1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikBrasil

Dukungan bagi Lula Mengalir Jelang Pipres Putaran Dua Brasil

6 Oktober 2022

Kandidat Simone Tebet menyerukan pemilihnya mendukung Lula karena "komitmennya terhadap demokrasi." Mantan Presiden Cardoso juga mendukung mantan rivalnya itu.

https://p.dw.com/p/4Hogc
Kandidat dari haluan kiri, Lula, saat ini memimpin dalam berbagai jajak pendapat di Brasil
Kandidat dari haluan kiri, Lula, saat ini memimpin dalam berbagai jajak pendapat di BrasilFoto: Miguel Schincariol/AFP

Mantan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva atau Lula menerima dua dukungan besar dalam berkampanye mempersiapkan pemilihan putaran kedua melawan petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro, 30 Oktober nanti.

Simone Tebet, kandidat dari partai berhaluan kanan tengah yang menempati posisi ketiga pada putaran pertama dengan perolehan 4% suara, meminta 5 juta pemilihnya untuk mendukung Lula di putaran kedua.

"Demi cinta saya kepada Brasil, untuk demokrasi dan untuk konstitusi, untuk keberanian yang saya tidak pernah kekurangan, saya meminta maaf kepada teman-teman dan rekan-rekan saya yang memohon netralitas pada putaran kedua ini," kata Tebet kepada wartawan di Sao Paulo. "Apa yang dipertaruhkan jauh lebih besar dari kepentingan kita semua."

Tebet, seorang penganut Katolik yang menentang aborsi, populer di kalangan pemilih dan dan perempuan konservatif. Analis mengatakan dukungannya terhadap Lula adalah kemenangan simbolis bagi calon presiden dari sayap kiri yang pernah menjabat sebagai presiden tahun 2003 hingga 2010.

"Saya mempertahankan sikap kritis saya terhadap Luiz Inacio Lula da Silva," tambahnya. "Tapi akan memberikan suara saya, karena saya mengakui komitmennya terhadap demokrasi dan konstitusi, yang belum pernah saya lihat dari presiden saat ini."

Mantan presiden mendukung Lula

Pada hari yang sama, mantan Presiden Fernando Henrique Cardoso, yang masih dihormati di kalangan bisnis, mengumumkan bahwa dia juga akan memberikan suaranya untuk Lula demi "sejarah perjuangan demokrasi dan inklusi sosial."

Pria berusia 91 tahun itu memposting foto dirinya dengan Lula saat masih muda, yang saat itu membagikan pamflet dari kelompok pendukung demokrasi di era kediktatoran militer yang berlangsung dari tahun 1964 hingga 1985.

Cardoso mengalahkan Lula pada pemilihan presiden 1994 dan 1998 hingga akhirnya Lula menang melawan kandidat lain pada 2002. 

Analis politik asal Brasil, Carlos Melo mengatakan, pengumuman itu punya arti simbolis dan bisa membawa suara penting untuk da Silva. 

"Tebet berhasil memenangkan cukup banyak suara saat pemilihan, dia membangun ranah politiknya sendiri, dan bukan milik partainya,'' kata Melo, seorang profesor sains di Universitas Insper di Sao Paulo. Ini juga yang mendasari popularitas Tebet di kalangan pemilih perempuan. Sementara itu, Cardoso bisa membantu memperkuat popularitas Lula di kalangan elit bisnis dan intelektual yang masih segan terhadapnya.

Lula memimpin dalam jajak pendapat

Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Rabu (05/10) oleh lembaga survei IPEC mengungkapkan bahwa Lula didukung oleh 51% pemilih dibandingkan dengan 43% untuk Bolsonaro.

Jajak pendapat mensurvei 2.000 responden dengan margin kesalahan 2 poin persentase.

Namun, IPEC dan lembaga survei lainnya juga memproyeksikan bahwa Lula akan meraih keunggulan yang lebih menentukan atas Bolsonaro daripada hanya margin tipis yang terjadi selama putaran pertama.

ae/ (AP, AFP, Reuters)