1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Otomotif dan MobilitasIndonesia

Industri Mobil Eropa Guncang, Dampaknya buat Indonesia?

Thomas Kohlmann | Arti Ekawati
25 September 2024

Industri mobil di Eropa kini tengah terguncang akibat menurunnya daya beli dan persaingan dengan Cina. Bagaimana pengaruhnya bagi Indonesia?

https://p.dw.com/p/4l20G
Kunjungan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck ke pabrik VW di Emden, Jerman, pada 20 September 2024
Kunjungan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck ke pabrik VW di Emden, Jerman, pada 20 September 2024Foto: Sina Schuldt/dpa/picture alliance

Di tengah sulitnya industri otomotif Eropa, khususnya di Jerman, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengundang perwakilan dari industri otomotif Jerman ke "konferensi tingkat tinggi otomotif" virtual pada hari Senin (23/09).

Habeck ingin mencari cara membantu produsen mobil yang tengah berjuang untuk bertahan hidup ini. Konferensi tingkat tinggi tersebut diadakan di tengah seruan untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk meningkatkan permintaan mobil listrik.

Produsen mobil Eropa hanya bisa menjual lebih sedikit produknyal dari target semula. Model kendaraan listrik (EV) baru juga masih berjuang menarik minat konsumen. Penurunan penjualan bukan hanya dihadapi produsen mobil terbesar Eropa yakni Volkswagen dari Jerman, produsen mobil Prancis, Renault, dan Stellantis (grup mobil Italia yang punya 14 merek), juga mengalami kelesuan pasar serupa.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Situasi sangat buruk khususnya dihadapi di pabrik Stellantis di Mirafiori, Italia, tempat produksi mobil listrik Fiat 500e. Produksi di sana turun lebih dari 60% pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, pabrik mobil premium Audi di Belgia, yang memproduksi model mewah Q8 e-tron, berisiko ditutup.

Masalah penjualan juga menghantui pabrik Renault di Douai, Prancis utara, dan di VW di Dresden, Jerman. Mobil listrik yang mereka produksi kesulitan menemukan pembeli.

Tekanan terhadap produsen mobil Eropa semakin meningkat, khususnya dari Cina. Sejumlah produsen mobil Listrik dari Cina sebelumnya diberitakan juga ingin membuka pabrik di Eropa. Ini menambah saingan bagi industri Eropa. 

Diversifikasi pasar olahan nikel Indonesia terancam

Lantas apa dampaknya pelemahan pasar otomotif ini terhadap Indonesia? Rencana penutupan pabrik VW dinilai pengamat sebagai hal yang paling berisiko bagi diversifikasi pemasaran produk olahan nikel Indonesia.

Dikutip dari Kompas pada akhir 2023, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa VW berencana membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu di Indonesia. Hal ini rencananya akan direalisasikan lewat anak Perusahaan VW yakni PowerCo.

Kepada DW Indonesia, Direktur Center of Economic and Law Studies, CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan rencana ini berisiko gagal karena perubahan kondisi keuangan di perusahaan induknya. Ia mengatakan, apabila pabrik VW di Jerman tutup, Indonesia berisiko makin bergantung kepada Cina untuk menjual nikel olahan sebagai bahan baku baterai.

"Pemerintah kan ingin agar ada diversifikasi pasar olahan nikel, tidak hanya dominan ke China namun bisa masuk ke negara lain termasuk ke rantai pasok industri otomotif di Eropa," kata Bhima kepada DW Indonesia. 

Selain untuk memperbaiki harga, diversifikasi ke pasar Eropa juga penting supaya nikel Indonesia punya standarisasi lingkungan dan perlindungan pekerja yang lebih baik.

Begitu mendengar kabar VW berisiko tutup pabrik, Bhima khawatir perusahaan smelter nikel di Indonesia kurang tertarik meningkatkan standarisasi pengelolaan nikelnya.

Mobil Indonesia punya peluang

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, di tengah lemahnya ekonomi global, industri otomotif di Indonesia juga cenderung menurun.

Pada tahun ini, penjualan mobil di Indonesia mencapai sekitar 484,000 unit, atau turun 17,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menurut Gaikindo. Penyebabnya adalah daya belui Masyarakat yang tertekan inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.

Namun menariknya, penjualan whole sales mobil listrik justru melonjak pesat. Pada periode Januari-Agustus, penjualan mobil listrik dari pabrikan ke dealer di Indonesia mencapai lebih dari 23 ribu unit. Ini berarti ada kenaikan sebesar 177,32% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Demikian tulis Gaikindo dalam laman web mereka.

Sejumlah produsen bahkan mengutarakan rencana untuk berinvestasi di Indonesia, Citroën misalnya. Brand otomotif asal Prancis, pada Juli 2024 justru malah mengumumkan akan membangun pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.  

"Peresmian produksi dalam negeri ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk memproduksi model Citroën Ë-C3 All Electric secara lokal yang akan dimulai pada bulan Agustus 2024,” tulis Citroën Indonesia dalam laman web mereka. Total investasinya mencapai Rp381 milliar.

Sebagian diadaptasi dari artikel DW Jerman