1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKolombia

Gustavo Petro, Mantan Gerilyawan Bakal Jadi Presiden?

Jan D. Walter
7 Juni 2022

Pemilu putaran kedua akan dilangsungkan pada 19 Juni mendatang. Jika menang, Gustavo Petro akan menjadi presiden kiri pertama Kolombia, yang selama ini didominasi kubu kanan.

https://p.dw.com/p/4CKsJ
Gustavo Petro ketika dilantik menjadi walikota Bogota, 2012
Gustavo Petro ketika dilantik menjadi walikota Bogota, 2012Foto: Guillermo Legaria/AFP

Politisi kiri Gustavo Petro, 62 tahun, mendominasi kemenangan putaran pertama pemilu presiden Kolombia dengan 40 persen suara. Pengusaha kaya Rodolfo Hernandez, 77 tahun, menempati posisi kedua dengan 28 persen suara. Pemilu putaran kedua akan dilangsungkan pada 19 Juni mendatang. Jika menang, Gustavo Petro akan menjadi presiden kiri pertama Kolombia, yang selama ini didominasi oleh partai kanan.

Berbeda dengan banyak negara Amerika Selatan yang lain, kubu kiri di Kolombia memang belum pernah memerintah. Warga Kolombia lama dihantui oleh aksi kekerasan dan konflik brutal antara militer dan gerilyawan kiri Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia, yang lebih dikenal dengan kependekannya: FARC.

Sejak 2016, FARC menyepakati kesepakatan damai dengan pemerintah Kolombia, dan itulah awal karier politik Gustavo Petro, mantan gerilyawan FARC yang kemudian meniti karier politik.

Gustavo Petro dirayakan pendukungnya setelah memimpin dalam pilpres putaran pertama, 29 Mei 2022
Gustavo Petro dirayakan pendukungnya setelah memimpin dalam pilpres putaran pertama, 29 Mei 2022Foto: Fernando Vergara/picture alliance/AP

Sejak muda bergabung dengan gerilyawan

Gustavo Petro anak keluarga guru dan menyelesaikan kuliah di bidang ekonomi. Tapi sejak muda dia bergabung dengan kelompok gerilyawan kiri M-19, yang dibentuk tahun 1970. Dia memang lama menjalani kehiudupan ganda. Tahun 1980 dia menjadi pegawai negeri dan anggota parlemen daerah di kota Zipaquira. Pada saat yang sama, dia menjadi anggota kelompok gerilya M-19.

Pada masa itu, M-19 terlibat dalam aksi-aksi penculikan, pembunuhan, dan serangan gelap ke pos-pos polisi dan militer. Tahun 1985 Gustavo Petro pernah dihukum 18 bulan penjara karena kememilikan ilegal senjata. Tahun 1990, dia meletakkan senjata dan bergabung dengan partai Alianza Democrática M-19 dan berhasil terpilih sebagai anggota parlemen.

Empat tahun kemudian, dia gagal terpilih lagi dan memilih menjadi diplomat lalu bertugas di Belgia. Stelah kembali ke Kolombia, dia kembali ke kursi parlemen dan kemudian menjadi anggota senat.

Dua kali maju, dua kali kalah

Tahun 2010 Gustavo Petro menjadi kandidat presiden dari partai kiri Polo Democrático Alternativo (PDA), tetapi kalah di pemilu putaran pertama. Dua tahun kemudian dia terpilih sebagai walikota di ibu kota Kolombia, Bogota.

Sebagai wali kota, dia menerapkan larangan senjata yang ketat, mereformasi sektor transportasi umum dan membuka sekretariat untuk urusan perempuan dan komunitas LGBTI. Dia juga melancarkan berbagai program sosial untuk masyarakat kelas bawah.

Tahun 2018 Gustavo Petro kembali mencalonkan diri sebagai kandidat presiden, dan berhasil maju ke putaran kedua. Namun, akhirnya kalah dikalahkan presiden saat ini Iván Duque, yang akan mengakhiri masa jabatannya. Agenda politiknya ketika itu memang makin moderat. Dia menerima sistem ekonomi pasar, sekalipun berjanji menaikkan pajak untuk perusahaan dan meningkatkan perlindungan lingkungan.

Pesan utama Gustavo Petro pada pencalonannya yang ketiga kali juga jelas: Kolombia tidak harus menjadi negara sosialis, tetapi harus menjadi negara demokratis. Dia tidak bermaksud membawa perpecahan, melainkan menyatukan warga Kolombia, demikian slogan yang diusungnya.

(hp/pkp)