1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Geliat Populis Kanan Rugikan Iklim Bisnis di Jerman Timur?

28 Agustus 2024

Partai populis kanan Jerman AfD diprediksi menang besar dalam pemilu di negara bagian Sachsen. Namun kemenangan kaum anti-migran itu dikhawatirkan akan melukai iklim investasi. Kenapa?

https://p.dw.com/p/4k0Es
Partai Alternatif untuk Jerman, AfD
Partai Alternatif untuk Jerman, AfDFoto: Robert Michael/dpa/picture alliance

Dresden sejatinya dikenal lewat sejarahnya yang kaya, istana barok yang menjulang tinggi, pemandangan alam yang spektakuler dan koleksi seni yang unik. Namun, ada hal lain yang mengintai di sekitar ibu kota negara bagian Sachsen itu dan membuat gentar para investor.

Pada tanggal 1 September nanti, Sachsen akan menyelenggarakan pemilihan umum legislatif. Tiga minggu kemudian, Brandenburg di bekas Jerman Timur akan melangsungkan pemilu serupa. Dengan derasnya arus investasi sejak beberapa tahun terakhir, para pelaku bisnis menahan napas menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi.

Masalah yang paling besar adalah munculnya partai-partai sayap kanan, terutama Alternatif untuk Jerman, AfD. Dalam pemilihan Parlemen Eropa pada bulan Juni, AfD berada di urutan kedua di Jerman, mengungguli ketiga partai koalisi yang saat ini berkuasa.

AfD sejak awal menggelorakan narasi anti-imigran dan penolakan terhadap supremasi Uni Eropa. Poster-poster kampanye mereka menjanjikan, antara lain, makan siang sekolah gratis dan biaya perawatan medis yang lebih rendah.

Mengenai imigran di Jerman, AfD berulangkali merapal mantra "deportasi, deportasi, deportasi," tanpa merinci siapa yang dimaksud.

Beberapa jajak pendapat menunjukkan betapa AfD memiliki dukungan elektoral sebesar 30 persen di Jerman.

Mengapa Masa Lalu Masih Memengaruhi Jerman Bagian Timur

Ketakutan di Dresden

Berbeda dengan animo publik yang mulai menerima prospek berkuasanya kaum populis kanan, pengusaha atau serikat buruh memiliki pandangan lain.

"Kami memiliki masalah yang terus berkembang dengan ekstremisme sayap kanan," kata Markus Schlimbach, kepala Konfederasi Serikat Pekerja Jerman, DGB, di Sachsen. DGB mewakili sekitar 250.000 orang, atau sekitar 16 persen dari tenaga kerja negara bagian tersebut.

"Penolakan terhadap segala sesuatu yang asing merupakan masalah yang telah berkembang di Sachsen dalam beberapa tahun terakhir," katanya kepada DW, sambil menunjukkan ironi betapa Sachsen sendiri sangat bergantung pada penjualan produknya secara global.

Schlimbach berasal dari Sachsen dan telah giat sebagai anggota serikat pekerja sejak tahun 1991. Pada 2017, dia dipercaya mengepalai salah satu perhimpunan buruh terbesar di Jerman tersebut.

Schlimbach menolak keras rasisme dan mendesak perusahaan untuk lebih aktif melindungi semua tenaga kerja. "Dalam 10 tahun ke depan, 300.000 pekerja di Sachsen akan pensiun dan perlu digantikan," katanya. Menurutnya, kekuasaan partai populis kanan justru akan semakin menjauhkan tenaga kerja yang dibutuhkan.

"Kita bergantung pada pekerja terampil dari luar negeri," kata Schlimbach di kantornya di dekat pusat kota Dresden. Karena berbatasan dengan Polandia dan Republik Ceko, Sachsen selama ini bisa mengakses pasar kerja yang relatif dekat dan terjangkau.

Right-wing shift threatens Thuringia's economy

Sulitnya menjaring investor

Masalah lain bagi perekonomian di bekas Jerman Timur adalah minimnya industri besar atau menengah dibandingkan dengan bagian barat. Faktanya, 90 persen perusahaan di Sachsen memiliki kurang dari 20 pegawai, kata Schlimbach.

Redupnya iklim investasi di Jerman akibat lonjakan ongkos energi semakin menyulitkan negara bagian di timur untuk menjaring investor asing.

"Modal asing bagaikan rusa yang pemalu. Ia terus bergerak," kata Olaf Zachert, seorang investor kepada DW. "Pemodal tidak berinvestasi di tempat yang tidak mereka inginkan, orang tidak berinvestasi di tempat yang mereka anggap bermasalah."

Jika AfD berkuasa, investor cenderung berpikir dua kali sebelum mengajukan tawaran investasi, imbuhnya.

Persaingan dari Eropa Timur

Salah satu potensi terbesar Sachsen adalah kumpulan pekerja yang relatif murah dan berkualifikasi tinggi.

"Jerman Timur memiliki potensi yang sangat besar karena ada begitu banyak pekerja terampil di sini," kata Zachert. Namun, kualitas saja tidak cukup, karena jumlah total pekerja yang terus menyusut.

"Kita hanya bisa kompetitif jika kita menerima pengetahuan baru dari pekerja terampil asing," katanya, sambil menunjukkan bahwa lapangan kerja tidak akan lebih terjamin jika AfD berkuasa.

Pasalnya, kedekatan dengan Eropa Timur menawarkan peluang bagi investor untuk memindahkan unit produksi secara murah ke negara dengan pasar kerja berkualitas.

Meski begitu, Olaf Zachert berharap para pemilih akan mempertimbangkan konsekuensi kemenangan AfD sebelum melangkah ke bilik suara. Reputasi Sachsen sebagai tempat untuk berbisnis atau bekerja mungkin sudah ternoda, tetapi dia mengaku optimis dengan hasil pemilu.

Markus Schlimbach juga percaya pada masa depan Sachsen dan merasa gembira karena masyarakat menanggapi pemilu ini dengan sangat serius.

"Made in Saxony adalah tanda kualitas, pengetahuan spesialis, orang-orang yang terlatih dengan baik, dan kekuatan inovasi," katanya. Dia hanya berharap pemilu menghasilkan mayoritas demokrasi yang stabil sehingga pelaku usaha dapat kembali berbisnis.

rzn/hp