1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialKorea Selatan

‘Blue House’ Dibuka untuk Umum Pertama Kali dalam 74 tahun

18 Mei 2022

Bagi banyak warga Korea Selatan, bekas Istana Kepresidenan di Seoul adalah sebuah tempat yang jarang dikunjungi dan dijaga ketat. Namun, kini masyarakat diizinkan masuk untuk pertama kalinya dalam 74 tahun.

https://p.dw.com/p/4BRrs
'Blue House' di Seoul
Orang-orang akhirnya dapat mengunjungi 'Bue House' di Seoul, Mei 2022Foto: Ahn Young-joon/AP/picture alliance

Langkah pertama dari pemimpin Korea Selatan yang baru, yaitu dengan memindahkan kantor kepresidenan dari Blue House atau Gedung Biru - yang dinamai sesuai dengan genteng birunya yang khas - dan membuka gerbangnya untuk umum, yang memungkinkan untuk dikunjungi maksimal 39.000 orang per hari.

Kompleks yang biasanya memiliki kesan serius itu telah diubah menyerupai pekan raya dengan kerumunan warga yang antusias untuk berkeliling dan rela mengantre.

"Saya merasa bersyukur bahwa Blue House telah dibuka untuk umum," kata pekerja kantor berusia 61 tahun, Lee Sang Woon, belum lama ini menjalani tur bersama keluarganya. "Saya sangat senang berada di sini."

Gedung Biru telah melalui beberapa transformasi selama bertahun-tahun. Dulunya, bangunan ini merupakan situs taman kerajaan. Jepang membangun kediaman resmi untuk gubernur jenderal mereka di sana selama pemerintahan kolonial Tokyo di Semenanjung Korea.

Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada tahun 1945, komandan militer Amerika Serikat menduduki gedung itu hingga menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Korea Selatan di atas dasar negara pada tahun 1948.

Janji dan rencana Presiden Yoon Suk Yeol

Membuka Gedung Biru untuk umum adalah bagian dari janji Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol untuk meninggalkan istana dan mendirikan kantornya di kompleks Kementerian Pertahanan di distrik Yongsan.

Yoon memilih kompleks Kementerian Pertahanan karena sudah dilengkapi dengan fasilitas komando terkait keamanan. Dia bermaksud untuk membangun sesuatu yang mirip dengan Gedung Putih di Washington yang akan memungkinkan warga untuk melihat lebih dekat gedung kepresidenan. Yoon mengatakan kantor baru akan menciptakan komunikasi yang lebih baik dengan publik.

Namun, rencana relokasinya menghadapi kritik karena dianggap terburu-buru dan tidak realistis. Para kritikus mengatakan pergerakan yang tergesa-gesa dari pemerintah dapat merusak keamanan nasional dengan memusatkan terlalu banyak kekuasaan di satu tempat, menghabiskan terlalu banyak biaya, dan melanggar hak milik orang-orang yang tinggal di daerah tersebut.

Pendahulunya, Moon Jae-in, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Yoon membuat keputusan sebelum mendengar cukup banyak opini publik.

Ketika Moon menjabat pada tahun 2017, dia juga berjanji untuk pindah sebagai upaya untuk menjauhkan diri dari pendahulunya yang dipenjara, Park Geun-hye, yang tumbuh di sana sebagai putri seorang diktator.

Moon akhirnya membatalkan rencananya, dan Park diampuni akhir tahun 2021.

Bagaimanapun juga, Yoon memulai hari pertamanya pada awal bulan ini sebagai presiden di Yongsan, dan kantor mantan presiden dibuka untuk umum pada hari yang sama.

Apa kata warga?

Choi Jun Chae, 60, yang menjalankan pabrik di pasar tradisional dekat Gedung Biru, sedih melihat perubahan kantor kepresidenan, tetapi juga berharap relokasi itu akan meningkatkan bisnis lokal dengan mendatangkan lebih banyak turis.

"Di bawah pemerintahan (mantan Presiden) Lee Myung-bak, ada banyak protes ... jadi sangat sulit untuk bepergian ke daerah ini. Mobil tidak bisa bergerak, jadi saya harus berjalan,” kata Choi.

Di masa lalu, ribuan orang berkumpul di dekat Gedung Biru untuk aksi demonstrasi. Warga sekitar mengatakan mereka menderita kebisingan dan kemacetan lalu lintas.

"Saya berharap protes berkurang dan lebih banyak orang mengunjungi daerah ini,” kata Yoo Sung-jong, kepala toko roti populer di lingkungan itu. "Tapi (presiden) sudah lama di sini, jadi agak sedih juga.”

Sementara beberapa orang di dekat kantor kepresidenan baru berharap adanya perbaikan lingkungan, meskipun ada juga kekhawatiran.

"Untuk masalah lalu lintas, saya sudah bisa melihat lebih banyak orang berkunjung ke sini. Ini akan sangat ramai dan rumit pada awalnya, tapi saya pikir secara bertahap akan menjadi lebih baik," kata Kim Jung-taek, pemilik galeri di dekat kantor kepresidenan yang baru.

yas/ha (AP)