksa harus sering membantu sebagai mediator dalam pembicaraan penting.

Ärztin auf Krankenhausflur
Dokter di klinik kewalahanFoto: picture-alliance/ ZB

Berdasarkan sebuah jajak pendapat, 70 persen dokter Jerman merasa sudah kewalahan dengan jam kerja berlebih dan shift siap panggil. Jadi bisa dimengerti jika tugas tambahan seperti menjadi penerjemah hanya dilakukan karena terpaksa. Serikat dokter Jerman berharap, jika kendala bahasa teratasi maka kerjasama dengan dokter asing akan lebih mudah bagi semua pihak.