1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Israel Serang Balik Jalur Gaza dan Selatan Lebanon

7 April 2023

Militer melancarkan serangan udara terhadap posisi Hamas di Jalur Gaza dan Lebanon pada Jumat (7/4). Eskalasi tersebut merupakan balasan atas puluhan roket yang sebelumnya ditembakkan ke arah Israel dari kedua wilayah.

https://p.dw.com/p/4PoRd
Jalur Gaza
Serangan udara Israel di Jalur GazaFoto: Fatima Shbair/AP Photo/picture alliance
Lebanon setelah serangan Israel
Warga Lebanon menginspeksi jembatan yang rusak oleh serangan IsraelFoto: Mohammed Zaatari/AP Photo/picture alliance

Serangan udara dilancarkan pada pukul 04:00 waktu setempat, kata militer Israel. Aksi tersebut  diklaim "mengenai sejumlah target, termasuk infrastruktur teror milik kelompok radikal Islam Hamas di selatan Lebanon.”

Namun begitu, wartawan Associated Press di lapangan melaporkan ledakan juga terdengar di dekat sebuah kamp pengungsi Palestina di perbatasan Lebanon dan Israel. "Setidaknya dua rudal jatuh di dekat kamp,” kata Abu Ahmad, seorang warga lokal.

Adapun di Gaza, rudal dikabarkan mengenai "dua pabrik senjata,” klaim militer. Kementerian Kesehatan Palestina sebaliknya mengatakan serangan Israel menimbulkan "kerusakan” pada Rumah Sakit Anak-anak Al-Dorra di Gaza City.

Jurubicara militer Israel Richard Hecht mengaku pihaknya sedang menyelidiki kebenaran tuduhan tersebut.

Sasaran serangan Israel di Jalur Gaza
Kerusakan di Jalur Gaza usai serangan udara IsraelFoto: Mohammed Salem/REUTERS

Israel menuntut balas

Serangan balasan Israel merupakan respons terhadap eskalasi oleh Hamas, yang menembakkan 30 roket ke arah kota-kota Israel pada Kamis (6/4) kemarin. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menjanjikan, "respons Israel, pada malam ini atau di masa depan, akan menuntut ongkos yang tinggi.”

Eskalasi tersebut dipicu insiden di Masjid al-Aqsa, di mana pasukan pendudukan Israel menangkap 350 warga Palestina yang membarikade diri di dalam masjid. 

Aksi aparat mengosongkan paksa kompleks al-Haram al-Sharif diniatkan untuk mencegah timbulnya bentrokan antarumat di tengah Ramadan, ketika umat Yahudi berkunjung ke Bukit Bait Suci untuk merayakan Hari Paskah, antara 5 sampai 13 April.

Namun warga Palestina mencurigai, perayaan Paskah akan diboncengi kaum ultranasionalis Yahudi yang mendesak diakhirinya status quo di al Haram al-Sharif. Menurut aturan tersebut, warga Yahudi hanya diizinkan berkunjung, tapi tidak untuk beribadah.

Lebanon jauhi eskalasi

Serangan terhadap Lebanon didahului pembicaraan diplomatik antara pemerintah di Beirut dan Yerusalem Barat. Israel dan Lebanon "menegaskan tidak mengingkan eskalasi perang,” kata Misi Perdamaian PBB, UNIFIL, meski Israel menuntut haknya untuk mempertahankan diri.

Sejak awal PM Lebanon, Najib Mikati, menolak "eskalasi” menyusul serangan terhadap Israel dari wilayahnya. Pada Jumat, militer Lebanon mengumumkan telah melucuti "moda peluncur roket yang siap tembak” di wilayah perbatasan dengan Israel. 

Kelompok militan Syiah, Hezbollah, juga mengaku tidak mendalangi serangan ke Israel. Namun begitu mereka menyiagakan diri dan akan membantu "semua upaya” oleh kelompok Palestina untuk melawan pendudukan Israel.

Ancaman itu sebelumnya dilayangkan oleh pemimpin Hamas, Ismaily Haniyeh, yang tiba di Lebanon sehari sebelum serangan Israel. Kepada media, dia mengatakan pihaknya tidak akan "duduk dan diam” menghadapi "agresi” Israel di al-Aqsa.

Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, yang sebelumnya ikut mengecam serbuan polisi pendudukan Israel di Masjid al-Aqsa, kini mengimbau "semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin.”

rzn/hp (rtr, haaretz, ap)