1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Gempa di Lombok Tewaskan 10 Orang

20 Agustus 2018

Rangkaian gempa bumi berskala tinggi yang kembali mengguncang pulau Lombok menewaskan sedikitnya 10 orang dan merusak sejumlah infrastruktur vital. Jumlah korban diyakini akan meningkat.

https://p.dw.com/p/33P0E
Indonesien Lombok - erneutes Erbeben
Foto: picture alliance/dpa/AP/F. Chaniago

Serangkaian gempa bumi berkekuatan besar dengan tingkat kedalaman episentrum dangkal, memicu gelombang panik di Lombok. Penduduk dikabarkan terpaksa kembali mengungsi dari rumah masing-masing. Goncangan terkuat terjadi pada Minggu (19/8) pukul 21:56 WIB saat gempa berkekuatan 7 pada Skala Richter di kedalaman 10 kilometer menggoyang Lombok Timur.

Sementara gempa pertama yang berkekuatan 6.3 pada Skala Richter menyebabkan tanah longsor. Setidaknya 10 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka luka. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 150 rumah dan tempat ibadah rata dengan tanah.

Selain 10 korban yang tewas akibat gempa, dua penduduk lain meninggal dunia akibat penyakit jantung pada Minggu pagi saat bencana terjadi.

Gempa bumit teranyar di Lombok merusak ratusan rumah dan tempat ibadah
Gempa bumit teranyar di Lombok merusak ratusan rumah dan tempat ibadahFoto: Reuters/Antara Foto/A. Nugroho Gumay

"Ketika gempa terjadi kebanyakan warga sudah berada di luar rumah atau masih berada di tempat penampungan. Jadi relatif tidak banyak korban jiwa," dibandingkan gelombang gempa pada 5 Agustus silam yang menyebabkyan sedikitnya 481 korban jiwa, kata Jurubicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho. "Trauma akibat gempa pada Minggu pagi menyebabkan penduduk lebih suka berada di luar," imbuhnya.

Kerusakan bangunan dan infrastruktur

Untuk mencegah korban tambahan, Kementerian Kesehatan memindahkan sejumlah pasien dari rumah sakit di Sumbawa dan Mataram lantaran mengkhawatirkan kerusakan pada gedung. Menurut Sutopo, aliran listrik belum sepenuhnya pulih, sementara beberapa jalan penghubung utama banyak mengalami kerusakan.

"Saya terlalu takut tinggal di rumah karena sudah rusak," kata Saruniwati seorang penduduk yang menetap di kamp pengungsian. "Saya sudah di sini sejak gempa (awal Agustus). Saya pulang dua hari lalu dan sekarang saya kembali lagi ke penampungan sementara," imbuhnya.

"Gempanya sangat kuat. Semuanya bergetar," kata penduduk lain, Agus Salim. "Semua orang berlarian ke jalan raya sambil menangis dan teriak."

Belasan wisatawan asing yang menginap di hotel-hotel di sekitar pantai Senggigi juga diungsikan keluar saat gempa terjadi.

Gempa susulan itu mengguncang saat Lombok masih berusaha pulih dari gempa bumi berkekuatan 6,9 Skala Richter yang menewaskan setidaknya 481 orang pada Agustus silam. Kawasan barat dan timur Lombok tercatat yang paling parah terkena dampak gempa.

Meski demikian hingga saat ini aktivitas di bandar udara Lombok tetap berlangsung normal, kata Manajer Lombok Praya International Airport, I Gusti Ngurah Ardita. "Semalam orang-orang datang dan pergi dari Lombok seperti biasa. Tidak ada arus penumpang dadakan yang ingin keluar," katanya.

Ilmuwan memperkirakan, lempeng Australia dan Eurasia yang menopang Indonesia bertubrukan dan memicu getaran pada garis patahan. "Jelas ada bagian lain di patahan yang bergerak dan melepaskan getaran tersebut," kata Chris Elders, pakar Lempeng Tektonik  dan Geologi struktural di Curtin University, Australia.

rzn/as (afp,rtr)