1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikUkraina

IAEA Inspeksi Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia

29 Agustus 2022

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengirimkan tim ahli untuk memeriksa pembangkit nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia. Kyiv menuduh Moskow menggunakan pembangkit untuk menyimpan senjata dan melancarkan serangan.

https://p.dw.com/p/4GAfG
Pembangkit Listrik Zaporizhzhia
Serdadu Rusia berjaga-jaga di Pembangkit Listrik ZaporizhzhiaFoto: ALEXANDER ERMOCHENKO/REUTERS

Tim ahli yang beranggotakan 14 orang saat ini "sedang berada dalam perjalanan" menuju pembangkit listrik tenaga nuklir di kota Zaporizhzhia, menurut keterangan pers yang dirilis IAEA, Senin (29/8). Mereka akan memeriksa kerusakan fisik pada pembangkit, untuk "memastikan berfungsinya sistem keamanan dan keselamatan," serta mengevaluasi kondisi kesehatan staf lokal.

Kunjungan tersebut dikabulkan Rusia menyusul lobi selama berbulan-bulan oleh Direktur Jendral IAEA, Rafael Grossi. Pembangkit nuklir terbesar di Eropa itu dikuasai Rusia sejak bulan pertama invasi, meski masih dioperasikan oleh staf berkewarganegaraan Ukraina. "Waktunya sudah tiba," untuk menginspeksi pembangkit di Zaporizhzhia, tulis Grossi via Twitter.

Namun demikian, kunjungan IAEA tidak menyurutkan Rusia dan Ukraina untuk saling membombardir lokasi di sekitar pembangkit pada Minggu (28/8). Pekan lalu, semua enam reaktor harus dipadamkan akibat serangan bom yang melumpuhkan sistem pendingin. "Kita harus melindungi keamanan Ukraina dan fasilitas nuklir terbesar di Eropa," lanjut dirjen IAEA.

Grossi sendiri mengaku memimpin langsung kunjungan delegasi IAEA ke Ukraina.

Pemerintah di Kyiv menuduh Rusia menggunakan pembangkit nuklir di Zaporizhzhia untuk menyimpan senjata dan melancarkan serangan. Sebaliknya Moskow menuduh Ukraina menyerang pembangkit secara membabi-buta.

Pekan lalu, Badan Energi Atom Ukraina menerbitkan peta yang memperkirakan sebaran radiasi jika terjadi kebocoran nuklir di Zaporizhzhia. Senin (29/8), Energoatom mengumumkan Rusia membombardir kota terdekat, Enerhodar dan sebuah pembangkit listrik, yang menewaskan 10 orang, termasuk empat pegawai pembangkit.

Serangan juga dilancarkan terhadap kota Nikopol dan Marhanets yang hanya berjarak 10 kilometer dari Zaporizhzhia.

Tarik ulur kepentingan militer

Pada Minggu (28/8), Menteri Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan Ukraina menyerang pembangkit nuklir Zaporizhzhia sebanyak dua kali dalam beberpa hari terakhir. Dia mengklaim serangan bom Ukraina meledak di dekat kompleks penyimpanan bahan bakar dan limbah nuklir.

"Satu proyektil jatuh di area di dekat reaktor keenam, dan lima proyektil lain jatuh di dekat stasiun pemompa air untuk reaktor keenam," imbuhnya, sembari menambahkan level radiasi masih berada di bawah batas aman. Meski tuduhan Rusia tidak bisa diverifikasi, IAEA membenarkan minimnya potensi radiasi dari Zaporizhzhia.

Menurut IAEA, setidaknya dua dari enam reaktor nuklir di Zaporizhzhia masih berfungsi. Adapun kerusakan pada pipa air pendingin akibat perang sejauh ini sudah diperbaiki.

Mikhail Ulyanov, Duta Besar Rusia untuk IAEA, mengatakan pihaknya menyambut kunjungan lembaga pengawas nuklir PBB. Kepada kantor berita RIA, dia mengklaim pihaknya juga mengabulkan keinginan IAEA untuk menempatkan sejumlah stafnya di Zaporizhzhia secara permanen.

"Kami berharap misi IAEA ke pembangkit nuklir ini akan mampu mengusir rumor dan spekulasi tentang kondisi reaktor di Zaporizhzhia."

Klaim tersebut dibantah oleh Energoatom yang menuduh persiapan Rusia menyambut inspeksi IAEA adalah dengan "menekan staf pembangkit untuk mencegah mereka mengungkap bukti tindak kejahatan Rusia dan penyalahgunaannya sebagai pangkalan militer," tulis badan energi atom Ukraina tersebut.

rzn/hp /(ap,rtr)